Wafizs Al-Amin Center “Berbagi Cahaya Diatas Cahaya” Khutbah Jumat (Edisi 188) Tema :
“PETAKA KETIKA UMAT ISLAM
JAUH DARI ULAMA” Oleh : Nur Anwar
Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMI’ NURUL ISLAM ISLAMIC CENTER. Jumat, 07
Nopember 2025 M/16 J. Awal 1447 H.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Masih terngiang ditelinga dan mata kita betapa
media sosial telah menyudutkan, menghina & menjelekkan ulama, mereka lupa
bahwa ulama itu memiliki kedudukan yang sangat tinggi, mereka orang yang Allah
pilih sebagai pembawa cahaya ilmu dan tidak akan pernah sama dibandingkan dengan
orang-orang yang tidak berilmu. Firman Allah swt
“Katakanlah:
"Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (Q.S. Al-Zumar : 09).
Ulama juga
sosok orang yang selalu takut kepada Allah swt, dunia ini dijauhi dari azab dan
malapetaka sebab kedekatan ulama kepadaNya.
“Di antara
hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sesungguhnya
Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Fathir
: 28).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Maka menjadi petaka
besar ketika umat menjauh dari ulama :
Pertama, Menuju
Jurang Kehancuran.
14 abad lampau
Rasulullah saw telah berpesan akan terjadi musibah besar ketika umat ini menjauh
dari ulama, disebutkan dalam kitab Nashaihul ‘Ibad. Rasulullah saw,
bersabda:
“Akan datang suatu masa atas umatku, di mana
mereka akan lari dari para ulama dan fuqaha. Ketika itu terjadi, maka Allah
akan menguji mereka dengan tiga macam bencana. Pertama, Allah akan mengangkat
keberkahan dari pekerjaan mereka. kedua, Allah akan mengangkat penguasa zalim
untuk mereka. ketiga, mereka anak keluar meninggalkan dunia ini tanpa membawa
keimanan.” (al-hadits).
Menjauh saja
dari ulama akan terjadi malapetaka besar, apalagi menghinanya, mengolok-oloknya,
mencacinya atau mengkomersilkannya. Jangan lupa, ulama itu adalah pewaris para
Nabi, pelita dunia, pakunya bumi tercinta Indonesia, penjaga moral bangsa,
pembawa cahaya agar umat manusia selamat dari kegelapan, gelapnya kebodohan dan
gelapnya hari kiamat. Jika berani melecehkan ulama sama saja sudah berani
melecehkan para Nabi. Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya
ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan
tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud dan
Ibnu Majah).
Begitu juga wafatnya
saja ulama akan terjadi malapetaka besar, dicabutlnya ilmu dan tanda-tanda hari
kiamat. Abdullah bin ‘Amr ibnul ‘Ash, Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya
Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia
mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak
menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan
orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar
ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Justru kita
bersyukur dengan keberadaan para ulama di dunia ini karena mereka akan
mendatangkan rahmat dan keberkahan dari Allah swt sehingga Rasulullah saw
mengistilahkan mereka dalam sebuah sabdanya,
مَفاَتِيْحُ لِلِخَيْرِ
وَمَغاَلِيْقُ لِلشَّرِّ
“Sebagai
kunci-kunci untuk membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk
kejahatan.” (HR. Ibnu Majah).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Kedua, Jauh
dari Ulama Mati Su’ul Khotimah.
Sipapun orangnya
pasti menginginkan mati husnul khotimah dan tidak akan pernah mau mati dalam
keadaan su’ul khotimah, jauh dari dari ulama, benci terhadap ulama
dikhawatirkan akan meninggalkan dunia ini tanpa iman. Imam Ibnu Asakir telah
berpesan,
“Ketahuilah
wahai saudaraku, semoga Allah memberikan taufik kepada kita dan menunjukkan
jalan kebaikan! Bahwasanya daging para ulama itu beracun. Dan balasan Allah
terhadap orang yang merobek kehormatan mereka sudah jelas. Barangsiapa yang
mengumbar lisannya terhadap ulama dengan tuduhan keji dan celaan maka Allah
akan menurunkan bencana baginya sebelum ia mati dengan dimatikan hatinya.
(Allah swt berfirman), “Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah
Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (Ibnu Hajar
al-Haitami, Az-Zawajir ‘an Iqtirofil Kabair, [Darul Fikr, 1987], juz I, hal.
187).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Ketiga, Dicabutnya
Keberkahan.
Negara Republik
Indonesia disebut sebagai tanah surga, negara dengan segudang kekayaan darat
dan lautannya dan negara yang memiliki 17.00an pulau ini akan hilang
keberkahannya sehingga berbalik menjadi negara yang paling terkorup di dunia,
diwarisi hutang yang turun temurun, rakyat jauh dari kemakmuran, biaya hidup
mahal, moral bangsa semakin terpuruk, jauh dari kata berkah.
Maka, jika ulama
yang membawa cahaya kalamulloh itu dicintai, dihargai, dihormati secara otomatis
bumi pertiwi tercinta ini akan selalu bercahaya, bersinar dan menyala sepanjang
hayat dengan iman dan taqwa sedagai landasan berbangsa dan bernegara. Pesan Allah
swt.
“Dan
sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka
kerjakan.” (QS. Al-A’raf : 96).
“Dan Allah
telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi
tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi
(penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan
kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu
mereka perbuat” (QS. An Nahl: 112).
“Dan
sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang rasul dari mereka sendiri,
tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka dimusnahkan azab dan mereka
adalah orang-orang yang zalim.” (QS. An Nahl: 113).
Kunci agar anak cucu sukses adalah cintai
alim ulama. Pesan Syekh Burhanuddin az-Zarnuji, beliau salah satu ulama terkemuka
abad kelima dalam salah satu kitab akhlaknya mengutip gurunya yang mengatakan:
“Barangsiapa yang menghendaki anaknya
menjadi orang alim (berilmu), maka hendaklah ia menghormati ahli agama dari
kalangan fuqaha, memuliakan, mengagungkan, dan memberi mereka hadiah (dari
hartanya). Jika anaknya tidak menjadi orang berilmu, maka cucunya yang akan
menjadi orang berilmu.” (Az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim fi Thariqit Ta’allum,
Dar Ibnu Katsir: 2014, halaman 55).
Wafizs Al-Amin Center “Berbagi Cahaya Diatas Cahaya” Khutbah Jumat (Edisi 187) Tema :
“Melecehkan Pesantren,
Melecehkan Ulama, Melecehkan Nabi saw” Oleh : Nur Anwar
Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMI’ ASY-SYAKIRIN Pusat PerbelanjaanThamrin
City Jkt. Jumat, 17 Oktober 2025 M/25 R. Akhir 1447 H.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Lagi-lagi
viral, rame diperbincangkan di media social melecehkan pesantren dan merendahkan
martabat ulama karena hanya menerima amplop dari para santrinya, ini sudah
masuk ranah melecehkan ulama, menganggap hina ulama, padahal diluar sana banyak
menyawer para artis puluhan juta seakan buta, tuli dan dianggap biasa saja yang
belum tentu itu membawanya ke surga. Setidaknya ada tiga hal penting yang perlu
diketahui :
Pertama, Malapetaka
Besar Melecehkan Ulama.
Para ulama,
guru dan kiai adalah pewaris para Nabi, penjaga kemurnian ilmu agama, mereka pelita
dunia, pakunya bumi tercinta Indonesia, penjaga moral bangsa, pembawa cahaya agar
umat manusia selamat dari kegelapan, gelapnya kebodohan dan gelapnya hari
kiamat. Jika berani melecehkan ulama sama saja sudah berani melecehkan para
Nabi. Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya
ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan
dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan
tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At-Tirmidzi, Ahmad, Ad-Darimi, Abu Dawud dan
Ibnu Majah).
Sehingga saking
pentingnya para ulama di bumi ini wafatnya saja para ulama akan terjadi
malapetaka besar, dicabutlnya ilmu dan tanda-tanda hari kiamat. Abdullah bin
‘Amr ibnul ‘Ash, Aku mendengar Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya
Allah tidak mencabut ilmu dengan mencabutnya dari hamba-hamba. Akan tetapi Dia
mencabutnya dengan diwafatkannya para ulama sehingga jika Allah tidak
menyisakan seorang alim pun, maka orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan
orang-orang bodoh. Kemudian mereka ditanya, mereka pun berfatwa tanpa dasar
ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Justru kita
bersyukur dengan keberadaan para ulama di dunia ini karena mereka akan
mendatangkan rahmat dan keberkahan dari Allah swt sehingga Rasulullah saw
mengistilahkan mereka dalam sebuah sabdanya,
مَفاَتِيْحُ لِلِخَيْرِ
وَمَغاَلِيْقُ لِلشَّرِّ
“Sebagai
kunci-kunci untuk membuka segala kebaikan dan sebagai penutup segala bentuk
kejahatan.” (HR. Ibnu Majah).
Hati-hati setiap
tindakan yang bertujuan mendiskreditkan para ulama dan tokoh agama termasuk
tindakan makar terhadap agama ini dan termasuk melecehkan Nabi. Suatu kisah
ringan terhadap orang yang meremehkan perkataan Nabi saw itu disegerakan
hukumannya di dunia. Diriwayatkan dari Ikrimah bin Ammar
Dari Ikrimah
bin ‘Ammar, (beliau berkata) Iyas bin Salamah bin Al-Akwa’ telah berkata bahwa
ayahnya mengatakan kepadanya (yaitu) ada seorang laki-laki makan dengan tangan
kirinya di dekat Rasulullah saw. Lalu beliau saw mengatakan, “Makanlah
dengan tangan kananmu.” Lalu dia mengatakan, “Aku tidak mampu.” Maka beliau saw
berkata, “Engkau memang tidak akan mampu”. Tidak ada yang menghalanginya
untuk menaati Nabi kecuali rasa sombong. Akhirnya, dia tidak bisa lagi
mengangkat tangan kanannya ke mulut. (HR. Muslim).
Kedua, Ulama
itu Pelita dunia dan Penjaga Moral Bangsa.
Umat muslim, para ulama, para kiai
memiliki peran besar dalam memperjuangan dan menjaga negara Republik ini. Guru
Besar Prof. DR. Azyumardi Azra, MA.,CBE berkata, negara Indonesia yang terdiri
dari 17.000an pulau itu disatukan oleh umat islam. Jika tidak ada
islam kepulauan nusantra Indonesia ini tidak akan pernah ada karena yang
mempersatukan adalah umat islam, berkat perjuangan para ulama-ulama, negara
Indonesia yang sangat beragam ini bisa disatukan dan bisa merdeka. Mereka
adalah para pejuang agama Allah dan mereka berhak mendapatkan surga dan
keridhoan Allah swt, Allah berfirman,
"Dan orang-orang yang terdahulu
lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar
dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rida kepada mereka dan
mereka pun rida kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung." (QS.
At-Taubah : 100).
Bung Tomo berhasil membakar semangat
arek-arek Suroboyo untuk melawan tentara Inggris dan NICA – Belanda yang ingin
menduduki kembali Tanah Air setelah dikalahkan Jepang hanya dengan seruan TAKBIR الله اكبر berhasil
mengalahkan penjajah
karena ia yakin agama islam pasti menang. Isi pidatonya berkata : “Dan kita
yakin saudra-saudara. Pada akhirnya pastilah kemenangan akan jatuh ke tangan
kita, sebab Allah selalu berada dipihak yang benar. Percayalah saudara-saudara,
Tuhan akan melindungi kita sekalian. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Merdeka!.
“Barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya
dan orang-orang yang beriman menjadi penolong. Maka sesungguhnya pengikut agama
Allah itulah orang-orang yang pasti menang” (QS. Al Maidah: 55).
Ingat,,! Pesantren itulah tempatnya
pengkaderan ulama, mencetak para kiai , sumber cahaya kebenaran dan sebab
datangnya rahmat Allah swt karena rahmat Allah akan selalu datang kepada
orang-orang baik. Firman Allah swt.
“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara
mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,
supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (QS. At-Taubah : 122).
(B). اقامة الدين (Mendirikan
Agama).
Pesantren tempat dididik orang-orang yang mengajarkan
agama, sholat salah satu cara untuk menegakkan agama. Sabda Nabi saw
“Shalat itu adalah tiang agama, maka barang siapa
mendirikannya, sungguh ia telah menegakkan agama (Islam) itu, dan barang siapa
meninggalkannya, sungguh ia telah merobohkan agama (Islam) itu”. (HR. Baihaqi).
Dan kemerdekaan bangsa ini adalah andil peran pesantren
bahkan pejuang-pejuang yang mngerakkan dan para kiai sebagai garda terdepan
melawan penjajah.
Ketiga, Agungkan dan Hormati Ulama.
Kunci ingin anak cucu sukses adalah
dermawan kepada alim ulama, guru dan para pengajar, setiap orang tua pasti
mendambakan anaknya sukses, diantara kunci sukses seperti perkataan Syekh
Burhanuddin az-Zarnuji, beliau salah satu ulama terkemuka abad kelima dalam
salah satu kitab akhlaknya mengutip gurunya yang mengatakan:
“Barangsiapa yang menghendaki anaknya
menjadi orang berilmu, maka hendaklah ia menghormati ahli agama dari kalangan
fuqaha, memuliakan, mengagungkan, dan memberi mereka hadiah (dari hartanya).
Jika anaknya tidak menjadi orang berilmu, maka cucunya yang akan menjadi orang
berilmu.” (Az-Zarnuji, Ta’limul Muta’allim fi Thariqit Ta’allum, Dar Ibnu
Katsir: 2014, halaman 55).
Memuliakan, mengagungkan, dan memberi ulama,
guru hadiah akan menjadi penyebab anaknya akan tumbuh sebagai orang yang
berilmu karena ilmu agama tanpa menghormati guru maka ilmunya tidak akan
manfaat dan salah satu cara ulama salaf mengekspresikan rasa hormat kepada
orang-orang berilmu (ulama) yaitu dengan memberikan hadiah meskipun hanya
sedikit, disebutkan dalam sebuah syair :
“Tidak ada hak yang lebih besar kecuali
hak guru (orang yang berilmu). Ini wajib dipelihara oleh semua umat Islam.
Sungguh pantas bila ia diberi sebuah penghormatan, karena mengajar satu huruf
dengan hadiah seribu dirham.”
Masih menurut Syaikh Burhanuddin Az-Zarnuji
bahwasanya seorang murid tidak akan mendapatkan ilmu, dan ilmunya tidak akan
bermanfaat kecuali dengan mengagungkan ilmu itu sendiri, menghormati dan
mengangungkan ahli ilmu juga guru. Bahkan siapapun yang melukai hati gurunya,
maka keberkahan ilmunya akan tertutup. Dan hanya sedikit kebermanfaatan ilmu
untuknya. Disebutkan dalam syair :
“Sesungguhnya guru dan dokter itu keduanya sama, yaitu
tidak akan menasihati jika keduanya tidak dimuliakan. Maka sabarlah dan
terimalah atas penyakitmu, jika kamu tidak menghormati doktermu. Terimalah
kebodohanmu, jika kamu tidak menghormati gurumu.”
Wafizs Al-Amin Center “Berbagi Cahaya Diatas Cahaya” Khutbah Jumat (Edisi 186) Tema :
“66 Murid Wafat Tertimpa
Reruntuhan, Syahidkah atau Tabungan di Surga.?” Oleh : Nur Anwar
Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMI’ AL-ARQOM Pesona Anggrek Kota Bekasi. Jumat, 10
Oktober 2025 M/18 R. Akhir 1447 H.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Indonesia berduka terutama kaum muslimin diseluruh antero
nusantara menyaksikan setiap saat di media sosial betapa terhenyutnya hati ini
melihat para santri tertimbun reruntuhan ambruknya gedung musholla di Ponpes
Al-Khoziny yang menewaskan 66 muridnya sehingga senin 06 Oktober 2025
dihentikan pencariannya.
Untuk kita orang yang beragama islam tentunya dapat
melihat dari sisi lainnya yaitu ada campur tangan Allah swt saat menjemput ajal
para santri dengan caraNya karena setiap orang mati itu banyak sebabnya, ada
yang mati terkena wabah, reruntuhan, tenggelam, kecelakaan, terbakar,
terpeleset, sakit menahun tak kunjung sembuh dan banyak sebab-sebab lainnya
termasuk penyakit tua atau pikun. Sabda Rasulullah saw
Dari Mutharrif bin
Abdillah bin asy-Syikhkhir, dari bapaknya, ia berkata: Rasulullah saw bersabda,
“Telah diciptakan di dekat anak Adam sembilan puluh sembilan musibah (sebab
kematian). Jika dia tidak terkena semua musibah itu, dia pasti mengalami
ketuaan”. (HR Tirmidzi).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Ambil hikmahnya, semua
yang telah digariskan Allah swt, pasti banyak pelajaran (ibroh) yang diberikan
Allah swt atas setiap musibah yang menimpa umat manusia di dunia ini. Diantara
ibroh besar dalam peristiwa ini adalah :
Pertama, Kematian Pasti Datang Secara Mendadak.
Siapapun orangnya
pasti akan bertemu dengan kematian, kematian itu pasti datang menjumpai setiap
yang bernyawa, tidak ada seorang pun yang tidak mati, tidak mungkin seseorang
lari dari kematian, tidak ada manusia yang hidup kekal abadi dan kematian datang
secara mendadak tidak bisa dihindari dari saipapun. Allah swt sudah pastikan
dalam ayatNya.
وَمَا جَعَلْنَا
لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ
“Kami tidak menjadikan
hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad).” (QS. Al Anbiya’: 34).
“Katakanlah :
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan.” (QS. Jumu’ah: 8).
“Di mana saja kamu
berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang
tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa’: 78).
Apapun sebab kematian
yang akan menjemput kita baik rasa sakit yang dideritanya ataupun tertimpa
reruntuhan sekalipun, itu semua akan menghapus dosa-dosa dan kesalahannya. Nabi
saw bersabda,
“Setiap muslim yang
terkena musibah penyakit atau yang lainnya, pasti akan hapuskan kesalahannya,
sebagaimana pohon menggugurkan daun-daunnya”. (HR. Bukhari dan
Muslim).
Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, mereka mendengar Rasulullah saw
bersabda,
“Tidaklah seorang
mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh),
rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan
dosa-dosanya akan diampuni” (HR. Muslim).
Dari Mu’awiyah, ia berkata bahwa ia mendengar sabda Rasulullah saw,
“Tidaklah suatu
musibah menimpa jasad seorang mukmin dan itu menyakitinya melainkan akan
menghapuskan dosa-dosanya” (HR. Ahmad).
Karena semua manusia
tidak luput dari berbagai ujian dan cobaan, itu semua Allah siapkan untuk orang
yang beriman agar saat bertemu Allah swt sudah bersih tanpa punya dosa seperti anak
yang baru lahir. Nabi saw bersabda,
“Cobaan akan selalu
menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya maupun
pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.” (HR. Ahmad dan
At-Tirmidzi).
Meskipun tidak bisa
pungkiri dan harus disadari bahwa setiap musibah itu juga tidak lepas dari
keteledoran tangan manusia yang kurang berhat-hati dan waspada bahkan bisa jadi
disebabkan dosa dan maksiat yang diperbuatnya sehingga Allah tegur kita dengan didatangkan
musibah. Allah swt berfirman,
“Dan apa saja musibah
yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan
Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).
Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, “Wahai sekalian manusia, ketahuilah bahwa musibah yang
menimpa kalian tidak lain adalah disebabkan karena dosa yang kalian dahulu
perbuat. Dan Allah memaafkan kesalahan-kesalahan kalian tersebut. Dia bukan
hanya tidak menyiksa kalian, namun Allah langsung memaafkan dosa yang kalian
perbuat.” Karena memang Allah akan menyiksa seorang hamba karena dosa yang ia
perbuat. Sebagaimana Allah swt berfirman,
“Dan kalau sekiranya
Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan
di atas permukaan bumi suatu mahluk yang melata pun” (QS. Fathir: 45).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Kedua, Mati Sedang
Mencari Ilmu.
Diantara tanda husnul khotimah adalah saat
mati sedang menuntul ilmu. Al-Hafizh Ibnu ‘Abdil Barr berkata :
“Siapa yang mati dalam keadaan menuntut ilmu,
maka ia berada dalam tanda husnul khatimah (mati yang baik) karena ia telah
mati dalam ketaatan yang sangat besar.” (Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid :
@almunajjid).
Ibadah terpanjang dan terus bernilai pahala
adalah menuntut ilmu karena kewajiban menuntut ilmu itu dari sejak ceprot perut
sang ibu sampai kematian menjemputnya, kata mutiara orang arab mengatakan,
اُطْلُبُوا
العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ
“Carilah ilmu dari mulai buaian sampai masuk
lubang lahat”
Imam Ahmad pernah ditanya ketika rambutnya
sudah tampak memutih, diusia yang sudah tidak lagi muda, namun beliau tetap
selalu bersama alat-alat tulis, kertas dan tinta untuk mencari ilmu.
إِلَى مَتَى وَأَنْتَ مَعَ الْمِحْبَرَةِ
”Sampai kapan Engkau masih bersama dengan
wadah tinta?” kemudian
beliau menjawab,
مَعَ الْمِحْبَرَةِ إِلَى الْمَقْبَرَةِ
“Bersama wadah tinta sampai ke liang kubur”.
Orang-orang yang sampai akhir hayatnya mati
sedang jalan mencari ilmu pasti Allah bukakan lebar-lebar pintu surga untuknya
dan dimintakan ampun oleh para malaikat. Dari Rasulullah saw bersabda,
“Barangsiapa meniti satu jalan untuk mencari
ilmu, niscaya dengan hal itu Allah mudahkan baginya jalan menuju Surga. Dan
sesungguhnya para malaikat akan membentangkan sayap-sayap mereka kepada pencari
ilmu sebagai keridhaan atas apa yang ia perbuat. Dan sesungguhnya penghuni
langit dan di bumi, sampai ikan-ikan di laut pun memohonkan ampun untuk
orang-orang yang berilmu. Dan sesungguhnya keutamaan orang yang berilmu atas
ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama atas semua bintang-bintang. Dan
sesungguhnya para ulama adalah pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi
itu tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Barangsiapa yang
mengambilnya maka dia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan
Ahmad).
Dalam kitab المعجم الاوسط disebutkan bahwa Rasulullah
saw bersabda :
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ
صلى الله عليه وسلم: «مَنْ جَاءَ أَجَّلُهُ وَهُوَ يَطْلُبُ الْعِلْمَ لَقِيَ اللَّهَ
وَلَمْ يَكُنْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ النَّبِيِّينَ إِلَّا دَرَجَةُ النُّبُوَّةِ
“Barang siapa yang ajal datang menjemputnya
sementara dia sedang menuntut ilmu, maka dia akan bertemu dengan Allah dan
tidak ada di antara dirinya dan para Nabi kecuali derajat kenabian.” (HR. Ath-Thabrani).
Bahkan orang yang mati sedang mencari ilmu
masuk dikatagorikan mati syahid, karena dalam kitab Nihayatuz Zain,
karya Syaikh Nawawi al-Banteni dijelaskan, orang yang dianggap mati syahid ada
tiga macam : (1) Syahid dunia, jenis ini hanya mendapatkan perlakuan syahid di
dunia saja seperti orang yang mati dalam peperangan namun memiliki niat yang
tidak ikhlas karena Allah swt atau melakukan pengkhianatan hanya ingin
mendapatkan rampasan perang. (2) Syahid akhirat, jenis ini tidak mendapatkan
perlakuan syahid di dunia seperti mati karena sakit perut, wabah penyakit,
wabah covid, tenggelam, tertimpa reruntuhan, wanita melahirkan dan sedang
menuntut ilmu. (3) Syahid dunia dan akhirat, ini jenis mati syahid paling
tinggi seperti orang yang gugur dalam peperangan di jalan Allah (fi
sabilillah).
“Orang yang mati
syahid ada lima, yakni orang yang mati karena tho’un (wabah), orang yang mati
karena menderita sakit perut, orang yang mati tenggelam, orang yang mati karena
tertimpa reruntuhan dan orang yang mati syahid di jalan Allah.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Ketiga, Tabungan Orang Tua di Surga.
Kebahagiaan yang paling bahagia saat orang tua
dijemput anaknya masuk kedalam surga, anaknya menunggu kedua orang tuanya di
akhirat kelak karena orang tuanya dengan sangat sabar ketika ditinggalkan
terlebih dahulu oleh anaknya meninggalkan dunia selamanya. Allah swt memberikan
pahala surga atas penderitaan batin yang dirasakan orang tua yang sabar
ditinggalkan wafat anaknya. Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda,
“Tiada dua orang muslim yang memiliki tiga
anak yang meninggal sebelum mencapai usia baligh, kecuali Allah akan memasukkan
kedua orang tua tersebut ke dalam surga berkat rahmat-Nya kepada anak-anak
mereka. Lalu dikatakan kepada anak-anak itu : ‘Masuklah kalian ke dalam surga.’
Namun mereka berkata : ‘Tidak, hingga orang tua kami masuk terlebih dahulu.’
Maka dikatakan kepada mereka: ‘Masuklah kalian ke dalam surga bersama orang tua
kalian.'” (HR. An-Nasai).
Dari Ibnu Abbas ra, ia mendengar Rasulullah
saw bersabda, “Siapa saja yang memiliki dua anak yang menunggu (di akhirat
karena meninggal lebih dulu) di kalangan umatku, niscaya Allah memasukkannya ke
surga sebab keduanya.’ Aisyah bertanya, ‘Kalau hanya seorang anak yang
meninggal Ya Rasulullah?’ ‘Demikian juga orang tua yang memiliki seorang anak
yang meninggal Wahai perempuan yang mendapat taufiq,’ jawab Rasulullah. ‘Kalau
tidak memiliki anak meninggal di kalangan umatmu?’ ‘Aku yang akan menyambut
umatku dan mereka tidak akan merasakan musibah seperti (penderitaan yang)
kurasakan,” (HR At-Tirmidzi).
Rasulullah saw menjanjikan bahwa pahala besar
akan dipeoleh oleh kedua orang tuanya yang sangat sabar melepas kepergian
anaknya. Allah telah menyiapkan istana megah nan indah bagi mereka yang telah
memuji dan memulangkan urusan kematian anaknya hanya kepada Allah swt semata.
Dari sahabat Abu Musa Al-Asy’ari ra,
Rasulullah bersabda, “Bila anak seorang meninggal dunia, Allah bertanya
kepada para malaikat, ‘Apakah kalian mengambil anak hamba-Ku?’ Mereka menjawab,
‘Betul.’ ‘Apakah kalian merenggut buah hatinya?’ tanya Allah. ‘Benar,’ jawab
mereka. ‘Lalu apa tanggapan hamba-Ku?’ ‘Ia memuji-Mu dan mengembalikan urusan
ini kepada-Mu,’ jawab mereka. ‘Dirikanlah sebuah istana di surga untuk
hamba-Ku. Namailah rumah itu ‘Baitul Hamdi,’’ perintah Allah,’” (HR
At-Tirmidzi dan Ibnu Hibban).
Kisah piluh juga dirasakan Nabi Muhammad saw
saat ditinggalkan putra tercintanya Ibrahim meninggal dunia diusia yang masih
sangat belia yaitu 1 tahun 10 bulan dari rahim ibunya yang bernama Maria
al-Qibtiyya dari kalangan budak, padahal Nabi saw adalah manusia yang paling
mulia disisi Allah swt, paling dekat dengan Allah, ujian yang beliau hadapi
terasa berat, hati bersedih, beliau menangis namun tetap beliau ridho atas
keputusan Allah swt. Beliau berkata ketika Ibrahim meninggal,
“Sungguh mata menangis dan hati bersedih, akan
tetapi tidak kita ucapkan kecuali yang diridhai oleh Allah, dan sungguh kami
sangat bersedih berpisah denganmu wahai Ibrahim.” (HR. Bukhori).
Dari Anas bin Malik, Rasulullah saw bersabda,
إنَّ إبْرَاهِيمَ ابْنِي، وإنَّه مَاتَ في الثَّدْيِ،
وإنَّ له لَظِئْرَيْنِ تُكَمِّلَانِ رَضَاعَهُ في الجَنَّةِ
“Sesungguhnya Ibrahim putraku meninggal dalam
masa persusuan, dan sesungguhnya baginya di surga dua orang ibu susuan yang
akan menyempurnakan susuannya.”
(HR. Muslim).