TAKLIM : Istiqomah Silaturrahmi dan Ketaqwaan
tausiah
Istiqomah Silaturrahmi dan Ketaqwaan
Oelh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Pertama,
Istiqomah Itu Perintah Allah swt.
Ibnu
Rajab Al-Hambali berkata, istiqomah adalah menempuh jalan (agama) yang lurus
(benar) dengan tidak berpaling ke kiri maupun ke kanan. Istiqomah ini mencakup
pelaksanaan semua bentuk ketaatan (kepada Allah) lahir dan batin, dan
meninggalkan semua bentuk larangan-Nya.
Ayat
yang menyebutkan keutamaan istiqomah adalah firman Allah swt
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ
اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلا
تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah
pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan
mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu”. (QS. Fushilat: 30).
Maksud
Istiqomah Disini Terdapat 3 Pendapat Dikalangan Ahli Tafsir :
(1).
Istiqomah di atas tauhid, sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Bakr Ash Shidiq
dan Mujahid,
(2).
Istiqomah dalam ketaatan dan menunaikan kewajiban Allah, sebagaimana dikatakan
oleh Ibnu ‘Abbas, Al Hasan dan Qotadah,
(3).
Istiqomah di atas ikhlas dan dalam beramal hingga maut menjemput, sebagaimana
dikatakan oleh Abul ‘Aliyah dan As Sudi.2 Dan sebenarnya istiqomah bisa
mencakup tiga tafsiran ini karena semuanya tidak saling bertentangan.
Ayat
di atas menceritakan bahwa orang yang istiqomah dan teguh di atas tauhid dan
ketaatan, maka malaikat pun akan memberi kabar gembira padanya ketika maut
menjemput “Janganlah takut dan janganlah bersedih”.
Mujahid,
‘Ikrimah, dan Zaid bin Aslam menafsirkan ayat tersebut: “Janganlah takut pada
akhirat yang akan kalian hadapi dan janganlah bersedih dengan dunia yang kalian
tinggalkan yaitu anak, keluarga, harta dan tanggungan utang. Karena para
malaikat nanti yang akan mengurusnya.” Begitu pula mereka diberi kabar gembira
berupa surga yang dijanjikan. Dia akan mendapat berbagai macam kebaikan dan
terlepas dari berbagai macam kejelekan.
Zaid
bin Aslam mengatakan bahwa kabar gembira di sini bukan hanya dikatakan ketika
maut menjemput, namun juga ketika di alam kubur dan ketika hari berbangkit.
Inilah yang menunjukkan keutamaan seseorang yang bisa istiqomah.
Al
Hasan Al Bashri ketika membaca ayat di atas, ia pun berdo’a, “اللهم انت ربنا فارزقنا الاستقامة (Allahumma anta
robbuna, farzuqnal istiqomah) (Ya Allah, Engkau adalah Rabb kami. Berikanlah
keistiqomahan pada kami).”
Ayat lain Allah swt berfirman,
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ
اسْتَقَامُوا فَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ, أُولَئِكَ أَصْحَابُ
الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap
istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula)
berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya;
sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al Ahqaf: 13-14).
Dari Abu ‘Amr atau Abu ‘Amrah Sufyan
bin Abdillah, beliau berkata,
يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِى فِى الإِسْلاَمِ
قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ – وَفِى حَدِيثِ أَبِى أُسَامَةَ
غَيْرَكَ – قَالَ « قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ فَاسْتَقِمْ
“Wahai
Rasulullah saw, ajarkanlah kepadaku dalam (agama) islam ini ucapan (yang
mencakup semua perkara islam sehingga) aku tidak (perlu lagi) bertanya tentang
hal itu kepada orang lain setelahmu (dalam hadits Abu Usamah dikatakan, “selain
engkau”). Rasulullah saw bersabda, “Katakanlah: “Aku beriman kepada Allah“,
kemudian beristiqamahlah dalam ucapan itu.” Ibnu Rajab mengatakan, “Wasiat Nabi
saw ini sudah mencakup wasiat dalam agama ini seluruhnya.”
Kedua, Pasti
Ada Kekurangan dalam Istiqomah.
Ketika
kita ingin berjalan di jalan yang lurus dan memenuhi tuntutan istiqomah,
terkadang kita tergelincir dan tidak bisa istiqomah secara utuh. Lantas apa
yang bisa menutupi kekurangan ini? Jawabnnya adalah pada firman Allah swt,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى
إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَاسْتَقِيمُوا إِلَيْهِ
وَاسْتَغْفِرُوهُ
“Katakanlah:
“Bahwasanya aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku
bahwasanya Rabbmu adalah Rabb Yang Maha Esa, maka tetaplah istiqomah pada jalan
yan lurus menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya.” (QS. Fushilat: 6). Ayat ini memerintahkan
untuk istiqomah sekaligus beristigfar (memohon ampun pada Allah).
Ibnu
Rajab Al Hambali menjelaskan, “Ayat di atas “Istiqomahlah dan mintalah ampun
kepada-Nya” merupakan isyarat bahwa seringkali ada kekurangan dalam istiqomah
yang diperintahkan. Yang menutupi kekurangan ini adalah istighfar (memohon
ampunan Allah). Istighfar itu sendiri mengandung taubat dan istiqomah (di jalan
yang lurus).”
Ketiga, Kiat
Agar Tetap Istiqomah.
Ada
beberapa sebab utama yang bisa membuat seseorang tetap teguh dalam keimanan.
(1). Memahami dan mengamalkan dua kalimat
syahadat dengan baik dan benar. Allah swt berfirman,
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَيُضِلُّ
اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ
“Allah
meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam
kehidupan di dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim
dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.”
(QS. Ibrahim: 27).
Tafsiran
ayat “Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh …”
dijelaskan dalam hadits berikut.
الْمُسْلِمُ إِذَا سُئِلَ فِى الْقَبْرِ
يَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ ،
فَذَلِكَ قَوْلُهُ ( يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ
فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الآخِرَةِ )
“Jika
seorang muslim ditanya di dalam kubur, lalu ia berikrar bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
maka inilah tafsir ayat: “Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”.
(2). Mengkaji Al Qur’an dengan menghayati
dan merenungkannya.
Allah
menceritakan bahwa Al Qur’an dapat meneguhkan hati orang-orang beriman dan Al
Qur’an adalah petunjuk kepada jalan yang lurus. Allah swt berfirman,
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِنْ رَبِّكَ
بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُوا وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
“Katakanlah:
“Ruhul Qudus (Jibril)11 menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar,
untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk
serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. An Nahl: 102).
Oleh
karena itu, Al Qur’an itu diturunkan secara beangsur-angsur untuk meneguhkan
hati Rasulullah saw sebagaimana terdapat dalam ayat,
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ
عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ
وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا
“Berkatalah
orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami
membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (QS. Al Furqon: 32).
Al
Qur’an adalah jalan utama agar seseorang bisa terus kokoh dalam agamanya. 12
Alasannya, karena Al Qur’an adalah petunjuk dan obat bagi hati yang sedang
ragu. Sebagaimana Allah swt berfirman,
هُوَ لِلَّذِينَ آمَنُوا هُدًى وَشِفَاءٌ
“Al
Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Fushilat: 44).
(3). Iltizam (berkomitmen) dalam menjalankan syari’at Allah
Maksudnya
di sini adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen dalam menjalankan syari’at
atau dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam
beramal lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ’Aisyah ra, beliau mengatakan bahwa
Rasulullah saw bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى
أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan
yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu
sedikit.” ’Aisyah pun ketika melakukan suatu
amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya.
An
Nawawi rahimahullah mengatakan,
”Ketahuilah bahwa amalan yang sedikit namun konsekuen dilakukan, itu lebih baik
dari amalan yang banyak namun cuma sesekali saja dilakukan. Ingatlah bahwa
amalan sedikit yang rutin dilakukan akan membuat amalan tersebut diterima Allah
swt. Amalan sedikit namun konsekuen dilakukan akan memberikan ganjaran yang
besar dan berlipat dibandingkan dengan amalan yang sedikit namun sesekali saja
dilakukan.”
Ibnu
Rajab Al Hambali menjelaskan,
”Amalan yang dilakukan Nabi saw adalah amalan yang konsekuen dilakukan
(kontinu). Beliau pun melarang memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu
saja. Sebagaimana beliau pernah melarang melakukan hal ini pada sahabat
’Abdullah bin ’Umar.” Yaitu Ibnu ’Umar dicela karena meninggalkan amalan shalat
malam.
Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash ra, ia mengatakan bahwa Rasulullah saw berkata
padanya,
يَا عَبْدَ اللَّهِ ، لاَ تَكُنْ مِثْلَ فُلاَنٍ
، كَانَ يَقُومُ اللَّيْلَ فَتَرَكَ قِيَامَ اللَّيْلِ
”Wahai
‘Abdullah, janganlah engkau seperti si fulan. Dulu dia biasa mengerjakan shalat
malam, namun sekarang dia tidak mengerjakannya lagi.”
Selain
amalan yang kontinu dicintai oleh Allah, amalan tersebut juga dapat mencegah
masuknya virus (jenuh untuk beramal). Jika seseorang beramal sesekali namun
banyak, kadang akan muncul rasa malas dan jenuh. Sebaliknya jika seseorang
beramal sedikit namun terus menerus, maka rasa malas pun akan hilang dan rasa
semangat untuk beramal akan selalu ada. Itulah mengapa kita dianjurkan untuk
beramal yang penting kontinu walaupun jumlahnya sedikit.
Keempat, Tanda Seseorang itu Istiqamah.
Pertama, Karena setiap hari kita terus mengulang ayat,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ
الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا
الضَّالِّينَ
“Tunjukilah
kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat
kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat.” (QS. Al-Fatihah:
6-7). Ayat ini berisi perintah untuk meminta terus istiqamah di atas jalan yang
lurus.
Shirathal
mustaqim menurut Ibnu Katsir adalah:
Mengikuti
jalan nabi
Mengikuti
generasi salaf dari para sahabat seperti Abu Bakar dan ‘Umar
Mengikuti
kebenaran
Mengikuti
Islam
Mengikuti
Al-Qur’an
Kedua, Tidak meninggalkan perintah Allah walaupun
sibuk dengan urusan dunia
Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash ra, Nabi saw pernah menceritakan tentang shalat
pada suatu hari di mana beliau bersabda,
مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً
وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ
يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ خَلَفٍ
“Siapa
yang menjaga shalat, maka ia akan mendapatkan cahaya, petunjuk, keselamatan
pada hari kiamat. Siapa yang tidak menjaganya, maka ia tidak mendapatkan
cahaya, petunjuk, dan keselamatan kelak. Nantinya di hari kiamat, ia akan
dikumpulkan bersama Qarun, Fir’aun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.” (HR. Ahmad).
Ibnul
Qayyim rahimahullah berkata dalam kitab Ash-Shalah wa Hukmu Taarikihaa (hlm.
37-38) mengenai hadits di atas,
Siapa
yang sibuk dengan hartanya sehingga melalaikan shalatnya, maka ia akan
dikumpulkan bersama Qarun.
Siapa
yang sibuk dengan kerajaannya sehingga melalaikan shalatnya, maka ia
akan dikumpulkan bersama Fir’aun.
Siapa
yang sibuk dengan kekuasaannya sehingga melalaikan shalat, maka ia akan
dikumpulkan bersama Haman (menterinya Fir’aun).
Siapa
yang sibuk dengan perdagangannya sehingga melalaikan shalat, maka ia
akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf.
Janji
Nabi saw Untuk Yang Selalu Menjaga Silaturrahmi. Dari Abu Hurairah, Rasul saw bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ،
وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa
yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia
menyambung silaturrahmi.” (HR. Bukhari
dan Muslim).
Ibnu
‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berkata,
مَنِ اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ،
نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ، وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
“Siapa
yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan
diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan
mencintainya.” (Diriwayatkan
oleh Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 58, hasan)
Umroh Yuuk 10 Hari... Pas dimusim semi, cuacanya enak banget, ga panas, ga dingin, yaaa saat umroh di bulan maret ini. Yayasan Wafizs Al-amin Center Bekasi telah membuka paket Umroh Reguler yang akan berangkat 1-10 Maret 2023. Yuuuk buruan daftar yang ingin berangkat Umroh dibimbing Langsung oleh KH. Nur anwar Amin,Lc.
Yuuuk SILAKAN SEGERA DAFTAR Hanya di Kantor Yayasan Wafizs Al-Amin Center Jl. Gudang Bin Ali no.73 Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi 17612 WA : +628161191890 atau Klik lengakapnya di nuranwaramin.com
Follow US : IG @adjienung, Facebook adjie nung, YouTube : Nur Anwar Amin
Motto :
Nyaman, Dilayani & Pembimbing Profesional
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Umroh Bulan Syawal pun SUDAH READY Yaaa, 10 Hari (1 hari di Jeddah, 4 hari di Makkah, 3 hari di Madinah dan PP 2 hari). YUUUK Cepetan yang Minat Umroh di 2 Syawal, Berangkat di dua hari Raya Idul Fitri langsung Take off Menuju Kota Jeddah .