“Ciri Istri Bisa Masuk Surga Dari Pintu Mana saja”
kematian
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
“Ciri Istri Bisa Masuk Surga Dari Pintu Mana saja”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi.
(almh) Ibu Hj.
Mursanih binti H.Muhammad adalah istri (alm) Guru KH.Mukhtar Murikh meninggal
dunia pada hari Jumat 17 Nopember 2023 pukul 14.00 wib. Saya pribadi cukup
dekat dengan (almh) karena pernah jalan bareng saat melaksanakan ibadah umroh
plus Mesir pada tahun 2015, sekeluarga beliau boyong putra putrinya untuk
beribadah ke tanah suci Makkah Al-Mukarromah, Madinah Al-Munawwaroh sekalian
berziarah ke makam para Aulia, Imam Syafi’ie, Imam Waki’, Imam Ibnu Hajar
Al-Asqolani, Imam Laits dan cucu Rasululloh saw Sayyidina Husen di Cairo Mesir,
juga berkesempatan menyaksikan jasad manusia yang mengaku Tuhan di zaman Nabi
Musa as yaitu Fir’aun yang masih terabadikan jasadnya di Museum Tahrir pusat
jantung kota Cairo.
Saya bersaksi (almh)
adalah orang yang sangat baik, murah, dermawan, ramah, bersahaja, orang Betawi
bilang gepyak dan sangat pengertian, sayang dengan suami, anak-anak
& keluarga. Diantara kebaikan (almh) adalah :
Pertama, Sangat Patuh
Dengan Suami.
(almh) benar-benar
memposisikan suami itu sebagai pemimpin atau kepala rumah tangga, sangat patuh
semua titah sang suaminya karena menjadikan suami sebagai pemimpin itu perintah
Allah swt.
الرِّجَالُ قَوَّامُونَ
عَلَى النِّسَاءِ بِمَا فَضَّلَ اللَّهُ بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ
“Kaum laki-laki itu
adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian
mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita).” (QS. An Nisa’: 34).
Bahkan saking besarnya
kewajiban istri untuk patuh terhadap suami, sampai-sampai Nabi saw bersabda,
لَوْ كُنْتُ آمِرًا
أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ النِّسَاءَ أَنْ يَسْجُدْنَ
لأَزْوَاجِهِنَّ لِمَا جَعَلَ اللَّهُ لَهُمْ عَلَيْهِنَّ مِنَ الْحَقِّ
“Seandainya aku
memerintahkan seseorang untuk sujud pada yang lain, maka tentu aku akan
memerintah para wanita untuk sujud pada suaminya karena Allah telah menjadikan
begitu besarnya hak suami yang menjadi kewajiban istri” (HR. Abu Daud,
Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad).
Keberuntung besar bagi
seorang suami yang mendapatkan istri “sholihah” rajin beribadah, semua yang
Allah fardhukan dijalaninya dengan baik, sholat lima waktu tidak pernah
ditinggalkan, puasa ramadhan pun tidak ada yang bolong, menjaga kehormatannya
saat dekat bersama suami ataupun jauh dan sangat patuh dengan suami, segala apa
saja yang diperintahkan suami ditaatinya dengan senang hati, tidak pernah
mengeluh dan berkata cape saat sang suami meminta sesuatu serta tidak
membangkang yang membuat suami benci. Istri seperti inilah yang akan memperoleh
masuk surga dari pintu mana saja yang ia kehendaki. Disebutkan oleh Nabi saw,
إِذَا صَلَّتِ
الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ
زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ
شِئْتِ
“Jika seorang wanita
selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan),
serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar
taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini,
“Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad dan Ibnu
Hibban).
Dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,
قِيلَ لِرَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّتِي
تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا
وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ
Pernah ditanyakan
kepada Rasulullah saw, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau,
“Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika
diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat
suami benci” (HR. An-Nasai dan Ahmad).
Sangatlah mudah bagi
para wanita terutama para istri untuk untuk menjadi wanita yang paling baik dan
meraih surga dengan mudah, pelihara dan kerjakan pesan Nabi saw ini, ringan
sayaratnya namun berat dikerjakannya, berapa banyak para istri yang membangkang
terhadap suami, berapa banyak para suami menjadi budak dan pesuruh istri,
berapa banyak pekerjaan istri dirumah dikerjakan para suami, berapa banyak para
istri bekerja diluaran sana bertemu dengan banyak laki-laki lain menggantikan
cari nafkah peran suami, berapa banyak para istri jika keluar rumah mereka yang
tidak pernah minta izin dan restu suami, padahal ridho Allah ada pada ridho
suami, surga Allah ada pada restu suami.
Al-Hushoin bin Mihshan
menceritakan bahwa bibinya pernah datang ke tempat Nabi saw karena satu
keperluan. Seselesainya dari keperluan tersebut, Rasulullah saw bertanya
kepadanya,
أَذَاتُ زَوْجٍ أَنْتِ؟
قَالَتْ: نَعَمْ. قَالَ: كَيْفَ أَنْتِ لَهُ؟ قَالَتْ: مَا آلُوْهُ إِلاَّ مَا
عَجَزْتُ عَنْهُ. قَالَ: فَانْظُرِيْ أينَ أَنْتِ مِنْهُ، فَإنَّمَا هُوَ
جَنَّتُكِ وَنَارُكِ
“Apakah engkau sudah
bersuami?” Bibi Al-Husoain menjawab, “Sudah.” “Bagaimana (sikap) engkau
terhadap suamimu?”, tanya Rasulullah saw lagi. Ia menjawab, “Aku tidak pernah
mengurangi haknya kecuali dalam perkara yang aku tidak mampu.” Rasulullah saw
bersabda, “Lihatlah di mana keberadaanmu dalam pergaulanmu dengan suamimu,
karena suamimu adalah surga dan nerakamu.” (HR. Ahmad).
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah berkata,
وَلَيْسَ عَلَى
الْمَرْأَةِ بَعْدَ حَقِّ اللهِ وَرَسُوْلِهِ أَوْجَبَ مِنْ حَقِّ الزَّوْجِ
“Tidak ada hak yang
lebih wajib untuk ditunaikan seorang wanita –setelah hak Allah dan Rasul-Nya-
daripada hak suami” (Majmu’ Al Fatawa, 32: 260).
Bahkan dalam urusan
sunnah saja jika si istri ingin mengerjakan puasa sunah namun si suami sedang
dirumah bersamanya maka sang istri harus minta izin kepada suaminya untuk bisa
mengerjakan perkara yang sunah tersebut. Dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda,
لاَ يَحِلُّ
لِلْمَرْأَةِ أَنْ تَصُومَ وَزَوْجُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ، وَلاَ تَأْذَنَ
فِى بَيْتِهِ إِلاَّ بِإِذْنِهِ ، وَمَا أَنْفَقَتْ مِنْ نَفَقَةٍ عَنْ غَيْرِ
أَمْرِهِ فَإِنَّهُ يُؤَدَّى إِلَيْهِ شَطْرُه
“Tidak halal bagi
seorang isteri untuk berpuasa (sunnah), sedangkan suaminya ada kecuali dengan
izinnya. Dan ia tidak boleh mengizinkan orang lain masuk rumah suami tanpa ijin
darinya. Dan jika ia menafkahkan sesuatu tanpa ada perintah dari suami, maka suami
mendapat setengah pahalanya”. (HR. Bukhari
dan Muslim).
Dalam lafazh lainnya
disebutkan,
لاَ تَصُومُ
الْمَرْأَةُ وَبَعْلُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ غَيْرَ رَمَضَانَ
“Tidak boleh seorang
wanita berpuasa selain puasa Ramadhan sedangkan suaminya sedang ada (tidak
bepergian) kecuali dengan izin suaminya” (HR. Abu Daud).
Hikmah mengapa harus
dengan izin suami. Ibnu Hajar Al Asqolani rahimahullah menerangkan, “Dalam
hadits yang menerangkan masalah ini terdapat pelajaran bahwa menunaikan hak
suami itu lebih utama daripada menjalankan kebaikan yang hukumnya sunnah.
Karena menunaikan hak suami adalah suatu kewajiban. Menjalankan yang wajib
tentu mesti didahulukan dari menjalankan ibadah yang sifatnya sunnah.” (Fathul
Bari, 9/296).
Namun ketaatan istri
kepada suami sebatas yang baik-baik sesuai perintah Allah dan RasulNya. Sang
istri boleh menolak perintah suami jika istri diperintahkan untuk tidak
berjilbab, bersolek menor agar bisa dilihat cantik oleh pria lain, meninggalkan
sholat lima waktu atau suami mengajak berhubungan intim saat istri sedang
haidh. Perintah semacam ini boleh tidak ditaati. Pesan Rasululloh saw bersabda,
لاَ طَاعَةَ فِى
مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ
“Tidak ada ketaatan
dalam perkara maksiat. Ketaatan itu hanyalah dalam perkara yang ma’ruf
(kebaikan).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kedua, Suka Berdiam di
Rumah dan Tidak Keluar Kecuali Dengan Izin Suami
Kebiasaan (almh)
adalah berdiam dirumah, tidak pernah keluar rumah tanpa bersama suaminya,
apalagi keluar rumah tanpa izin dan restu suami, karena (almh) benar-benar
sangat menjaga itu sesuai firman Allah swt,
وَقَرْنَ فِي
بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى
“Dan hendaklah kamu
tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliyah yang dahulu” (QS. Al Ahzab: 33).
Seorang istri yang baik
ia tidak akan keluar dari rumahnya kecuali dengan izin suaminya. Baik si istri
keluar untuk mengunjungi kedua orangtuanya ataupun untuk kebutuhan yang lain,
sampaipun untuk keperluan shalat di masjid.
Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyah rahimahullah mengatakan, “Tidak halal bagi seorang istri keluar dari
rumah kecuali dengan izin suaminya.” Beliau juga berkata, “Bila si istri keluar
rumah suami tanpa izinnya berarti ia telah berbuat nusyuz (pembangkangan), bermaksiat
kepada Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, serta pantas mendapatkan siksa.” (Majmu’
Al-Fatawa, 32: 281).
Wanita yang betah di
rumah itulah yang lebih menjaga diri. Sedangkan wanita karir begitu bebas
bergaul dengan lawan jenis di kantor, tanpa kenal batas. Padahal Allah swt
memuji wanita yang menjaga dirinya,
فَالصَّالِحَاتُ
قَانِتَاتٌ حَافِظَاتٌ لِلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللَّهُ
“Sebab itu maka wanita
yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada.” (QS. An Nisa’: 34).
Ketiga, Sabar Berkabung
(‘Iddah) Ketika Meninggalnya Suami Selama 4 bulan 10 hari
Bukti (almh) sangat
taat dengan suaminya dan sangat sayang pada suaminya, disaat ditinggal mati
oleh suaminya ia rela dan patuh menjalani masa i’iddah yang Allah perintahkan selama
4 bulan 10 hari. Firman Allah swt
وَالَّذِينَ
يُتَوَفَّوْنَ مِنكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنفُسِهِنَّ
أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا فَإِذَا
بَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا فَعَلْنَ فِي أَنفُسِهِنَّ
بِالْمَعْرُوفِ وَاللَّـهُ بِمَا
تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Orang-orang yang
meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para
isteri itu) menangguhkan dirinya (ber’iddah) empat bulan sepuluh hari. Kemudian
apabila telah habis ‘iddahnya, maka tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka
berbuat terhadap diri mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat.” (QS. Al Baqarah: 234).
Rasululloh saw
bersabda,
لاَ يَحِلُّ
لاِمْرَأَةٍ تُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ تُحِدَّ عَلَى مَيِّتٍ فَوْقَ
ثَلاَثِ لَيَالٍ ، إِلاَّ عَلَى زَوْجٍ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا
“Tidak dihalalkan bagi
seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk berkabung atas
kematian seseorang lebih dari tiga hari, kecuali atas kematian suaminya, yaitu
(selama) empat bulan sepuluh hari.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Keempat, Untuk Para
Putra Putrinya, Peluang Terbaik Untuk Berbakti Kepada Ibunya.
Jangan pernah berhenti
dan jangan pernah lelah untuk terus berbakti kepada kedua orang tua yang telah
menghadap keharibaan Allah swt untuk selamanya karena bakti kepada kedua orang
tua itu tidak hanya di waktu mereka hidup saja namun saat mereka sudah berada
di alam kubur pun lebih-lebih untuk terus berbakti kepadanya karena orang yang
sudah meninggal dunia sangat menanti kiriman doa dari orang-orang yang masih
hidup. Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata,
بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ
رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلِمَةَ
فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِىَ مِنْ بِرِّ أَبَوَىَّ شَىْءٌ
أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ « نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا
وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ
الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا
“Suatu saat kami
pernah berada di sisi Rasulullah saw. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani
Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada
kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabi saw menjawab, “Iya
(masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya). (Bentuknya adalah) mendo’akan
keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal
dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang
tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud dan
Ibnu Majah).
Ingat Pesan Ibnu Abbas
ra ketika didtangi oleh sesseorang dimasa beliau menjadi mufti, ”aku punya
persoalan, aku punya maksiat yang cukup tinggi aku kerjakan, bagaimana cara
bertaubat kepada Allah swt,” Ibnu Abbas berkata ; Apakah engkau masih punya
ibu? Orang ini menjawab, iya aku masih punya ibu, maka kata Ibnu Abbas ra “Pergilah
engkau pulang kemudian layani ibumu, bahagiakan ibumu dan berbuat baiklah
kepadanya. Orang ini bertanya lagi, “Kenapa engkau berfatwa demikian, engkau tidak
menyuruh memaksimalkan sholatnya, shodaqohnya tapi yang diuatamakan ke ibu, karena
kata Ibnu Abbas ra “Saya tidak meihat yang lebih utama untuk mu saat ini
kecuali yang itu. Inilah kejeniusan ibnu abbas ra karena memang dalam narasi
ayat-ayat al-quran bahwa kedudukan berbakti kepada ibunda langsung ditempatkan
oleh Allah setelah penghambaan itu kepadaNya.
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا
تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ
عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (٢٣)
“Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat
baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah satu seorang di antara
keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia.” (QS. al-Israa’: 23).
Bahkan berbakti kepada
kedua orang itu bernilaikan lebih baik dari berjihad dijalan Allah swt. Dari
‘Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى
النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَأْذِنُهُ فِى الْجِهَادِ فَقَالَ « أَحَىٌّ
وَالِدَاكَ ». قَالَ نَعَمْ. قَالَ « فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ »
“Ada seseorang yang
mendatangi Nabi saw, ia ingin meminta izin untuk berjihad. Nabi saw lantas
bertanya, ‘Apakah kedua orang tuamu masih hidup?’ Ia jawab, ‘Iya masih.’ Nabi saw
pun bersabda, ‘Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya.” (HR. Muslim).
Dalam riwayat Muslim
lainnya disebutkan,
فَارْجِعْ إِلَى
وَالِدَيْكَ فَأَحْسِنْ صُحْبَتَهُمَا
“Kembalilah kepada
kedua orang tuamu, berbuat baiklah kepada keduanya.” (HR. Muslim).
uanuan
Dengan RAHMAT ALLAH. Alhamdulillah Wa SyukrulillahTELAH TERBIT BUKU BARUJudul : "Hamba Yang Beruntung Di Dunia & Akhirat"Oleh NUR ANWAR AMIN, LcFollow Us :Mr. Lukman +62 815-8428-2565IG : @adjienung @wafizscenterFacebook : adjie nungYouTube : Nur Anwar AminHarga : Rp. 125.000Alamat Kantor :Yayasan Wafizs Al-Amin CenterJl. Gudang Bin Ali No. 73Ujungharapan Rt. 05/06 Kel. Bahagia Kec. Babelan Kab. Bekasi Jawa Barat.