Khutbah Jumat : BAHAGIA BERSAMA ANAK YATIM
khutbah-jumat
Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya
Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat
(Edisi 79) Tema :
“Bahagia Bersama Anak Yatim”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni
Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie Bekasi
dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda :
Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan Asrama Yatim & Dhuafa
ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin Center. Donasi Anda
sangat membantu meringankan beban mereka.
WA :
+628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube,
Instagram & Facebook
Khutbah ini
disampaikan di Masjid JAMl’ AL-UKHUWAH Villa Gading Baru Bekasi. Jumat, 12 Agustus
2022 M/14 Muharram 1444 H.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Diberbagai
kesempatan, baik majlis taklim, musholla, masjid dan dalam berbagai kajian
dibulan Muharram ini banyak kita saksikan dan kita lakukan berbagi untuk
menyantuni dan membahagiakan anak-anak yatim, meskipun perintah menyayangi dan
berbuat baik kepada para anak yatim setiap saat dan kapan saja boleh dilakukan tidak
harus menunggu memont Muharrom namun mengingat bulan Muharrom termasuk bulan
haram, dimana melakukan kebaikan-kebaikan termasuk berinfaq, sedekah dan
berdonasi akan memperoleh pahala lebih besar dibanding diluar bulan haram, maka
tidak heran jika moment bulan Muharrom dijadikan bulan berbagi dan menyayangi
para anak yatim piatu dan dhuafa.
Kamus
besar Bahasa Indonesia kata yatim adalah tidak beribu atau tidak berayah lagi
(karena ditinggal mati) sementara piatu adalah sudah tidak berayah dan beribu
lagi. Sangat banyak anak-anak yatim sekitar lingkungan kita, mereka adalah
tunas bangsa, estafet perjuangan, generasi masa akan datang, mereka harus
dibantu, dikasihi dan disayangi agar bisa meraih masa depan mereka yang lebih
baik. Allah swt dan Rasulullah saw sangat menganjurkan kita untuk bisa berbuat
dan action untuk mereka :
Pertama,
Membahagiakan Anak Yatim Perintah Allah swt.
Perintah
berbuat baik kepada para anak yatim, orang miskin, kerabat dan para tetangga
Allah sejajarkan dengan perintah berbuat baik kepada kedua orang tua. Allah swt
berfirman:
وَا
عْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـئًـا ۗ وَّبِا لْوَا لِدَيْنِ
اِحْسَا نًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَا لْيَتٰمٰى وَ الْمَسٰكِيْنِ وَا لْجَـارِ ذِى
الْقُرْبٰى وَا لْجَـارِ الْجُـنُبِ وَا لصَّا حِبِ بِا لْجَـنْبِۢ وَا بْنِ
السَّبِيْلِ ۙ وَمَا مَلَـكَتْ اَيْمَا نُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ
كَا نَ مُخْتَا لًا فَخُوْرًا
"Dan
sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun.
Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu
sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang
yang sombong dan membanggakan diri," (QS.
An-Nisa' : 36).
Tafsir
Ibnu Katsir menyebutkan : “Mereka (anak yatim) adalah anak-anak yang telah
kehilangan orang yang mnegurus keperluan dan kepentingan mereka, serta kehilangan
orang yang memberi nafkah mereka. Maka Allah swt memerintahkan agar mereka
diperlakukn dengan baik dan penuh kasih saying.”
Kedua, Belajar
Dari Nabi saw Sejak Kecil Yatim.
Saat
Rasulullah saw sejak dalam kandungan ibunya yang bernama Aminah Binti Wahab,
ayah Rasulullah bernama Abdullah bin Abdul Muthollib meninggal dunia di Madinah
dan dikuburkan pula di Madinah pada usia 25 tahun sepulang dari perdagangan ke
Syam bersama dengan kafilah perdagangan Quraisy, Rasulullah dilahirkan dalam
keadaan yatim sehingga Allah sebutkan dalam al-quran,
أَلَمْ
يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ
“Bukankah
Dia mendapatimu sebagai seorang yatim lalu Dia melindungimu?” (QS. Adh-Dhuha: 6).
Tidak
cukup disitu saja, saat Nabi saw diusia enam tahun, Aminah ingin menziarahi kuburan
suaminya di Madinah, Aminah ditemani putranya yang yatim menempuh perjalanan
dari kota Makkah menuju kota Madinah kurang lebih 450 kilometer, namun
dipertengahan perjalanan pulang menuju kota Makkah Aminah sakit parah, lalu
meninggal dunia dan dimakamkan didaerah Abwa. Rasulullah menjadi anak yatim
piatu kehilangan ayah dan juga kehilangan ibu.
Luka
yang sangat sedih dirasakan seorang anak yang masih kecil baru berusia enam
tahun, tidak ada manusia yang menghiburnya, tidak memiliki saudara kandung,
jauh dari paman dan saudara, peristiwa seperti ini betul-betul sangat menggores
luka hati yang teramat dalam sehingga
Nabi saw janjikan terhadap orang-orang yang menyayangi anak yatim akan
bersamanya di surga, sangat dekat dengan Nabi saw seperti jari telunjuk dan jari tengah. Dari
Sahl ibnu Sa’ad ra, Rasulullah saw bersabda,
أَنَا
وَكاَفِلُ الْيَتِيْمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا” وَقَالَ بِإِصْبَعَيْهِ
السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
“Kedudukanku
dan orang yang menanggung anak yatim di surga bagaikan ini.” [Beliau merapatkan
jari telunjuk dan jari tengahnya]”.
(HR. Bukhari).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Ketiga,
Dilarangan Bersikap Kasar Terhadap Anak Yatim.
Allah
sangat menjunjung tingi dan memuliakan anak yatim sehingga Allah larang keras
berlaku kasar, berlaku sewenang-wenang terhadap anak yatim, Firman Allah swt
فَاَ
مَّا الْيَتِيْمَ فَلَا تَقْهَرْ
"Maka
terhadap anak yatim janganlah engkau berlaku sewenang-wenang." (QS. Ad-Duha : 9).
Ayat
ini dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir, “Kamu dulu seorang yatim, lalu Allah
melindungimu, maka janganlah engkau bersikap sewenang-wenang kepada anak yatim,
jangan kamu menghinanya, merendahkannya dan menghardiknya, tapi berbuatlah baik
kepadanya dan lembutlah terhadapnya.”
Allah
juga larang keras sikap sombong, suka berbuat keji dan kasar kepada orang-orang
lemah. Firman Allah swt
وَاَ
مَّا السَّآئِلَ فَلَا تَنْهَرْ
"Dan
terhadap orang yang meminta-minta, janganlah engkau menghardik(nya)." (QS. Ad-Duha : 10)
Namun
Allah menyuruh kita harus banyak bersyukur karena dulu kita fakir tapi Allah
yang mengayakan, dulu kita lemah, namun Allah yang menguatkan dan dulu kita
tidak bisa apa-apa namun Allah pula yang menganugerahkan ilmu. Firman Allah swt
وَاَ
مَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ
"Dan
terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)." (QS. Ad-Duha : 11).
فِى
الدُّنْيَا وَا لْاٰ خِرَةِ ۗ وَيَسْــئَلُوْنَكَ عَنِ الْيَتٰمٰى ۗ قُلْ اِصْلَا
حٌ لَّهُمْ خَيْرٌ ۗ وَاِ نْ تُخَا لِطُوْهُمْ فَاِ خْوَا نُكُمْ ۗ وَا للّٰهُ
يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ الْمُصْلِحِ ۗ وَلَوْ شَآءَ اللّٰهُ لَاَ
عْنَتَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
"Tentang
dunia dan akhirat. Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang anak-anak
yatim. Katakanlah, "Memperbaiki keadaan mereka adalah baik!" Dan jika
kamu mempergauli mereka, maka mereka adalah saudara-saudaramu. Allah mengetahui
orang yang berbuat kerusakan dan yang berbuat kebaikan. Dan jika Allah
menghendaki, niscaya Dia datangkan kesulitan kepadamu. Sungguh, Allah Maha
Perkasa, Maha Bijaksana."
(QS. Al-Baqarah : 220).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Mari
kita lakukan yang terbaik untuk
anak-anak yatim selagi kita masih hidup dan masih Allah beri kesempatan untuk
berbagi. Kita bisa bayangkan jika anak-anak kita yang yatim tanpa punya ayah
dan tanpa punya ibu. Jangan biarkan mereka hidup penuh dengan ketiadaan dan
kekurangan, bahagiakan mereka agar bisa merasakan seperti orang-orang sempurna kedua orang tuanya.
Rasulullah saw memberikan motivasi besar untuk orang-orang yang gemar
menyantuni anak yatim. Disebutkan dalam hadits Dha’if dari Abu Umamah ra,
Rasulullah saw bersabda,
مَنْ
مَسَحَ على رَأْسَ يَتِيمٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلاَّ لِلَّهِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ
شَعْرَةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٌ، وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَى يَتِيمَةٍ
أَوْ يَتِيمٍ عِنْدَهُ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِى الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ، وَفَرَّقَ
بَيْنَ أُصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
“Siapa
yang mengusap kepala anak yatim dan ia mengusapnya hanya karena Allah, maka
setiap helai rambut yang ia usap dengan tangannya ada banyak kebaikan. Siapa
yang berbuat baik pada anak yatim atau berbuat baik pada anak yatim yang ada di
sisinya, aku dan dia akan di surga seperti dua jari ini.” Beliau lantas
berisyarat dengan jari telunjuk dan tengahnya.”
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم