Tausiah Tahlil : Sosok Manusia Yang Dibanggakan Nabi saw
kematian
Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya
Diatas Cahaya”
Tema :
“ Sosok Manusia Yang Dibanggakan Nabi SAW”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni
Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie Bekasi
dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi.
WA : +628161191890
(alm)
H. Naserih Bin H. Liyas sosok peribadi
yang sangat beruntung baik di dunia apalagi diakhirat, dipenghujung usianya
yang Allah berikan ujian sakit membuat tidak banyak aktifitas diluar rumah,
sehari-hari hanya berdzikir, bertasbih, ngaji di majlis ta’lim dan mendekatkan
dirinya hanya kepada Allah swt terutama melakukan perintah sholat lima waktu
dan sholat jumat serta berziarah ke makam orang tuanya. Ketidak berdayaanya pun
selalu dibantu adiknya yang sangat baik yaitu bapak H. Nur Ali bin H. Liyas
terutama untuk bisa sholat jumat ke masjid. Doa terbaik kita panjatkan untuk
(alm) tercatat dimata Allah من أهل الخير
(tergolong orang-orang baik).
Sampai
titik ajalnya dijemput malaikat Izrail (alm) tidak pernah meninggalkan dua hal
ini :
Pertama,
Sholat Tidak Pernah Ditinggal.
Meski
sakit dan butuh bantuan orang lain untuk bisa sholat, namum sholat selalu
menjadi utama yang harus dikerjakan, (alm) tau betapa beruntung orang-orang
yang selalu sholat dan (alm) betul-betul memanfaatkan sisa-sisa usianya untuk beribadah,
ini keuntungan dan janji Rasulullah saw untuk orang-orang yang memelihara
sholat :
(1).
Shalat adalah Sebaik-baik Amalan Setelah Dua Kalimat Syahadat.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ
سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَىُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ قَالَ «
الصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا ». قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَىٌّ قَالَ « بِرُّ الْوَالِدَيْنِ
». قَالَ قُلْتُ ثُمَّ أَىٌّ قَالَ « الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ ».
Dari
‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah saw,
amalan apakah yang paling afdhol?” Jawab beliau, “Shalat pada waktunya.” Lalu
aku bertanya lagi, “Terus apa?” “Berbakti pada orang tua“, jawab Nabi saw. “Lalu apa lagi”, aku bertanya kembali. “Jihad
di jalan Allah“, jawab beliau.” (HR.
Bukhari dan Muslim).
(2). Shalat Lima
Waktu Mencuci Dosa.
(alm)
sangat tahu betapa banyak dosa yang ia miliki dan salah satu cara untuk mencuci
dosa dengan melakuka sholat, sehingga meskipun sakit dan butuh pertolongan
orang lain, sholat tidak pernah ditinggalkan, Nabi saw bersabda,
Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa
Rasulullah saw bersabda,
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهَرًا بِبَابِ
أَحَدِكُمْ ، يَغْتَسِلُ فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا ، مَا تَقُولُ ذَلِكَ يُبْقِى
مِنْ دَرَنِهِ » . قَالُوا لاَ يُبْقِى مِنْ دَرَنِهِ شَيْئًا . قَالَ « فَذَلِكَ
مِثْلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ ، يَمْحُو اللَّهُ بِهَا الْخَطَايَا »
“Tahukah
kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di antara
kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan
tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa
sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat
lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu,
مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ كَمَثَلِ نَهَرٍ
جَارٍ غَمْرٍ عَلَى بَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ مِنْهُ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسَ
مَرَّاتٍ ». قَالَ قَالَ الْحَسَنُ وَمَا يُبْقِى ذَلِكَ مِنَ الدَّرَنِ
“Permisalan
shalat yang lima waktu itu seperti sebuah suangi yang mengalir melimpah di
dekat pintu rumah salah seorang di antara kalian. Ia mandi dari air sungai itu
setiap hari lima kali.” Al Hasan berkata, “Tentu tidak tersisa kotoran sedikit
pun (di badannya).” (HR. Muslim).
(3). Shalat Lima
Waktu Menghapuskan Dosa.
Dalam
ketidakberdayaan (alm) berusaha keras untuk bisa melaksanakan sholat jumat
meski harus dibantu dan dipayang dengan orang lain, karena keutamaan sholat
jumat yang tidak bisa tergantikan itu dan menahan rasa sakitnya jangan sampai
membuat dirinya masuk dalam katagori orang-orang kafir. Dari Abu Hurairah,
Rasulullah saw bersabda,
الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى
الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا
اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ
“Di
antara shalat yang lima waktu, di antara Jumat yang satu dan Jumat lainnya, di
antara Ramadhan yang satu dan Ramadhan lainnya, itu akan menghapuskan dosa di
antara keduanya selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim).
