Khutbah Jumat (Edisi 137) Tema : “5 PELAJARAN ISRO MI’ROJ”
khutbah-jumat
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 137) Tema :
“5
PELAJARAN ISRO MI’ROJ”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ ATTAUFIQILAH Kp. Wates Kab. Bekasi. Jumat,
09 Pebruari 2024 M/28 Rajab 1445 H.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Kita sudah berada
dipenghujung bulan Rajab, bulan yang penuh dengan kemuliaan, nilai amal sholeh
didalamnya berlipat ganda, bulan Rajab akan meninggalkan kita, banyak hikmah
dan pelajaran yang bisa kita dapatkan, jangan sampai kita tergolong orang-orang
yang merugi membiarkan Rajab berlalu begitu saja, apalagi didalamnya telah
terjadi Isro dan Mi’roj Rasulullah saw. Aura kehormatan bulan haram ini setidaknya
ada 5 nasehat ilmu yang bisa kita petik untuk dijadikan amaliah.
Pertama, Jangan Putus Asa
Saat Diuji Allah swt.
Sebelum Nabi Muhammad
saw dinaikkan Isro dan Mi’roj, isitri beliau meninggal dunia yaitu Khodijah ra,
istri yang luar biasa, menjaga dan melindungi Nabi saw. Ketika Nabi saw naik ke
Jabal Nur kedinginan, menggigil, istrinyalah yang menyelimutinya dengan kain
selimut, ketika Nabi saw sedang galau istrinya pula yang membawa kepada Waroqoh
bin Naufal untuk menenangkan hati dan jiwanya. Lalu menyusul pamannya meninggal
dunia yaitu Abu Tholib bin Abdul Mutholib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushoy
keturunan Adnan cucu cicit Ismail bin Ibrahim yang selama ini ditakuti,
disegani oleh orang kafir musyrik saat ingin menyakiti Nabi saw, dan ingin
membunuh Nabi saw. Sekarang dua tiang besar itu hilang. Hadiah terindah untuk
Nabi saw Allah angkat bertemu denganNya di atas langit dengan Isro dan Mi’roj.
Pelajarannya adalah sebelum
kita naik ke atas, kita jatuh terlebih dahulu terpuruk kebawah, jangan putus
asa, jika diejek, dihina dan disakiti orang lain. Kalupun ada orang putus asa
sebab ketiadaan beras maka orang itu masih bertahan hidup tiga bulan, kalaupun
putus asa sebab ketiadaan air orang itu masih bertahan hidup tiga hari, namun kalau
sudah putus asa bunuh diri diambilnya tali diikat lehernya digantungnya keatap
rumah lalu melompat, ini adalah dosa besar. Allah swt berfirman,
وَلاَ تَيْأَسُواْ مِن
رَّوْحِ اللّهِ إِنَّهُ لاَ يَيْأَسُ مِن رَّوْحِ اللّهِ إِلاَّ الْقَوْمُ
الْكَافِرُونَ
“Dan janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat
Allah, melainkan kaum yang kafir.” (QS. Yusuf : 87).
Jangan bersedih nanti Allah
swt yang mengangkat derajatnya, kalau sedang berduka jangan putus asa, orang
selevel Nabi Muhammad saw saja pernah mengalami kesulitan ditinggal mati istri
dan pamannya. Abu Jahal dan Abu lahab mengejeknya sampai--sampai Nabi saw pergi
ke Thoif berjalan kaki ingin minta suaka dan perlinndungan ditemani bekas
budaknya yaitu Zaid bin Haritsah selama 10 hari Nabi saw di Thoif disambut dengan
lemperan batu, rasa sakit yang luar biasa sampai akhirnya ia berdoa. Oleh
karena itu, Rasulullah saw pulang Kembali ke kota Makkah dengan penuh
kesedihan. Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada
beliau saw,
هَلْ أَتَى عَلَيْكَ
يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ عَلَيْكَ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ قَالَ لَقَدْ لَقِيتُ مِنْ
قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ الْعَقَبَةِ
إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ كُلَالٍ فَلَمْ
يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ عَلَى وَجْهِي
فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ رَأْسِي
فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا جِبْرِيلُ
فَنَادَانِي فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ وَمَا
رَدُّوا عَلَيْكَ وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ بِمَا
شِئْتَ فِيهِمْ فَنَادَانِي مَلَكُ الْجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ ثُمَّ قَالَ يَا
مُحَمَّدُ إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمْ الْأَخْشَبَيْنِ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ
مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
“Apakah engkau pernah
mengalami satu hari yang lebih berat dibandingkan dengan saat perang Uhud?”
Beliau saw menjawab, “Aku telah mengalami penderitaan dari kaummu. Penderitaan
paling berat yang aku rasakan, yaitu saat ‘Aqabah, saat aku menawarkan diri
kepada Ibnu ‘Abdi Yalil bin Abdi Kulal, tetapi ia tidak memenuhi permintaanku.
Aku pun pergi dengan wajah bersedih. Aku tidak menyadari diri kecuali ketika di
Qarn Ats-Tsa’alib, lalu aku angkat kepalaku. Tiba-tiba aku berada di bawah awan
yang sedang menaungiku. Aku perhatikan awan itu, ternyata ada Malaikat Jibril
‘alaihis salam, lalu ia memanggilku dan berseru, ‘Sesungguhnya Allah ‘azza wa
jalla telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan mereka
terhadapmu. Dan Allah ‘azza wa jalla telah mengirimkan malaikat penjaga gunung
untuk engkau perintahkan melakukan apa saja yang engkau mau atas mereka.’
Malaikat penjaga gunung memanggilku, mengucapkan salam lalu berkata, ‘Wahai
Muhammad! Jika engkau mau, aku bisa menimpakan Al-Akhsyabain (dua gunung besar
yang ada di kanan kiri Masjidil Haram).
Lalu Rasulullah saw
menjawab, “Tidak, namun aku berharap supaya Allah melahirkan dari anak
keturunan mereka ada orang-orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak
mempersekutukan-Nya dengan apapun jua.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Nabi Muhammad hatinya
lembut sekali walaupun hati sedang susah, istri meninggal, paman meninggal,
dakwah tidak diterima, diejek orang, dicaci maki, dilempar batu, tapi hati
tetap tenang, hati tetap sabar dan mendoakan orang yang menzholiminya.
Kedua, Sebelum Isro Nabi
saw Dibersihkan Hatinya.
Ketika datang malaikat
Jibril as membawa mangkok terbuat dari emas, lalu dibedahnya dada Nabi saw,
dicucinya jantung hati Nabi saw pakai air Zamzam setelah itu dituangkan bejana
yang berisi ada hikman dan iman lalu dijahit kembali, yang meriwayatkan hadits
ini adalah Anas bin Malik melihat bekas tusukan jarum dada Nabi saw dijahit.
حَدَّثَنَا عَبْد
اللَّهِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ بْنِ مُحَمَّدٍ الْمُسَيَّبِيُّ
حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ عَنْ يُونُسَ بْنِ يَزِيدَ قَالَ قَالَ ابْنُ
شِهَابٍ قَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ كَانَ أَبُو ذَرٍّ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فُرِجَ سَقْفُ بَيْتِي وَأَنَا
بِمَكَّةَ فَنَزَلَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام فَفَرَجَ صَدْرِي ثُمَّ غَسَلَهُ
مِنْ مَاءِ زَمْزَمَ ثُمَّ جَاءَ بِطَسْتٍ مِنْ ذَهَبٍ مُمْتَلِئٍ حِكْمَةً
وَإِيمَانًا فَأَفْرَغَهَا فِي صَدْرِي ثُمَّ أَطْبَقَهُ ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِي
فَعَرَجَ بِي إِلَى السَّمَاءِ فَلَمَّا جَاءَ السَّمَاءَ الدُّنْيَا فَافْتَتَحَ
فَقَالَ مَنْ هَذَا قَالَ جِبْرِيلُ قَالَ هَلْ مَعَكَ أَحَدٌ قَالَ نَعَمْ مَعِي
مُحَمَّدٌ قَالَ أُرْسِلَ إِلَيْهِ قَالَ نَعَمْ فَافْتَحْ فَلَمَّا عَلَوْنَا
السَّمَاءَ الدُّنْيَا إِذَا رَجُلٌ عَنْ يَمِينِهِ أَسْوِدَةٌ وَعَنْ يَسَارِهِ
أَسْوِدَةٌ وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَمِينِهِ تَبَسَّمَ وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ
يَسَارِهِ بَكَى قَالَ مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالِابْنِ الصَّالِحِ
قَالَ قُلْتُ لِجِبْرِيلَ عَلَيْهِ السَّلَام مَنْ هَذَا قَالَ هَذَا آدَمُ
وَهَذِهِ الْأَسْوِدَةُ عَنْ يَمِينِهِ وَشِمَالِهِ نَسَمُ بَنِيهِ فَأَهْلُ
الْيَمِينِ هُمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ وَالْأَسْوِدَةُ الَّتِي عَنْ شِمَالِهِ أَهْلُ
النَّارِ فَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ يَمِينِهِ ضَحِكَ وَإِذَا نَظَرَ قِبَلَ شِمَالِهِ
بَكَى قَالَ ثُمَّ عَرَجَ بِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام حَتَّى جَاءَ
السَّمَاءَ الثَّانِيَةَ فَقَالَ لِخَازِنِهَا افْتَحْ فَقَالَ لَهُ خَازِنُهَا
مِثْلَ مَا قَالَ خَازِنُ السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَفَتَحَ لَهُ قَالَ أَنَسُ بْنُ
مَالِكٍ فَذَكَرَ أَنَّهُ وَجَدَ فِي السَّمَوَاتِ آدَمَ وَإِدْرِيسَ وَمُوسَى
وَعِيسَى وَإِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِمْ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ وَلَمْ يُثْبِتْ لِي
كَيْفَ مَنَازِلُهُمْ غَيْرَ أَنَّهُ ذَكَرَ أَنَّهُ وَجَدَ آدَمَ فِي السَّمَاءِ
الدُّنْيَا وَإِبْرَاهِيمَ فِي السَّمَاءِ السَّادِسَةِ قَالَ أَنَسٌ فَلَمَّا
مَرَّ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِإِدْرِيسَ قَالَ مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالْأَخِ
الصَّالِحِ قَالَ فَقُلْتُ مَنْ هَذَا قَالَ هَذَا إِدْرِيسُ قَالَ ثُمَّ مَرَرْتُ
بِمُوسَى فَقَالَ مَرْحَبًا بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالْأَخِ الصَّالِحِ قُلْتُ
مَنْ هَذَا قَالَ هَذَا مُوسَى ثُمَّ مَرَرْتُ بِعِيسَى فَقَالَ مَرْحَبًا
بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالْأَخِ الصَّالِحِ قُلْتُ مَنْ هَذَا قَالَ هَذَا
عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ قَالَ ثُمَّ مَرَرْتُ بِإِبْرَاهِيمَ فَقَالَ مَرْحَبًا
بِالنَّبِيِّ الصَّالِحِ وَالِابْنِ الصَّالِحِ قُلْتُ مَنْ هَذَا قَالَ هَذَا
إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَام قَالَ ابْنُ شِهَابٍ وَأَخْبَرَنِي ابْنُ حَزْمٍ
أَنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ وَأَبَا حَبَّةَ الْأَنْصَارِيَّ يَقُولَانِ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ عُرِجَ بِي حَتَّى ظَهَرْتُ
بِمُسْتَوًى أَسْمَعُ صَرِيفَ الْأَقْلَامِ
Telah menceritakan
kepada kami Abdullah telah menceritakan kepada kami (Muhammad bin Ishaq bin
Muhammad Al Musayyibi) telah menceritakan kepada kami (Anas bin Iyadl) dari (Yunus
bin Yazid) berkata, (Ibnu Syihab) berkata, (Anas bin Malik) berkata, (Abu Dzar)
menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda: "Atap rumahku terbuka
sementara aku berada di Makkah, Jibril Alaihis Salam lalu turun dan membelah
dadaku, kemudian ia mencucinya dengan air zamzam, kemudian ia membawa mangkuk
besar dari emas, penuh dengan hikmah dan keimanan, lalu ditumpahkan ke dalam
dadaku dan menutupnya kembali. Ia memegang tanganku dan membawaku ke langit
dunia. Ketika aku tiba di langit dunia, berkatalah Jibril kepada penjaga
langit, 'Bukalah.' Penjaga langit itu bertanya, 'Siapakah ini? ' Jibril
menjawab, 'Ini Jibril.' Penjaga langit itu bertanya lagi, 'Apakah anda bersama
seseorang? ' Jibril menjawab, 'Ya, aku bersama Muhammad saw.' Penjaga langit
itu bertanya, 'Apakah dia diutus? ' Jibril menjawab, 'Ya.' Ketika penjaga
langit itu membuka, kami menaiki langit dunia.
Tiba tiba ada seorang
laki-laki duduk di sebelah kanannya ada hitam-hitam (banyak orang) dan di
sebelah kirinya juga ada hitam-hitam (banyak orang). Jika memandang ke kanan,
laki-laki itu tertawa, dan jika memandang ke sebelah kirinya laki-laki itu
menangis, lalu ia berkata, 'Selamat datang Nabi yang saleh dan anak laki-laki
yang saleh.' Aku lalu bertanya kepada Jibril, 'Siapakah orang ini? ' Jibril
menjawab, 'Ini adalah Adam dan hitam-hitam yang di kanan dan kirinya adalah
adalah jiwa anak cucunya. Yang di sebelah kanan dari mereka itu adalah penghuni
surga, dan hitam-hitam yang di sebelah kirinya adalah penghuni neraka.' Apabila
berpaling ke sebelah kanannya ia tertawa, dan apabila melihat ke sebelah
kirinya ia menangis, sampai Jibril menaikkan aku ke langit yang ke dua.
Kemudian Jibril berkata kepada penjaganya, 'Bukalah.' Berkatalah penjaga itu
kepadanya seperti apa yang dikatakan oleh penjaga pertama, lalu penjaga itu
membukakannya." (Anas bin Malik) berkata, "Beliau menyebutkan bahwa
di beberapa langit itu beliau bertemu dengan Adam, Idris, Musa, Isa, dan
Ibrahim shalawatullahi alaihim, namun beliau tidak menetapkan bagaimana
kedudukan (posisi) mereka, hanya saja beliau menyebutkan bahwa beliau bertemu
dengan Adam di langit dunia dan Ibrahim di langit keenam." Anas
melanjutkan, "Ketika Jibril AS dan Nabi Muhammad saw melewati Idris, Idris
berkata, 'Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara laki-laki yang saleh.' Aku
(Rasulullah) bertanya, 'Siapakah ini? ' Jibril menjawab, 'Ini adalah Idris.'
Aku melewati Musa lalu ia berkata, 'Selamat datang Nabi yang saleh dan saudara
yang saleh.' Aku bertanya, 'Siapakah ini? ' Jibril menjawab, 'Ini adalah Musa.'
Aku lalu melewati Isa dan ia berkata, 'Selamat datang saudara yang saleh dan
Nabi yang saleh.' Aku bertanya, 'Siapakah ini? ' Jibril menjawab, 'Ini adalah
Isa.' Aku lalu melewati Ibrahim, lalu ia berkata, 'Selamat datang Nabi yang
saleh dan anak yang saleh.' Aku bertanya, 'Siapakah ini? ' Jibril menjawab,
'Ini adalah Ibrahim Alaisis Salam'." (Ibnu Syihab) berkata, (Ibnu Hazm)
memberitahukan kepadaku bahwa (Ibnu Abbas) dan (Abu Habbah al-Anshari) keduanya
berkata, "Rasulullah saw bersabda: "Aku dibawa naik ke langit hingga
sampai di Mustawa, dan aku mendengar goresan pena-pena.' (HR. Ahmad).
Memberishkan hati,
terkadang bnyak orang yang hatinya tidak bersih, menengok tetangga baru, menengok
tetangga mobilnya baru, lalu busuk hatinya tidak kuat melihat orang lain mendapat
nikmat, karenanya jika kita dapat nikmat jangan semuanya diposting karena tidak
semua orang senang melihat kita bahagia. Jagalah hati, jangan dikotori, jagalah
hati jangan dinodai, jagalah hati jangan hasad dan dengki, busuk hati karena
akan menderita sendri dan darah tinggi.
Ketiga, Bertasbih.
Setiap kali menunjukan
sesuatu yang luar biasa, sesuatu yang tidak mungkin dan mustahil, maka Allah
swt mengawalinya dangan ucapan Subhanallah. Firman Allag swt
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ
اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ
الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ
السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ١
“Mahasuci (Allah) yang
telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari
Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia
Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (Al-Isra' : 1).
Allah yang Maha Suci, Allah
yang Maha Besar, Allah yang Maha Hebat, kita semua tidak ada apa-apanya, kita bisa
berjalan karena Allah, kita bisa bernafas, paru-paru, jantung bisa berdenyut
itu semua karena Allah, maka kembalikan kedapa Allah, dahsyatnya tasbih bisa
membuka setiap kesulitan seseorang. Diantara keutamaannya :
(1). Ketika Nabi Yunus
as ditelan ikan mengalami tiga kegelapan : gelapnya malam, gelapnya lautan dan
gelapnya perut ikan lalu Nabi Yunus selalu bertasbih dan berdoa. Firman Allah
swt.
وَذَا النُّوْنِ اِذْ
ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى
الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ
الظّٰلِمِيْنَ ۚ
“Dan (ingatlah kisah)
Zun Nun (Yunus), ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa
Kami tidak akan menyulitkannya, maka dia berdoa dalam keadaan yang sangat
gelap, ”Tidak ada tuhan selain Engkau, Mahasuci Engkau. Sungguh, aku termasuk
orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Anbiya': 87).
(2). Pelajarannya
adalah di bulan mulia ini lakukan banyak-banyak bertasbih karena tasbih itu
amalah yang sangat disukai Allah, jika Allah sudah suka maka apa yang kita
minta pasti Allah berikan. Dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda,
كَلِمَتَانِ
خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ
إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ
“Dua kalimat yang
ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu
“Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala
puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung). (HR. Bukhari Muslim).
(3). Bertasbih itu
meringankan beban kehidupan, datang seorang perempuan bernama Fatimah Az-Zahra binti
Muhammd saw ya Rasulullah suamiku miskin, namanya Sayyidina ali, dia tidak bisa
membantu minmba air untuk membuat adonan tepung gandum, lalu Nabi saw bersabda
: Sebelum tdur malam banyak bertasbih bertahmid bertakbir dan berdzikir karena itu
kuncinya kalau hati ingin tenang. Karena berdzikir adalah kelezatan bagi
orang-orang yang benar-benar mengenal Allah. Allah swt berfirman.
الَّذِينَ آمَنُوا
وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ
الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’du: 28).
Istighfar, tahlil, tasbih,
tahmid, takbir, membaca al-quran, sholat, mau makan itu semua adalah dzikir
sampai mau masuk wc sekalipun tetap berdzikir.
Kempat, Cahaya Bisa
Mendekatkan Yang Jauh dan Memudahkan Yang Sulit.
Masjidlharom berlokasi
di Makkah sementara Masjidil Aqsho berada di Palestina jaraknya lebih kurang
1.300 km, naik pesawat ditempuh 1.5 jam, namun di zaman Nabi saw yaitu zaman
batu, zaman onta belum ada pesawat, belum ada mobil ada orang yang mengaku dari
Masjidilharom ke Masjidil aqsho naik ke Sidrotul
Muntaha tidak sampai sepertiga malam, siapa yang percaya? kata orang liberal,
orang sekuler, orang yang tidak percaya dengan al-quran, ini tidak masuk akal, ini
bohong, ini pendusta, ini penipu, karena mereka tidak bisa diajak dengan ayat
al-qura, mereka hanya mengandalkan logika.
Untuk menjawabnya,
kita ilustrasikan seekor semut dari Jakarta bisa sampai ke negara Malaysia
ditempuh hanya dengan 60 menit, itu tidak mungkin dan mustahil tetapi semut
tidak jalan sendiri namun diperjalankan bersama penumpang yang berangka ke
Malaysia. Begitu juga Nabi Muhammad bukan berjalan sendiri tetapi diperjlankan
Allah swt, lalu kenapa Abu Lahab dan Abu Jahal tidak percaya, karena akalnya sampai,
coba lihat ayatnya menggunakan سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ
اَسْرٰى (memperjalankan), yang diperjalankan itu Nabi saw.
Yang diisro mi’rojkan
itu ada tiga : Malaikat Jibril, Buroq dan Nabi Muhammad saw, ketiganya adalah
cahaya. Jibril itu Nur (Cahaya), Buroq itu Cahaya dan nabi Muhammad juga cahaya
dan kecepatan itu 300.000km/detik. Firman Allah swt.
يَكَادُ الْبَرْقُ
يَخْطَفُ اَبْصَارَهُمْ ۗ كُلَّمَآ اَضَاۤءَ لَهُمْ مَّشَوْا فِيْهِ ۙ وَاِذَآ
اَظْلَمَ عَلَيْهِمْ قَامُوْا ۗوَلَوْ شَاۤءَ اللّٰهُ لَذَهَبَ بِسَمْعِهِمْ
وَاَبْصَارِهِمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ࣖ
“Hampir saja kilat itu
menyambar penglihatan mereka. Setiap kali (kilat itu) menyinari, mereka
berjalan di bawah (sinar) itu, dan apabila gelap menerpa mereka, mereka
berhenti. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia hilangkan pendengaran dan
penglihatan mereka. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu”. (QS. Al-Baqarah :
20).
الْبَرْقُ (Buroq) adalah kilat, kilat adalah cahaya, Jibril cahaya,
Nabi Muhammad saw adalah cahaya. Kalau cahaya melakukan perjalanan maka tidak
ada jarak, semuanya menjadi cepat. Bukti Nabi saw itu cahaya ada satu doa yang
selalu dibaca saat pergi ke masjid dari Ibnu Abbas ra beliau menyebutkan:
Adalah Rasulullah saw apabila ia keluar (rumah) pergi shalat (di masjid)
berdo`a :
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ
فِي قَلْبِي نُوْرًا وَفِي لِسَانِي نُوْرًا ، وَاجْعَلْ فِي سَمْعِي نُوْرًا
وَفِي بَصَرِي نُوْرًا ، وَاجْعَلْ مِنْ خَلْفِي نُوْرًا ، وَمِنْ أَمَامِي
نُوْرًا ، وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُوْرًا ، وَمِنْ تَحْتِي نُوْرًا ، اللَّهُمَّ
أَعْطِنِي نُوْرًا (متفق عليه)
“Ya Allah, jadikanlah
cahaya di dalam hatiku, dan cahaya pada lisanku, dan jadikanlah cahaya pada
pendengaranku dan cahaya pada penglihatanku, dan jadikanlah cahaya dari
belakangku, dan cahaya dari depanku, dan jadikanlah cahaya dari atasku dan
cahaya dari bawahku. Ya Allah, anugerahilah aku cahaya”. (Bukhori Muslim).
Kelima, Puncak Isro Miroj
Adalah sholat.
Satu-satunya ibadah
yang secara langsung Allah swt perintahkan kepada Nabi Muhammad saw adalah
ibadah sholat sehingga mampu menjadikan ibadah sholat sebagai penentu ibadah-ibadah
lainnya. Dari Abu Hurairah, Nabi saw bersabda,
” إِنَّ أَوَّلَ
مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ
صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ
فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى :
انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ
الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ :
” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ ” .
“Sesungguhnya amal
hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila
shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila
shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat
wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala
mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat
sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang
kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”
Dalam riwayat lainnya,
”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan
dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud, Ahmad, Hakim dan Baihaqi).
Karena itu, jangan tinggalkan
sholat, sesibuk apapun, serepot apapun
jangan tinggalkan sholat karena jika sholat ditinggalkan maka Allah swt akan
meninggalkan kita, kalau kita meninggalkan Allah maka Allah akan meninggalkan
kita pula, sementara Allah swt adalah pengendali segala sesuatu, kalau hidup
ingin senang, kalau hidup ingin lancar, hidup ingin baik, maka jangan
tinggalkan sholat.
Sholat itu adalah doa
dan doa yang pasti kita pinta ketika duduk diantara dua sujud yang diriwayatkan
dari Ibnu Abbas ra dibaca oleh Nabi saw
اللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِي، وَارْحَمْنِي، وَاجْبُرْنِي، وَارْفَعْنِي، وَارْزُقْنِي، وَاهْدِنِي, وعافني
واعف عني
“Ya Allah ampunilah
aku, rahmatilah aku, perbaikilah keadaanku, tinggikanlah derajatku, berilah
rezekiku, petunjuk untukku, sehatkanlah aku dan maafkanlah dari kesalahanku).” (HR. Ahmad).
Dalam sholat ada
bacaan وَارْزُقْنِي yang membimbng agar dapat rezeki yang benar, وَاجْبُرْنِي bagaimana kita kerja itu
nikmat tidak terganggu banyak orang, وَارْفَعْنِي bagaimana supaya
derjat kita diangkat, وعافني bagaimana supaya dijaga kesehatan, وَارْحَمْنِي bagaimana saat mendapatkan
kasih sayang dari teman-teman yang sekarang
kita sedang bekerja, karena bisa jadi kerja ini nikmat bagi kita belum tentu
untuk orang lain.
Begitu juga jika kita
sedang mengerjakan sesuatu yang besar maka boleh jadi disekeliling kita pun
mengincar hal yang sama yang sedang kita kerjakan dan persaingan itu akan
begitu ketat, jika kita tidak datang kepada yang punya kuasa sang pemilik
segalanya, bagaimana kita bisa dapatkan itu.
Dibalik perintah sholat
itu, ada hikmah yang dahsyat bahkan kalau dipelajari dengan benar itu ada bekal
managemen kehidupan yang sangat dahsyat, dipraktekkan oleh Abdur Rahman bin Auf
hanya dalam waktu 3 bulan beliau sudah menajdi orang paling kaya nomor tiga di
Madinah dan dalam waktu satu tahun telah menajdi orang paling kaya nomor satu di
Madinah, saking kayanya, kapak beliau saja terbuat dari emas. Jadi bukan main-main,
ruku’nya ada hikmahnya, sujudnya ada maknanya terlebih bacaannya, ada
kesuksesan disitu, ada kebahagiaan (falaah).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan