Khutbah Jumat : (Part. l) 10 Macam Do'a 'Afiyat : Minta Kesehatan Dan Keselamatan
khutbah-jumat
Wafizs Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya
Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat
(Edisi 52) Tema :
“10 Macam Do’a ‘Afiyah : Minta
Kesehatan dan Keselamatan. (Part.l)”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni
Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie Bekasi
dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda :
Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan Asrama Yatim & Dhuafa
ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs Al-Amin Center. Donasi Anda
sangat membantu meringankan beban mereka.
WA :
+628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube,
Instagram & Facebook
Khutbah ini
disampaikan di Masjid Jami’ AL-MUJAHIDIN Pondok Soga Babelan Bekasi.
Jumat, 28 Januari
2022 M/25 Jumadil Akhir 1443 H.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Virus
varian terbaru omicron kian hari kian terus merajalela sehingga membuat
penduduk dunia dibuat cemas dan ketakutan meskipun tidak seganas virus corona
namun tetap saja membuat banyak sektor kehidupan manusia terbatasi dan belum
berjalan secara bebas dan normal.
Sudah
saatnya kita terus berdoa minta kepada Allah swt agar dibebaskan dari sagala
wabah dan bencana ini. Ada satu doa yang setiap pagi dan petang selalu Rasulullah
saw pinta kepada Allah swt ialah berdoa untuk minta ‘afiah (kesehatan
dan keselamatan), selamat dari sesuatu yang membahayakan baik di dunia ataupun
di akhirat. Karena ‘Afiat itu tidak hanya sehat jasmani dan rohani
tetapi juga terhindar dari stres, terhindar dari hal-hal yang menyusahkan hati
dan fikiran kita bahkan juga terhindar dari semua penyakit yang tidak bisa
diobati secara medis seperti bala, wabah dan musibah termasuk penyakit yang
belum ditemukan obatnya.
Ini
doa Rasulullah saw yang tidak pernah beliau tinggalkan setiap pagi dan sore, dari
Ibnu Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
للَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي
الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ
وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ
عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى
“Ya
Allah, aku memohon keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah aku memohon
kebajikan dan keselamatan dalam agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya
Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan
tenteramkanlah aku dari rasa takut…”
(HR. Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Bahkan
Syeikh Muhammad Nawawi Bin Umar Al-Jawi dalam Kitab نصائح
العباد hal 64 lebih menjelaskan sabda Rasulullah saw.
قَالَ رسول الله صلى الله عليه وسلم
اَلْعَافِيَةُ عَلَى عَشْرَةِ اَوْجُهٍ خَمْسَةٌ فِى الدُّنْيَا وَخَمْسَةٌ فِى
الْاَخِرَةِ
Rasulullah
saw bersabda : Ada sepuluh macam ‘Afiyah (kesehatan dan keselamatan) : lima
‘Afiyah di dunia dan lima ‘Afiyah di akhirat.
فَاَمَّا الَّتِى فِى الدُّنْيَا Adapun
lima ‘Afiyah (kesehatan dan keselamatan) untuk di dunia adalah :
Pertama,
اَلْعِلْمُ (Ilmu).
Karena
Ilmu itu dapat membantu menyelamatkan di dunia dan menyelamatkan di akhirat,
ibadah siapapun tanpa dilandasi dengan ilmu maka ibadah itu tidak bernilai sedikitpun
dimata Allah swt. Ingin selamat di dunia miliki ilmunya, ingin selamat di akhirat
miliki ilmunya, ingin selamat dunia akhirat hanya dengan ilmu. Ungkapan Imam
Syafi’ie dinukil oleh Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ fi Syarhil Muhadzab
hal.40
مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ
بِالْعِلْمِ, وَمَنْ أَرَادَ الأَخِرَةَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ, وَمَنْ
أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ
“Barang
siapa menginginkan kebahagian dunia, maka tuntutlah ilmu dan barang siapa yang
ingin kebahagian akhirat, tuntulah ilmu dan barangsiapa yang menginginkan
keduanya, tuntutlah ilmu pengetahuan”.
Kedua,
الْعِبَادَة(ibadah).
Ibadah
adalah ketaatan, kepatuhan, kerendahan hati dan rasa cinta kepada Allah swt,
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,
”
الْعِبَادَةُ ” هِيَ اسْمٌ جَامِعٌ لِكُلِّ مَا
يُحِبُّهُ اللَّهُ وَيَرْضَاهُ : مِنْ الْأَقْوَالِ وَالْأَعْمَالِ الْبَاطِنَةِ
وَالظَّاهِرَةِ
“Ibadah
adalah istilah yang mencakup segala yang Allah cintai dan ridai berupa
perkataan dan perbuatan yang batin maupun lahir.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:149).
Ibadah
yang menyelamatkan adalah ibadah yang sesuai dengan aturan Allah dan RasulNya,
ibadah yang diterima disisi Allah swt adalah ibadah yang ikhlas semata-mata
karena Allah dan ibadah yang diterima disisi Allah adalah ibadah yang mengikuti
semua tuntunan Nabi saw. Rasulullah saw bersabda,
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا
فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa
melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut
tertolak". (HR. Muslim).
Jadikanlah
ibadah yang selalu kita lakukan sebagai penyelamat dari keterpurukan dunia dan
keterpurukan akhirat, jadikanlah ibadah yang sering kita kerjakan agar
mendapatkan ganjaran pahala dari Allah swt bukan menjadi amalan yang ditolak
Allah dan RasulNya.
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Ketia,
الرِّزْقُ مِنَ الْحَلَال (Rezeki yang halal).
Rezeki
yang halal adalah yang bisa menyelematkan, karena rezeki itu adalah:
هُوَ كُلُّ مَا تَنْتَفِعُ بِهِ مِمَّا
اَبَاحَهُ اللهُ لَكَ سَوَاءٌ كَانَ مَلْبُوْسٌ اَوْ مَطْعُوْمٌ … حَتَّى
الزَّوْجَة رِزْق، الاَوْلاَدُ وَ البَنَاتُ رِزْقٌ وَ الصِّحَةُ وَ السَّمْعُ وَ
العَقْلُ …الخ
“Segala
sesuatu yang bermanfaat yang Allah halalkan untukmu, entah berupa pakaian,
makanan, sampai pada istri. Itu semua termasuk rezeki. Begitu pula anak
laki-laki atau anak peremupuan termasuk rezeki. Termasuk pula dalam hal ini
adalah kesehatan, pendengaran dan penglihatan.”
Sebaliknya
rezeki yang haram bisa membuat amalan kita tertolak. Dari Abu Hurairah ra, Nabi
saw bersabda,
«
أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ
إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ
الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ
وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ثُمَّ ذَكَرَ
الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ
يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ
حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan
menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (halal). Dan sesungguhnya Allah
telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya
kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang
baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang
beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.’”
Kemudian Nabi saw menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh
perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu
mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.”
Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram,
pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah
Allah akan memperkenankan do’anya?”
(HR. Muslim).
Dari
Abu Bakr Ash Shiddiq ra, ia berkata,
مَنْ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ فَالنَّارُ
أَوْلَى بِهِ
“Siapa
yang dagingnya tumbuh dari pekerjaan yang tidak halal, maka neraka pantas
untuknya.” (HR. Ibnu Hibban).
Keempat,
الصَّبْرُ عَلَى الشِّدَّةِ
(Sabar atas Penderitaan).
Memiliki
sikap sabar adalah pertanda keberhasilan, banyak dalam kesempatan kita harus
bersabar karena dalam pribahasa Arab (mahfudzot) dikatakan
الصَّبْرُ يُعِيْنُ عَلىَ كُلِّ عَمَلٍ
“Kesabaran
itu menolong segala pekerjaan”.
Bahkan
Allah swt memerintahkan kita untuk terus bersabar, firman Allah swt,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا
وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Hai
orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan
tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah,
supaya kamu beruntung.” (QS. Ali
Imran: 200).
Perumpaan
bersabar dari Rasulullah saw terutama saat-saat mendapatkan musibah. Dari Anas
bin Malik ra, beliau berkata,
مَرَّ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم –
بِامْرَأَةٍ تَبْكِى عِنْدَ قَبْرٍ فَقَالَ « اتَّقِى اللَّهَ وَاصْبِرِى » .
قَالَتْ إِلَيْكَ عَنِّى ، فَإِنَّكَ لَمْ تُصَبْ بِمُصِيبَتِى ، وَلَمْ
تَعْرِفْهُ . فَقِيلَ لَهَا إِنَّهُ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – . فَأَتَتْ
بَابَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَلَمْ تَجِدْ عِنْدَهُ بَوَّابِينَ
فَقَالَتْ لَمْ أَعْرِفْكَ . فَقَالَ « إِنَّمَا الصَّبْرُ عِنْدَ الصَّدْمَةِ
الأُولَى»
“Nabi
saw pernah melewati seorang wanita yang sedang menangis di sisi kuburan. Lalu
beliau saw bersabda, “Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah.” Kemudian
wanita itu berkata, “Menjauhlah dariku. Sesungguhnya engkau belum pernah
merasakan musibahku dan belum mengetahuinya.” Kemudian ada yang mengatakan pada
wanita itu bahwa orang yang berkata tadi adalah Nabi saw. Kemudian wanita
tersebut mendatangi pintu (rumah) Nabi saw. Kemudian dia tidak mendapati
seorang yang menghalangi dia masuk pada rumah Nabi saw. Kemudian wanita ini
berkata, “Maaf, sebelumnya aku belum mengenalmu.” Lalu Nabi saw bersabda,
“Sesungguhnya namanya sabar adalah ketika di awal musibah.” (HR. Bukhari).
Kelima,
وَالشُّكْرُ عَلَى النِّعْمَةِ (Bersyukur
atas Segala Nikmat).
Secara
bahasa syukur bermkana terbuka (inklusif) lawan dari kata kufur yakni tertutup
(eksklusif), dengan kita semakin bersyukur maka akan semakin terbuka nikmat dan
rahmat Allah swt, dengan kita bersyukur akan selamat dari tertutupnya nikmat
Allah, karena Allah berjanji akan pasti menambah nikmatNya untuk orang-orang
yang selalu bersyukur
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
“Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat”. (QS. Ibrahim : 7).
Berusahalah
selalu menjadi hamba yang bersyukur baik saat nikmat itu sedikit ataupun diberi
nikmat banyak. Dari An Nu’man bin Basyir, Nabi saw bersabda,
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ لَمْ يَشْكُرِ
الْكَثِيرَ
“Barang
siapa yang tidak mensyukuri yang sedikit, maka ia tidak akan mampu mensyukuri
sesuatu yang banyak.” (HR. Ahmad).
Meskipun
memang sedikit orang-orang yang mampu menjadi hamba yang bersyukur. Allah swt
berfirman,
وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ
“Sangat sedikit
sekali di antara hamba-Ku yang mau bersyukur.” (QS. Saba’: 13).
مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Mari
kita selalu menyandarkan seluruh hidup kita hanya kepada Allah swt dan
menempatkan diri kita yang selalu minta ‘afiyah perlindungan keselamatan dan
kesehatan baik di dunia maupu diakhirat agar kita selamat selamanya. Amiiin ya
Robb.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ
الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ
الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
To be continue..
Bersambung ke Part ll yaaa....