(4). Shalat itu Penyelamat
dan Cahaya di Dunia dan Akhirat.
Lagi-lagi Rasulullah saw menjanjikan
untuk orang-orang yang selalu memelihara sholatnya. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr,
Nabi saw bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً
وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ
يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَام…
“Siapa
yang menjaga sholat lima waktu, baginya
cahaya, bukti dan keselamatan pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya,
maka ia tidak mendapatkan cahaya, bukti dan juga tidak mendapat keselamatan. Pada
hari kiamat, ia akan bersama Qorun, Fira’un, Haman dan Ubai Bin Kholaf.” (HR. Ahmad).
(5). Shalat itu
Amalan yang Pertama Dihisab.
Sholat
menjadi barometer seseorang selamat di akhirat atau tidak, makanya sholat
menjadi amal pertamakali yang dipertanggungjwabkan Dari Abu Hurairah, Nabi saw
bersabda,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ
يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ
وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ
فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ
لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ
ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ
الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ ” .
“Sesungguhnya
amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya.
Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan.
Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang
dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala
mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat
sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang
kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.” Dalam riwayat lainnya,
”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan
dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu
Daud, Ahmad, Hakim dan Baihaqi).
Meski Sakit Tetap
Sholat Jumat.
Sakit
tidak jadi penghalang untuk terus melangkah menuju masjid terutama untuk
melakukan sholat jumat, karena ia tahu betapa ruginya jika ditinggalkan sholat
jumat hanya dengan sebab ia sakit. Inilah keutamaan Sholat Jumat :
(A). Menghapuskan
Dosa.
Dari
Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
الصَّلاَةُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى
الْجُمُعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ
“Di
antara shalat lima waktu, di antara Jum’at yang satu dan Jum’at yang
berikutnya, itu dapat menghapuskan dosa di antara keduanya selama tidak
dilakukan dosa besar.” (HR. Muslim).
(B).
Hari Allah Sempurnakan Islam dan Cukupkan nikmat
Allah swt berfirman,
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu” (QS. Al Ma’idah: 3).
Ketika
Ibnu ‘Abbas membaca ayat di atas, beliau berkata, “Orang Yahudi mengatakan:
لو نزلت هذه الآية علينا، لاتخذنا يومها عيدًا
“Seandainya
ayat ini turun di tengah-tengah kami, niscaya kami akan merayakan hari turunnya
ayat tersebut sebagai ‘ied (hari besar atau hari raya)”. Ayat ini turun saat bertemunya dua hari raya
yaitu hari raya ‘ied (haji akbar) dan hari Jum’at.
(C). Raih Pahala
Qurban Pada Shalat Jum’at.
Bisa
jadi hal ini yang membuat (alm) sangat semangat untuk tidak meninggalkan sholat
jumat walau kondisinya sakit. Bisa sholat jumat, sekaligus dapat meraih pahala
qurban secara bersamaan. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,
مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ غُسْلَ
الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً وَمَنْ رَاحَ فِي
السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً وَمَنْ رَاحَ فِي
السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ وَمَنْ رَاحَ فِي
السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً وَمَنْ رَاحَ فِي
السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الْإِمَامُ
حَضَرَتْ الْمَلَائِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ
“Barangsiapa
mandi pada hari jumat sebagaimana mandi janabah, lalu berangkat menuju masjid,
maka dia seolah berkurban dengan seekor unta. Barangsiapa yang datang pada
kesempatan (waktu) kedua maka dia seolah berkurban dengan seekor sapi.
Barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) ketiga maka dia seolah
berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk. Barangsiapa yang datang pada
kesempatan (waktu) keempat maka dia seolah berkurban dengan seekor ayam. Dan
barangsiapa yang datang pada kesempatan (waktu) kelima maka dia seolah
berkurban dengan sebutir telur. Dan apabila imam sudah keluar (untuk memberi
khuthbah), maka para malaikat hadir mendengarkan dzikir (khuthbah tersebut).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Bahkan
bukan hanya pahala berqurban yang didapatkan, setiap langkahnya pun saat menuju
shalat jum’at mendapat ganjaran puasa dan shalat setahun. Dari Aus bin Aus, ia
berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَغَسَّلَ ،
وَبَكَّرَ وَابْتَكَرَ ، وَدَنَا وَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ ، كَانَ لَهُ بِكُلِّ
خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا أَجْرُ سَنَةٍ صِيَامُهَا وَقِيَامُهَا
“Barangsiapa
yang mandi pada hari Jum’at dengan mencuci kepala dan anggota badan lainnya,
lalu ia pergi di awal waktu atau ia pergi dan mendapati khutbah pertama, lalu
ia mendekat pada imam, mendengar khutbah serta diam, maka setiap langkah
kakinya terhitung seperti puasa dan shalat setahun.” (HR. Tirmidzi).
Kedua, (alm) Selalu Berbakti Kepada Kedua Orang Tua.
Kebiasaan
baik (alm) sejak sakit-sakitan selalu berziarah ke makam orang tuanya,
barangkali ini pertanda (alm) ingin meraih ridho orang tua, karena hanya
melalui ridhonya pasti aka dapat ridho Allah swt. Diantara cara berbakti pada
orang tua yang telah meninggal dunia itu dengan selalu mengirimkan doa untuknya
apalagi jika masa hidupnya sedikit seklai bisa berkabti kepadanya. Dari Abu
Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata,
بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى
الله عليه وسلم- إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلِمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ
اللَّهِ هَلْ بَقِىَ مِنْ بِرِّ أَبَوَىَّ شَىْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ
مَوْتِهِمَا قَالَ « نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا
وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ
إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا
“Suatu
saat kami pernah berada di sisi Rasulullah saw. Ketika itu ada datang seseorang
dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk
berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti
pada keduanya, pen.). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun
untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin
hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak
pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah).
Dalam riwayat lain disebutkan orang
tua itu bagaikan dua mata.
الوالدين مثل العينين اذا فقدت احدهما نقص نظرك.
اذا فقدت الاثنين اصبحت اعمى. فحافظ عليهماكماتحافظ عينيك
“Kedua
orang tua se[erti dua mata, apabila hilang salah satunya maka berkurang
penglihatanmu. Apabila hilang kedua matanya maka akan buta. Karenanya perilhara
kedua orang tua sebagaiman kami memelihara kedua matamu.”
Tugas
kita yang masih hidup diperintahkan Rasulullah saw untuk menyebutkan kebaikan orang
yang sudah meninggal dunia dan dilarang menyebutkan kejelekannya karena semua
itu akan menajdi saksi dihadapan Allah swt.
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْعَلَاءِ
أَخْبَرَنَا مُعَاوِيَةُ بْنُ هِشَامٍ عَنْ عِمْرَانَ بْنِ أَنَسٍ الْمَكِّيِّ
عَنْ عَطَاءٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اذْكُرُوا مَحَاسِنَ مَوْتَاكُمْ وَكُفُّوا عَنْ مَسَاوِيهِمْ
“Sebutkan kebaikan orang-orang yang telah meninggal dan hindarilah
menyebut keburukan mereka” (HR. Abu Daud).
Dari
Anas bin Malik ra berkata, “Mereka lewat mengusung jenazah, lalu mereka
memujinya dengan kebaikan. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wajib.” Kemudian mereka lewat dengan mengusung jenazah yang lain, lalu mereka
membicarakan kejelekannya. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Wajib.” Umar bin Al-Khattab lantas bertanya, “Apakah yang wajib itu?” Nabi saw
bersabda,
هَذَا
أَثْنَيْتُمْ عَلَيْهِ خَيْرًا فَوَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ ، وَهَذَا أَثْنَيْتُمْ
عَلَيْهِ شَرًّا فَوَجَبَتْ لَهُ النَّارُ ، أَنْتُمْ شُهَدَاءُ اللَّهِ فِى
الأَرْضِ
“Yang
kalian puji kebaikannya, maka wajib baginya surga. Dan yang kalian sebutkan
kejelekannya, wajib baginya neraka. Kalian adalah saksi-saksi Allah di muka
bumi.” (HR. Bukhari Muslim).
Dari
Abul Aswadm ia berkata, “Aku datang di Madinah lalu duduk menghampiri ‘Umar bin
Al-Khattab. Kemudian lewatlah jenazah kepada mereka, lalu jenazah tersebut
dipuji kebaikannya. Maka ‘Umar berkata, “Wajib.” Kemudian lewat lagi yang lain,
maka ia dipuji kebaikannya, maka ‘Umar berkata, Wajib.” Lalu lewatlah yang
ketiga, maka ia disebutkan kejelekannya. Kemudian ‘Umar berkata, “Wajib.”
Aku
pun bertanya, “Apakah yang wajib, wahai Amirul Mukminin.” ‘Umar menjawab, “Aku
mengatakan seperti yang dikatakan oleh Nabi saw
أَيُّمَا مُسْلِمٍ شَهِدَ لَهُ أَرْبَعَةٌ
بِخَيْرٍ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ
“Muslim
mana saja yang disaksikan kebaikan (dipuji kebaikannya) oleh empat orang, Allah
pasti memasukkannya ke surga.”
Lalu berkata, “Bagaimana kalau tiga orang?” Beliau menjawab, “Dan tiga orang
juga sama.” Lalu kami berkata, “Bagaimana kalau dua orang?” Beliau menjawab,
“Dan dua orang juga sama.” Kemudian kami tidak bertanya pada beliau tentang
satu orang.”
Terimaksih dan Mohon maaf, moga
tulisan ini bermanfaat.