Khutbah Jumat : Meraih Pahala Haji Tanpa Pergi Haji.
khutbah-jumat
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 66) Tema :
“Meraih
PAHALA HAJI Tanpa PERGI HAJI”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok
Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan Asrama
Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin
Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung
di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMI’ NURUL HUDA
Pengarengan Kab. Bekasi. Jumat, 27 Mei 2022 M/26
Syawal 1443 H.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Dipenghujung bulan syawal ini seluruh umat muslim dari
berbagai penjuru belahan dunia, sudah mulai berbondong-bondong menuju satu
titik dihadapan Baitullah Ka’bah Al-Musyarrofah rumah Allah yang sangat
mulia dengan satu niat yaitu untuk menyempurnakan rukun islam kelima
melaksanakan ibadah haji ke Baitullah. Firman Allah swt
وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ
رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ ۙ
“Dan serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka
akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, atau mengendarai setiap unta yang
kurus, mereka datang dari segenap penjuru yang jauh.” (QS. Al-Hajj : 27).
Namun rasanya tidak semua undangan Allah ini bisa dikerjakan
umat muslim dalam satu waktu dan satu tempat, banyak faktor seseorang tidak
bisa melaksanakan ibadah haji, ada seseorang yang mampu dari segi finansial
(keuangan) tapi tidak mampu dari segi kesehatan, ada yang sehat tapi tidak
mampu dari segi keuangan, ada yang cukup finansial dan sehat namun tidak mampu
dari segi waktu, ada yang mampu segalanya namun dibatasi dengan aturan
kebijakan penyelenggara haji seperti belum boleh berangkat bagi para jamaah
lansia diatas usia 65 tahun.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ
الله
Bagi yang tahun ini belum bisa berangkat haji dengan berbagai
macam kendala, mari saatnya kita istiqomah dan semangat mengisi hari-hari kita
ini dengan selalu beribadah kepada Allah agar meraih pahala haji meskipun kita
tidak berangkat haji. Ada tujuh amalan yang jika diamalkan bisa berpahala haji
dan amalan ini ada yang ringan bahkan kita bisa melakukannya setiap waktu.
Walaupun ringan, namun pahalanya sangat luar biasa.
Pertama,
Shalat Lima Waktu Berjamaah di Masjid.
Dari Abu
Umamah ra, Nabi saw bersabda,
مَنْ مَشَى إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ
فِي الجَمَاعَةِ فَهِيَ كَحَجَّةٍ وَ مَنْ مَشَى إِلَى صَلاَةٍ تَطَوُّعٍ فَهِيَ
كَعُمْرَةٍ نَافِلَةٍ
“Siapa yang berjalan menuju shalat wajib berjamaah, maka ia
seperti berhaji. Siapa yang berjalan menuju shalat sunnah, maka ia seperti
melakukan umrah yang sunnah.” (HR. Thabrani).
Dalam hadits
lain, dari Abu Umamah ra, Nabi saw bersabda,
مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ
مُتَطَهِّرًا إِلَى صَلاَةٍ مَكْتُوبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْحَاجِّ
الْمُحْرِمِ وَمَنْ خَرَجَ إِلَى تَسْبِيحِ الضُّحَى لاَ يُنْصِبُهُ إِلاَّ
إِيَّاهُ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُعْتَمِرِ وَصَلاَةٌ عَلَى أَثَرِ صَلاَةٍ لاَ
لَغْوَ بَيْنَهُمَا كِتَابٌ فِى عِلِّيِّينَ
“Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci
menuju shalat wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji.
Barangsiapa keluar untuk shalat Sunnah Dhuha, yang dia tidak melakukannya
kecuali karena itu, maka pahalanya seperti pahala orang yang berumrah. Dan
(melakukan) shalat setelah shalat lainnya, tidak melakukan perkara sia-sia
antara keduanya, maka pahalanya ditulis di ‘illiyyin (kitab catatan amal
orang-orang shalih).”
(HR. Abu Daud dan Ahmad).
Kedua, Melakukan Shalat Isyraq.
Dari Abu
Umamah ra, Rasulullah saw bersabda,
مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي
مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ
كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ
“Barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan berjamaah
di masjid, lalu dia tetap berdiam di masjid sampai melaksanakan shalat Sunnah
Dhuha, maka ia seperti mendapat pahala orang yang berhaji atau berumroh secara
sempurna.” (HR.
Thabrani).
Dari Anas
bin Malik ra, Rasulullah saw bersabda,
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ
ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ
كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله
عليه وسلم- تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjamaah
lalu ia duduk sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia
melaksanakan shalat dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan
umroh.” Beliau pun bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi).
Ketiga,
Umrah di Bulan Ramadhan.
Saat Nabi saw hendak berangkat melaksanakan haji di tahun 10
hijriyah, Nabi saw bertemu seorang wanita Anshor yang bernama Ummu Ma’qil. Dari
Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Rasulullah saw pernah
bertanya pada seorang wanita,
مَا مَنَعَكِ أَنْ تَحُجِّى مَعَنَا
“Apa yang menghalangimu sehingga kamu tidak ikut
berhaji bersama kami?”
Wanita itu menjawab, “Kami hanya memiliki 2 ekor unta, unta
yang satu dipakai suamiku bersama anakku pergi haji. Sementara yang satu ekor
lagi digunakan untuk mengairi kebun.” Jawab wanita itu. Lantas Rasulullah saw
bersabda,
فَإِذَا كَانَ رَمَضَانُ اعْتَمِرِى
فِيهِ فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ حَجَّةٌ
“Jika Ramadhan tiba, berumrahlah saat itu karena umrah
Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Bukhari Muslim).
Dalam lafazh
Muslim disebutkan,
فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ
حَجَّةً
“Umrah
pada bulan Ramadhan senilai dengan haji.” (HR. Muslim).
Dalam lafazh
Bukhari yang lain disebutkan,
فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ
تَقْضِى حَجَّةً مَعِى
“Sesungguhnya umrah di bulan Ramadhan seperti berhaji bersamaku.” (HR. Bukhari).
Keempat, Meninggal
Dunia Saat Waittiling List Haji.
Masa tunggu antrian haji yang sangat lama, hampir 28 tahun
menunggu dan menanti untuk bisa berangkat haji dan sudah mendaftarkan diri untuk
berhaji, namun ditengah penantian ia meninggal dunia sebelum keberangkatan,
maka ia akan tercatat mendapatkan pahala haji. Sabda Rasulullah saw,
مَنْ خَرَجَ حَاجاً
فَمَاتَ كَتَبَ لَهُ أَجْرَ الحَاج إِلَى يَومِ القِيَامَة وَمَنْ خَرَجَ
مُعْتَمِراً فَمَاتَ كَتَبَ لَهُ أَجْر الْمُعتَمِر إِلَى يَومِ القِيَامَة وَمَن
خَرَجَ غَازِيًا فَمَاتَ كَتَبَ لَهُ أَجْر الغاَزِي إِلىَ يَوْمِ القِيَامَةِ
“Barangsiapa keluar untuk berhaji lalu meninggal dunia, maka
dituliskan untuknya pahala haji hingga hari kiamat. Barangsiapa keluar untuk
umrah lalu meninggal dunia, maka dituliskan untuknya pahala umrah hingga hari
kiamat. Dan barangsiapa keluar untuk berjihad lalu mati, maka dituliskan
untuknya pahala jihad hingga hari kiamat.” (HR. Abu Ya’la).
Begitu juga saat terkena uzdur dengan sebab sakit atau
bersafar dan tidak bisa melakukan ibadah haji namun tetap ia tercatat
menadapatkan pahalanya. Nabi saw bersabda,
إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ ،
كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحًا
“Jika salah seorang sakit atau bersafar, maka ia dicatat
mendapat pahala seperti ketika ia dalam keadaan mukim (tidak bersafar) atau
ketika sehat.” (HR.
Bukhari).
Kelima, Menghadiri Majelis llmu di Masjid.
Dari Abu
Umamah ra, Nabi saw bersabda,
مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ لا
يُرِيدُ إِلا أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ
حَاجٍّ تَامًّا حَجَّتُهُ
“Siapa yang berangkat ke masjid yang ia inginkan hanyalah
untuk belajar kebaikan atau mengajarkan kebaikan, ia akan mendapatkan pahala
haji yang sempurna hajinya.” (HR. Thabrani).
Keenam, Membaca
Tasbih, Tahmid dan Takbir Setelah Shalat.
Dari Abu
Hurairah ra, ia berkata,
جَاءَ الْفُقَرَاءُ إِلَى النَّبِىِّ –
صلى الله عليه وسلم – فَقَالُوا ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ مِنَ الأَمْوَالِ
بِالدَّرَجَاتِ الْعُلاَ وَالنَّعِيمِ الْمُقِيمِ ، يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى ،
وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ ، وَلَهُمْ فَضْلٌ مِنْ أَمْوَالٍ يَحُجُّونَ بِهَا ،
وَيَعْتَمِرُونَ ، وَيُجَاهِدُونَ ، وَيَتَصَدَّقُونَ قَالَ « أَلاَ أُحَدِّثُكُمْ
بِأَمْرٍ إِنْ أَخَذْتُمْ بِهِ أَدْرَكْتُمْ مَنْ سَبَقَكُمْ وَلَمْ يُدْرِكْكُمْ
أَحَدٌ بَعْدَكُمْ ، وَكُنْتُمْ خَيْرَ مَنْ أَنْتُمْ بَيْنَ ظَهْرَانَيْهِ ،
إِلاَّ مَنْ عَمِلَ مِثْلَهُ تُسَبِّحُونَ وَتَحْمَدُونَ ، وَتُكَبِّرُونَ خَلْفَ
كُلِّ صَلاَةٍ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ » . فَاخْتَلَفْنَا بَيْنَنَا فَقَالَ
بَعْضُنَا نُسَبِّحُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ، وَنَحْمَدُ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ ،
وَنُكَبِّرُ أَرْبَعًا وَثَلاَثِينَ . فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ « تَقُولُ
سُبْحَانَ اللَّهِ ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ ، وَاللَّهُ أَكْبَرُ ، حَتَّى يَكُونَ
مِنْهُنَّ كُلِّهِنَّ ثَلاَثًا وَثَلاَثِينَ »
“Ada orang-orang miskin datang menghadap Nabi saw. Mereka
berkata, orang-orang kaya itu pergi membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan
yang kekal. Mereka shalat sebagaimana kami shalat. Mereka puasa sebagaimana
kami berpuasa. Namun mereka memiliki kelebihan harta sehingga bisa berhaji,
berumrah, berjihad serta bersedekah. Nabi saw lantas bersabda, “Maukah kalian
aku ajarkan suatu amalan yang dengan amalan tersebut kalian akan mengejar orang
yang mendahului kalian dan dengannya dapat terdepan dari orang yang setelah
kalian. Dan tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kalian, kecuali
orang yang melakukan hal yang sama seperti yang kalian lakukan. Kalian
bertasbih, bertahmid, dan bertakbir di setiap akhir shalat sebanyak tiga puluh
tiga kali.”
Ketujuh, Berbakti Pada Orang Tua (Birrul Walidain).
Dari Anas
bin Malik ra, ia berkata,
إِنِّي أَشْتَهِي الْجِهَادَ وَلا
أَقْدِرُ عَلَيْهِ ، قَالَ : هَلْ بَقِيَ مِنْ وَالِدَيْكَ أَحَدٌ ؟ قَالَ :
أُمِّي ، قَالَ : فَأَبْلِ اللَّهَ فِي بِرِّهَا ، فَإِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ
فَأَنْتَ حَاجٌّ ، وَمُعْتَمِرٌ ، وَمُجَاهِدٌ ، فَإِذَا رَضِيَتْ عَنْكَ أُمُّكَ
فَاتَّقِ اللَّهَ وَبِرَّهَا
“Ada seseorang yang mendatangi Rasululah saw dan ia sangat
ingin pergi berjihad namun tidak mampu. Rasulullah saw bertanya padanya apakah
salah satu dari kedua orang tuanya masih hidup. Ia jawab, ibunya masih hidup.
Rasul pun berkata padanya, “Bertakwalah pada Allah dengan
berbuat baik pada ibumu. Jika engkau berbuat baik padanya, maka statusnya
adalah seperti berhaji, berumrah dan berjihad.” (HR. Ath-Thabrani dan
Al-Baihaqi).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ
الله
Semoga kita bisa beribadah sebaik-baiknya agar mendpatkan
pahala haji secara sempurna meski kita tidak bisa berhaji ditahun ini.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم