Khutbah Jumat : 3 Pelajaran Dibalik Perintah QURBAN dan HAJI
khutbah-jumat
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 67) Tema :
“3 Pelajaran
Dibalik Perintah QURBAN dan HAJI”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok
Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan Asrama
Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin
Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung
di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMI’ AL-MUHAJIRIN
BABELAN INDAH Kab. Bekasi. Jumat, 3 Juni 2022
M/3 Dzulqo’dah 1443 H.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Puji syukur kepada Allah swt yang sangat tinggi kita
panjatkan karena sampai hari ini kita masih bisa dipertemukan dengan bulan
Dzulqo’dah bulan yang Allah sebut sebagai bulan haram yakni bulan suci dan
bulan dilarang keras melakukan maksiat, pembunuhan dan tindak kejahatan.
Al-Qodhi Abu Ya’la rahimahullah berkata, ”Dinamakan bulan
haram karena dua makna :
Pertama, pada bulan tersebut diharamkan berbagai pembunuhan.
Orang-orang Jahiliyyah pun meyakini demikian.
Kedua, pada bulan tersebut larangan untuk melakukan perbuatan
haram lebih ditekankan daripada bulan yang lainnya karena mulianya bulan itu.
Demikian pula pada saat itu sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan.”
(Lihat Zaadul Masiir, tafsir surat At Taubah ayat 36).
Sehingga Ibnu Abbas mengatakan, ”Allah mengkhususkan empat
bulan (dzulqo’dah, dzulhijjah, muharram dan rajab) sebagai bulan haram,
dianggap sebagai bulan suci, melakukan maksiat pada bulan tersebut dosanya akan
lebih besar, dan amalan sholeh yang dilakukan akan menuai pahala yang lebih banyak.”
(Latho-if Al Ma’arif, 207).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Di Dzulqo’dah ini umat muslim sudah bersiap-siap untuk
melakukan ibadah qurban dan ibadah haji, dimana kedua ibadah ini sangat erat
kaitannya agar bisa mencapai muslim yang patuh, ikhlas dan sempurna agamanya. Berqurban
adalah perintah Allah swt sebagai pendekatan diri kepadaNya bahkan perintah
ibadah qurban disandingkan dengan ibadah shalat. Allah swt berfirman,
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
“Dirikanlah shalat dan berqurbanlah (an nahr).” (QS. Al Kautsar: 2).
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي
وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“Katakanlah: sesungguhnya shalatku, nusuk-ku (sembelihanku),
hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam.” (QS. Al An’am: 162).
Rasulullah saw pun melakukan ibadah qurban, dari Anas bin
Malik, ia berkata,
ضَحَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ قَالَ وَرَأَيْتُهُ
يَذْبَحُهُمَا بِيَدِهِ وَرَأَيْتُهُ وَاضِعًا قَدَمَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا قَالَ
وَسَمَّى وَكَبَّرَ
“Rasulullah saw berkurban dengan dua ekor kambing kibasy
putih yang telah tumbuh tanduknya. Anas berkata : “Aku melihat beliau
menyembelih dua ekor kambing tersebut dengan tangan beliau sendiri. Aku melihat
beliau menginjak kakinya di pangkal leher kambing itu. Beliau membaca basmalah
dan takbir” (HR.
Bukhari Muslim).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ
الله
Haji dan qurban adalah ibadah yang
sudah disyariatkan dan sejak bulan dzulqo’dah ini sudah banyak persiapan yang
dilakukan untuk menyambutnya, bahkan banyak pelajaran yang bisa kita ambil dan
kita ikuti.
Pertama, Belajar Untuk Selalu Ikhlas.
Kisah Nabi Ibrahim AS adalah potret seorang Nabi yang sangat
sabar, ikhlas dan pasrah kepada Allah swt disaat usia Nabi Ibrahim 86 tahun
baru dikarunia seorang anak yang sangat ia cintai bernama Ismail, namun Allah swt
perintahkan untuk disembelih meskipun akhirnya Allah ganti dengan domba yang
sangat besar sebagai tebusan, ketaatan Nabi Ibrahim AS kepada Allah lebih
didahulukan dan diutamakan daripada keinginan dirinya dan hawa nafsunya. Allah
swt berfirman,
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ
قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ
مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ
اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat
dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?” Ia
menjawab: “Wahai ayahku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya
Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaaffaat: 102).
Begitu juga ibadah haji, kita diperintahkan untuk ikhlas
lillahi ta’ala, bukan mencari gelar haji, pamer kebaikan, riya dan mencari sanjungan
dari orang lain, karena ibadah haji yang semata-mata mencari ridho Allah pasti haji
itu akan melebur dosa-dosa kita, habis terhapus dengan sebab media haji yang
benar. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi saw bersabda,
مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ
وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ
“Siapa yang berhaji karena Allah lalu tidak berkata-kata
seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana
ketika dilahirkan oleh ibunya.(tanpa noda dan dosa)” (HR. Bukhari).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ
الله
Kedua, Belajar Ittiba’urosul (ikuti tuntunan Nabi saw).
Semua ibadah yang kita lakukan dan agar ibadah kita diterima
disisi Allah saw adalah ibadah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ
أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami,
maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim).
Demikian juga ibadah qurban yang diterima Allah adalah ibadah
yang sesuai anjuran Nabi saw. Dari Al-Bara’ bin ‘Azib ra menuturkan bahwa Nabi
saw menyampaikan khutbah kepada para sahabat pada hari Idul Adha setelah
mengerjakan shalat Idul Adha. Beliau saw bersabda,
مَنْ صَلَّى صَلاَتَنَا وَنَسَكَ
نُسُكَنَا فَقَدْ أَصَابَ النُّسُكَ ، وَمَنْ نَسَكَ قَبْلَ الصَّلاَةِ فَإِنَّهُ
قَبْلَ الصَّلاَةِ ، وَلاَ نُسُكَ لَهُ
“Siapa yang shalat seperti shalat kami dan menyembelih kurban
seperti kurban kami, maka ia telah mendapatkan pahala kurban. Barangsiapa yang
berkurban sebelum shalat Idul Adha, maka itu hanyalah sembelihan yang ada
sebelum shalat dan tidak teranggap sebagai kurban.”
Abu Burdah yang merupakan paman dari Al-Bara’ bin ‘Azib dari
jalur ibunya berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ ، فَإِنِّى
نَسَكْتُ شَاتِى قَبْلَ الصَّلاَةِ ، وَعَرَفْتُ أَنَّ الْيَوْمَ يَوْمُ أَكْلٍ
وَشُرْبٍ ، وَأَحْبَبْتُ أَنْ تَكُونَ شَاتِى أَوَّلَ مَا يُذْبَحُ فِى بَيْتِى ،
فَذَبَحْتُ شَاتِى وَتَغَدَّيْتُ قَبْلَ أَنْ آتِىَ الصَّلاَةَ
“Wahai Rasulullah, aku telah menyembelih kambingku sebelum
shalat Idul Adha. Aku tahu bahwa hari itu adalah hari untuk makan dan minum.
Aku senang jika kambingku adalah binatang yang pertama kali disembelih di
rumahku. Oleh karena itu, aku menyembelihnya dan aku sarapan dengannya sebelum
aku shalat Idul Adha.”
Rasulullah saw pun berkata,
شَاتُكَ شَاةُ لَحْمٍ
“Kambingmu hanyalah kambing biasa (yang dimakan dagingnya,
bukan kambing kurban).” (HR. Bukhari).
Begitu pula dalam melaksanakan ibadah haji harus sesuai dengan
tuntunan, bisa jadi haji zaman sekarang ini hanya bisa dilakukan seumur hidup
sekali karena sulitanya kesempatan untuk berhaji, sekali berhaji, sempurnakan
segalanya dan ikuti tuntunan Nabi saw agar berkesempatan meraih haji mabrur.
seperti Rasulullah berhaji hanya sekali.
لِتَأْخُذُوا مَنَاسِكَكُمْ فَإِنِّى
لاَ أَدْرِى لَعَلِّى لاَ أَحُجُّ بَعْدَ حَجَّتِى هَذِهِ
“Ambillah dariku manasik-manasik kalian, karena sesungguhnya
aku tidak mengetahui, mungkin saja aku tidak berhaji setelah hajiku ini”. (HR. Muslim).
Karena itu jika ingin ibadah qurban, ibadah haji dan ibadah
lainnya maqbul dan mabrur mesti didasari ilmu. Jika tidak, maka
sia-sialah ibadah tersebut. Umar bin Abdul Aziz pernah berkata,
مَنْ عَبَدَ اللَّهَ بِغَيْرِ عِلْمٍ
كَانَ مَا يُفْسِدُ أَكْثَرَ مِمَّا يُصْلِحُ
“Siapa yang beribadah kepada Allah tanpa didasari ilmu, maka
kerusakan yang ia perbuat lebih banyak daripada maslahat yang diperoleh.” (Majmu’ Al Fatawa, 2: 282).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ
الله
Ketiga, Belajar Berinfaq Dengan Harta.
Ibadah qurban dan ibadah haji sangat berkaitan dengan harta,
harta yang kita keluarkan untuk membeli hewan qurban dan harta untuk biaya
ongkos naik haji. Kedua ibadah ini mengajarkan kita ikhlas, semata-mata untuk
menjalankan perintah Allah swt dan harus kita yakini bahwa harta semakin
dikeluarkan untuk jalan kebaikan dan ketaatan maka harta itu akan semakin
berkah, tidak pernah kita temui orang-orang yang berqurban dan berhaji yang
telah mengorbankan jutaan hartanya menjadi bangkrut bahkan diganti Allah dengan
yang lebih baik, semakin bertambah, berkembang dan barokah. Firman Allah,
وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ
يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan
menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
عن أسماء بنت أبي بكر الصديق رضي الله
عنهما- قالت: قال لي رسول الله -صلى الله عليه وسلم: لا تُوكِي فيُوكَى عليك. وفي
رواية: أَنْفِقِي أو انْفَحِي، أو انْضَحِي، ولا تُحْصِي فيُحْصِي الله عليك، ولا
تُوعِي فيُوعِي الله عليك
Dari Asma binti Abu Bakar As-Siddiq raḍiyallahu 'anhuma, ia
berkata, "Rasulullah ṣaw bersabda kepadaku, "Janganlah engkau
menahan (rezeki) sehingga (rezeki) akan ditahan kepadamu." Dalam
riwayat lain disebutkan, “Infaqkanlah hartamu. Janganlah engkau
menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika tidak, maka
Allah akan menghilangkan berkah rezeki tersebut. Janganlah menghalangi anugerah
Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan anugerah dan kemurahan
untukmu.” (HR. Bukhari Muslim).
Karena pesan Rasulullah saw,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah mengurangi harta.” (HR. Muslim).
Imam Nawawi berkata, “Kekurangan harta bisa ditutup dengan
keberkahannya atau ditutup dengan pahala di sisi Allah.” (Syarh Shahih Muslim,
16: 128).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ
الله
Semoga kita bisa mengambil pelajaran yang sangat bermakna ini
dengan perintah berqurban dan berhaji dan juga menjadikan kita termasuk
orang-orang yang selalu patuh terhadap semua yang telah Allah dan Rasul perintahkan
kepada kita, karena semua ini pasti akan menyelamatkan kita di yaumil qiyamah
kelak. Amiiin Ya Allah.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم