Khutbah Jumat (Edisi 176) Tema : “CAHAYA RAMADHAN AKAN PERGI MENINGGALKAN KITA”
khutbah-jumat
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 176) Tema :
“CAHAYA RAMADHAN AKAN PERGI MENINGGALKAN KITA”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ AL-AMANAH Perumnas 1, Kota
Bekasi. Jumat, 28 Maret 2025 M/28 Ramadhan 1446 H.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Hanya
menghitung hari, Ramadhan akan pergi meninggalkan kita atau malah kita sengaja
yang meninggalkan Ramadhan dibiarkan berlalu begitu saja tanpa mampu menghapus
dosa-dosa kita. Tahun akan datang Ramadhan bisa saja datang kembali namun tidak
ada jaminan usia kita sampai untuk hari esok.
Ramadhan
berakhir ada perasaan gembira karena telah mampu berjuang menghabiskan detik
per detik disetiap harinya untuk menambah bekal amal sholeh sebagai persiapan
pulang ke kampung akhirat. Ada juga perasaan sedih karena harus berpisah dengan
bulan yang penuh ampunan, semua kebaikan nilai pahalanya berlipatganda,
berharap semua bulan bisa dijadikan seperti bulan Ramadhan. Ibnu Rajab Al-Hambali
rahimahullah berkata,
كَيْفَ لاَ تَجْرِى
لِلْمُؤْمِنِ عَلَى فِرَاقِهِ دُمُوْع وَ هُوَ لاَ يَدْرِي هَلْ بَقِيَ لَهُ فِي
عُمْرِهِ إِلَيْهِ رُجُوْع
“Bagaimana mungkin air
mata seorang mukmin tidak berlinang kala berpisah dengan bulan Ramadhan. Sementara
dia tidak mengetahui tersisa dari umurnya untuk kembali bertemu dengannya”. (Lathaif Al-Ma’arif
karya Ibnu Rajab Al-Hambali).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Dipenghujung Ramadhan
ini pertahankan jangan sampai kehilangan dua cahaya besar yang dapat
menyelamatkan dari dua kegelapan dahsyat, yaitu :
قَالَ اللهُ تَعَالَى
لِمُوسَىٰ عَلَيْهِ السَّلَامُ: إِنِّي أَعْطَيْتُ أُمَّةَ مُحَمَّدٍ نُورَيْنِ
كَيْلَا يَضُرَّهُمْ ظُلْمَتَانِ. فَقَالَ مُوسَىٰ: مَا النُّورَانِ يَا رَبِّ؟
فَقَالَ اللهُ تَعَالَىٰ: نُورُ رَمَضَانَ وَنُورُ القُرْآنِ. فَقَالَ مُوسَىٰ: وَمَا
الظُّلْمَتَانِ يَا رَبِّ؟ فَقَالَ اللهُ تَعَالَىٰ: ظُلْمَةُ القَبْرِ وَظُلْمَةُ
يَوْمِ القِيَامَةِ. (دُرَّةُ الوَاعِظِينَ)
Allah berfirman kepada
Nabi Musa as : “Sesungguhnya Aku telah memberi Dua Nur (cahaya) kepada umat
Nabi Muhammad, supaya mereka tidak terancam dari dua kegelapan”, lalu Nabi Musa
bertanya: “Apa yang dimaksud dengan dua Nur (cahaya) tersebut, Ya Allah?”
jawabnya yaitu: “Yaitu Nur (cahaya) romadlan dan Nur (cahaya) al-Qur’an.
Kemudian Nabi Musa bertanya lagi: “Apa yang dimaksud dengan dua kegelapan Ya
Allah?” jawabnya: “Itulah kegelapan di alam kubur dan kegelapan di hari
kiamat”. (Durrotul Wa’izhin).
Pertama, Nur (Cahaya)
Ramadhan.
Hadirnya
bulan Ramadhan sebagai bukti sifat Rahman dan Rahim Allah untuk umat manusia
agar semua dosa-dosanya terhapus dengan berbagai amaliah Ramadhan, karena puasa
itu menghapus dosa saat disiang hari, qiyam Ramadhan menghapus dosa saat malam
hari, lailatul qodar menghapus dosa bahkan dapat meraih pahala ibadah lebih
baik dari 1000 bulan setara denga 83 tahun 4 bulan. Dari Abu Hurairah di mana
Nabi saw bersabda,
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah
maka dosanya di masa lalu pasti diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Qiyam
Ramadhan (shalat Tarawih). Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
melakukan qiyam Ramadhan (shalat tarawih) karena iman dan mencari pahala, maka
dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”
(HR. Bukhari dan Muslim no. 759)
Shalat
malam pada Lailatul Qadar. Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda,
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا
وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa
melaksanakan shalat pada lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari
Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari).
Semua
amaliah Ramadhan terutama ibadah puasa adalah persiapan bekal untuk pulang
kampung akhirat, karena sifat Rahman Rahim Allah itu diaktualisasikan oleh kita
dalam wujud Ramadhan ini, Allah menginginkan sekalipun waktunya terbatas hanya
satu bulan tapi dengan kasih dan sayangNya diinginkan oleh Allah setiap hamba yang
beriman itu punya peluang yang sangat tinggi untuk mendapatkan Rahmat Allah di
akhirat berupa surga, maka didatangkanlah setiap tahun sebanyak 12 bulan itu dari
sekian kesibukan kita di dunia, hanya 30 hari khusus untuk meningkatkan
ketaqwaan personal ini sehingga meningkatkan peluang-peluang untuk mendapatkan
Rahmat di akhirat.
Kenapa
wujudnya puasa? Karena puasa adalah desain satu-satunya yang menjadikan setiap
manusia mudah meningkatkan :
(1).
Meningkat amal sholehnya, puasa itu dahsyat mengakumulasikan semua potensi
ibadah dilakukan.
(2).
Ketika seseorang sudah mulai medapati Ramadhan maka potensi maksiatnya akan
terkikis dengan kebaikan-kebaikan itu, maksiatnya dapat ditekan bahkan
dihilangkan saat dibulan Ramadhan dengan alasan karena sedang berpuasa.
(3).
Ibadah puasa itu dapat menyadarkan diri dari hiruk pikuk dibalik kesibukan
dunia yang kita kerjakan, sekali-sekali Allah minta kita sadar, bahwa ingat..! kamu akan pulang, kalau memang belum bisa ibadah
yang optimal, maka bisa dioptimalkan selama ketemu Ramadhan.
(4)
Bekal terbaik itu ketaqwaan, maka diujung ayat perintah wajib berpuasa itu agar
kamu bisa bertaqwa. Allah swt berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ
عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ
تَتَّقُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS. Al Baqarah: 183). Dan orang yang
bertaqwa itu sudah Allah siapkan bonusnya berupa surga.
۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ
رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ
لِلْمُتَّقِيْنَۙ ١٣٣
“Bersegeralah
menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi
yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa,” (QS. Ali 'Imran : 133).
الَّذِيْنَ
يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ
وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ١٣٤
“(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali 'Imran : 134).
Sehingga dengan ibadah
puasa itu akan dapat menerangi kegelapan alam kubur dan kegelapan dahsyatnya
hari qiyamat.
Pertama, Nur (Cahaya) Al-Quran.
Alquran
itu diturunkan di waktu yang mulia bulan Ramadhan, sehingga bulan Ramadhan
menjadi mulia disebut sayyidu al-syuhur, al-quran diturunkan di hari
jumat sehingga jumat ikut menjadi mulia disebut sayyidu al-ayyam, al-quran
diturunkan disuatu malam, malamnya pun ikut mulia disebut lailatul mubarokah,
turun lailatul qodar di malam itu, al-quran turun melalui malaikat Jibril,
malaikt pun ikut mulia menjdi sayyid al-malaikat, al-quran diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw, Nabi Muhammad pun ikut menjadi mulia disebut sayyidu
al-anbiya wal mursalin, al-quran diturunkan di kota Makkah, kota Makkah pun
ikut menjadi berkah sampai dengan sekarang, al-quran diturunkan sebagian di kota
Madinah, kota Madinah pun menjadi kota berkah. Karena itu jika al-quran sudah
ahli dalam satu tempat, satu keluarga, satu masyarakat maka Allah turunkan
kemualian itu pada tempat dan orang-orang yang dimaksudkan.
Jika
kita ingin mulia dimana saja berada maka muliakan al-quran, jika ingin tenang
dari berbagai peroblematika hidup maka bersamailah dengan al-quran. Rasulullah
saw bersabda,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ
اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ
عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ
وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Tidaklah
beberapa orang berkumpul di salah satu rumah Allah (masjid), mereka membaca
Kitabullah (Al Qur’an) dan saling mengajarkan satu dan lainnya di sana,
melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan hati), mereka akan
diliputi rahmat Allah, akan dikeliling oleh para malaikat dan Allah akan
menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim).
Pantas
saja Imam abu Laits As-Samarqondi berkata :
قال أبو الليث السمرقندي رحمه الله : مَنْ
أَرَادَ أَنْ يَنْجُوَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَعَلَيْهِ أَنْ يُلَازِمَ
أَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ وَيَجْتَنِبَ أَرْبَعَةَ أَشْيَاءَ : فَأَمَّا الْأَرْبَعَةُ
الَّتِي يُلَازِمُهَا فَمُحَافَظَةُ الصَّلَوَاتِ وَالصَّدَقَةُ وَقِرَاءَةُ
الْقُرْآنِ وَكَثْرَةُ التَّسْبِيحِ. فَإِنَّ هَذِهِ الْأَشْيَاءَ تُضِيءُ
الْقَبْرَ وَتُوَسِّعُهُ. وَأَمَّا الْأَرْبَعَةُ الَّتِي يَجْتَنِبُهَا :
فَالْكَذِبُ وَالْخِيَانَةُ وَالنَّمِيمَةُ وَالْبَوْلُ. تنبيه الغافلين
“Barangsiapa
yang ingin selamat dari siksa kubur, maka biasakanlah empat perkara dan hindari
empat perkara. Adapun empat perkara yang dibiasakan itu : pelihara sholat,
sedekah, membaca al-quran dan memperbanyak tasbih karena semua itu akan
menyinari dan memperluas alam kubur. Dan empat perkara dihindari : dusta,
khianat, adudomba dan kencing”
(tanbih al-ghofilin).
Diantara
yang dapat menyelamatkan siksa kubur itu adalah membaca al-quran. Dan banyak manfaatnya
jika kita selalu membersamainya. Yaitu :
Pertama, al-quran memberikan kita kesempatan untuk
senantiasa mengisi ketenangan dalam jiwa karena al-quran adalah sumber
ketenangan bagi jiwa. Allah swt berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءتْكُم
مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ
لِّلْمُؤْمِنِينَ
“Hai
manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang yang beriman.“ (QS. Yunus: 57).
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء
وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ
“Dan
Kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi
orang-orang yang beriman.“ (QS.
Al-Isra’: 82)
Nabi
sawbersabda,
تِلْكَ السَّكِينَةُ تَنَزَّلَتْ بِالْقُرْآنِ
“Ketenangan
itu datang karena Al-Qur’an.”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua, memberikan kekuatan tersendiri pada diri kita
untuk melepaskan dari persoalan-persoalan hidup yang sedang menimpa, karena itu
para ulama seringkali memberikan rumus, ‘jika sedang banyak masalah maka buka
mushaf al-quran lalu membacanya maka persoalan itu akan segera sirna, diberikan
ketenangan pada jiwa sehingga cerah pikirn untuk merumuskan solusi menyelesaikan
persoalan yang tengah dialaminya’.
Ketiga, membaca al-quran dengan niat mengikuti sunah Nabi
itu mengumpulkan potensi banyak pahala yang akan menutupi dosa-dosa yang pernah
kita lakukan. Bahkan jangan pernah tinggalkan tiap kali selesai membaca
al-quran untuk membaca doanya agar Allah jadikan al-quran sebagai cahaya dan
pembela di hari kiamat.
اللَّهُمَّ ارْحَمْنِي بِالْقُرْآنِ وَاجْعَلْهُ
لِي إِمَامًا وَنُورًا وَهُدًى وَرَحْمَةً، اللَّهُمَّ ذَكِّرْنِي مِنْهُ مَا
نُسِّيتُ وَعَلِّمْنِي مِنْهُ مَا جَهِلْتُ وَارْزُقْنِي تِلَاوَتَهُ آنَاءَ
اللَّيْلِ وَأَطْرَافَ النَّهَارِ وَاجْعَلْهُ لِي حُجَّةً يَا رَبَّ
الْعَالَمِينَ
“Ya Allah, rahmatilah aku dengan Al-Quran. Jadikanlah ia sebagai pemimpin, cahaya, petunjuk, dan rahmat bagiku. Ya Allah, ingatkanlah aku atas apa yang terlupakan darinya. Ajarilah aku atas apa yang belum tahu darinya. Berikanlah aku kemampuan membacanya sepanjang malam dan ujung siang. Jadikanlah ia sebagai pembelaku, wahai tuhan semesta alam.
”
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Mumpung
masih berada dipenghujung bulan Ramadhan, berusahalah sungguh-sungguh untuk
mendapat cahaya Ramadhan dan cahaya al-quran, semoga kita diberikan kekuatan untuk
senantiasa bisa berinteraksi dengan al-quran, mampu menjadikan al-quran sebagai
teman di dunia dan syafaat bagi kita di akhirat kelak seperti yang dijanjikan
Nabi saw.
ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ ﻭَﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ ﻳَﺸْﻔَﻌَﺎﻥِ ﻟِﻠْﻌَﺒْﺪِ
ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ، ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟﺼِّﻴَﺎﻡُ : ﺃَﻱْ ﺭَﺏِّ، ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻭَﺍﻟﺸَّﻬَﻮَﺍﺕِ
ﺑِﺎﻟﻨَّﻬَﺎﺭِ، ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻭَﻳَﻘُﻮﻝُ ﺍﻟْﻘُﺮْﺁﻥُ : ﻣَﻨَﻌْﺘُﻪُ ﺍﻟﻨَّﻮْﻡَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻴْﻞِ،
ﻓَﺸَﻔِّﻌْﻨِﻲ ﻓِﻴﻪِ، ﻗَﺎﻝَ : ﻓَﻴُﺸَﻔَّﻌَﺎﻥِ
“Amalan
puasa dan membaca Al-Qur’an akan memberi syafa’at bagi seorang hamba di hari
kiamat. Puasa berkata: Wahai Rabb, aku telah menahannya dari makan dan syahwat
di siang hari, maka izinkanlah aku memberi syafa’at kepadanya. Dan Al-Qur’an
berkata: Aku menahannya dari tidur di waktu malam, maka izinkanlah aku memberi
syafa’at kepadanya, maka keduanya pun diizinkan memberi syafa’at.” (HR. Ahmad).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan