Khutbah Jumat (Edisi 138) Tema : “KEJUJURAN Dan KEADILAN Pilar Tegaknya Masyarakat Adil Makmur”
khutbah-jumat
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 138) Tema :
“KEJUJURAN Dan KEADILAN Pilar Tegaknya
Masyarakat Adil Makmur”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ BAZNAS PUSAT Jakarta. Jumat, 16
Pebruari 2024 M/06 Sya’ban 1445 H.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Diantara
sifat Nabi Muhammad saw yang harus kita suritauladani adalah jujur dan adil
karena kedua sifat ini jika berada didalam diri seseorang, siapaun dia dan
apapun profesinya maka akan mendapatkan keselamatan dunia akhirat, akan meraih
kebahagiaan, kesenangan, keberkahan dan kemakmuran secara merata, diakhirat pun
akan ditempatkan dalam surganya Allah swt. Namun sebaliknya jika seseorang
tidak jujur, tidak adil bahkan nyaris penuh dengan manipulasi, dusta dan
pembohongan maka akan terjadi keterpurukan, kesengsaraan bahkan neraka yang
sangat pedih akan dirasakannya. Jujur dan Adil, dua sifat Nabi saw inilah yang
harus kita ikuti, jika Nabi saw yang kita ikuti maka tidak akan pernah tersesat
dan tidak akan terjadi malapetaka :
Pertama,
Kejujuran.
Jika kita
benar-benar yakin sebagai pengikut ajaran Nabi Muhammad saw maka wajib baginya
mengikuti semua wasiat dan perilaku Nabi saw. Sifat wajib bagi Rasul adalah “As-Shiddiq”
yaitu selalu benar dan jujur (integritas) karena sangat mustahil bagi seorang
Nabi dan Rasul berbohong, berdusta kepada orang lain. Jujur itu berkata benar,
realita sesuai antara ucapan, perbuatan dan apa yang ada didalam hati. Nabi
Muhammad saw sangat dikenal adalah orang yang paling jujur, beliau tidak pernah
menipu siapapun baik pembeli maupun majikannya, baik sebagai pemimpin atau
bawahannya, beliau tidak pernah mengubah takaran, mengubah hitungan dan
mengurangi timbangan bahkan beliau itu tidak pernah memberikan sumpah palsu dan
janji-janji berlebihan.
Berperilaku
jujur itu jelas merupakan perintah Allah swt dan dicontohkan Nabi saw secara
langsung. Firman Allah swt
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At Taubah: 119).
Dalam ayat
lainnya, Allah swt berfirman,
فَلَوْ صَدَقُوا
اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
“Tetapi
jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik
bagi mereka.” (QS. Muhammad: 21)
Dalam hadits
dijelaskan keutamaan sikap jujur dan bahaya sikap dusta. Ibnu Mas’ud ra menuturkan
bahwa Rasulullah saw bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ
فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى
الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى
يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ
يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah
kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan
pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika
seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan
dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari
berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan
kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan
berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”
(HR. Muslim).
Begitu pula
dalam hadits Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah saw bersabda,
دَعْ مَا يَرِيبُكَ
إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ
رِيبَةٌ
“Tinggalkanlah
yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran
lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.”
(HR. Tirmidzi dan Ahmad).
Sosok
Rasululloh saw merupakan contoh terbaik sebagai pemimpin bangsa, terutama lagi
sebagai pelaku bisnis (pedagang) yang sangat jujur, beliau tidak pernah dengan
cara manipulasi dan tidak jujur. Diceritakan dari Rifa’ah, ia mengatakan bahwa
ia pernah keluar bersama Nabi saw ke tanah lapang dan melihat manusia sedang
melakukan transaksi jual beli. Beliau lalu menyeru, “Wahai para pedagang!”
Orang-orang pun memperhatikan seruan Rasulullah saw sambil menengadahkan leher
dan pandangan mereka pada beliau. Lantas Nabi saw bersabda,
إِنَّ التُّجَّارَ
يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فُجَّارًا إِلاَّ مَنِ اتَّقَى اللَّهَ وَبَرَّ
وَصَدَقَ
“Sesungguhnya
para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai orang-orang
fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan
berlaku jujur.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Hati-hati
jangan sampai menjadi pendusta, pembohong karena dusta adalah dosa yang amat
buruk dan tergolong orang-orang munafiq. Perbuatan dusta juga akan membawa
keahancuran terutama keterpurukan di akhirat kelak. Sabda Rasulullah saw.
ثَلَاثَةٌ لَا
يُكَلِّمُهُمُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يَنْظُرُ إِلَيْهِمْ وَلَا
يُزَكِّيْهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ : الْمَنَّانُ, الْمُسْبِلُ إِزَارَهُ
وَالْمُنْفِقُ سِلْعَتَهُ بِالْحَلَفِ الْكَاذِبِ
“Tiga
(golongan) yang Allah tidak berbicara kepada mereka pada hari Kiamat, tidak
melihat kepada mereka, tidak mensucikan mereka dan mereka akan mendapatkan
siksaan yang pedih, yaitu: orang yang sering mengungkit pemberiannya kepada
orang, orang yang menurunkan celananya melebihi mata kaki dan orang yang menjual barangnya dengan
sumpah dusta.” (HR. Muslim).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Kedua,
Keadilan.
Islam
mengajarkan kita keadilan dan adil menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak pada yang benar
dan tidak sewenang-wenang. Dan adil itu tidak mesti sama sesuatu kebutuhan dan
hajat yang bisa menempatkan sesuatu sesuai dengan yang berhak diterima seperti
pembagian hak waris antara bagian laki-laki mendapatkan dua kali anak perempuan.
Ini disebut adil karena laki-laki harus menanggung istri dan anaknya sehingga bagian warisnya
menjadi lebih besar, sementara perempuan nantinya akan menjadi tanggungan
suaminya. Dan seseorang dikatakan adil apabila ia bersikap benar, berpihak pada
kebenaran dan menggunakan ukuran yang sama dalam menilai kebenaran itu.
Dalilnya tertuang dalam al-quran.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ وَلا يَجْرِمَنَّكُمْ
شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلا تَعْدِلُوا اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu
menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil. Berbuat
adillah karena ia lebih mendekati ketakwaan. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(QS. Al Maa’idah: 8).
Karena itu,
Allah swt sangat memuji orang-orang yang mampu berbuat adil bukan orang yang
mampu berbuat persamaan. Firman Allah swt
وَإِنْ حَكَمْتَ
فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Dan jika
kamu memutuskan perkara mereka, maka putuskanlah (perkara itu) diantara mereka
dengan adil, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang adil.”
(QS. Al Maidah: 42).
فَأَصْلِحُوا
بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
“Kalau dia
telah surut, damaikanlah antara keduanya menurut keadilan, dan hendaklah kamu
berlaku adil; sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.”
(QS. Al Hujurat: 9).
Nabi Muhammad
saw merupakan suritauladan yang sempurna mengenai sifat adil. Beliau berlaku
adil kepada semuanya, dirinya, keluarganya, sahabatnya, seluruh umat islam,
begitu juga beliau dalam memutuskan persoalan, selalu menelaah dengan sedetail
mungkin. Pihak-pihak yang berseberangan akan didengarkan secara saksama. Dengan
begitu, keputusan yang diambil dapat menjadi maslahat bagi semua.
Bukti sifat
adil Rasulullah saw kepada putrinya Fatimah jika ia mencuri, Nabi menegakkan
keadilan tidak pandang bulu sekalipun terhadap putrinya sendiri. Dari
‘Aisyah ra, beliau menceritakan,
أَنَّ قُرَيْشًا
أَهَمَّهُمْ شَأْنُ الْمَرْأَةِ الْمَخْزُومِيَّةِ الَّتِي سَرَقَتْ، فَقَالُوا:
مَنْ يُكَلِّمُ فِيهَا رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟ فَقَالُوا:
وَمَنْ يَجْتَرِئُ عَلَيْهِ إِلَّا أُسَامَةُ، حِبُّ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَلَّمَهُ أُسَامَةُ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَتَشْفَعُ فِي حَدٍّ مِنْ حُدُودِ اللهِ؟» ثُمَّ قَامَ
فَاخْتَطَبَ، فَقَالَ: «أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّمَا أَهْلَكَ الَّذِينَ
قَبْلَكُمْ أَنَّهُمْ كَانُوا إِذَا سَرَقَ فِيهِمِ الشَّرِيفُ تَرَكُوهُ، وَإِذَا
سَرَقَ فِيهِمِ الضَّعِيفُ أَقَامُوا عَلَيْهِ الْحَدَّ، وَايْمُ اللهِ لَوْ أَنَّ
فَاطِمَةَ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَرَقَتْ لَقَطَعْتُ يَدَهَا»
“Sesungguhnya
orang-orang Quraisy mengkhawatirkan keadaan (nasib) wanita dari bani
Makhzumiyyah yang (kedapatan) mencuri. Mereka berkata, ‘Siapa yang bisa melobi
Rasullah saw?’ Mereka pun menjawab, ‘Tidak ada yang berani kecuali Usamah bin
Zaid yang dicintai oleh Rasulullah saw, Maka Usamah pun berkata (melobi)
Rasulullah saw (untuk meringankan atau membebaskan si wanita tersebut dari
hukuman potong tangan). Rasulullah saw kemudian bersabda, ‘Apakah Engkau
memberi syafa’at (pertolongan) berkaitan dengan hukum Allah?’ Rasulullah saw
pun berdiri dan berkhutbah, ‘Wahai manusia, sesungguhnya yang membinasakan
orang-orang sebelum kalian adalah jika ada orang yang mulia (memiliki
kedudukan) di antara mereka yang mencuri, maka mereka biarkan (tidak dihukum),
namun jika yang mencuri adalah orang yang lemah (rakyat biasa), maka mereka
menegakkan hukum atas orang tersebut. Demi Allah, sungguh jika Fatimah binti
Muhammad mencuri, aku sendiri yang akan memotong tangannya’”
(HR. Bukhari dan Muslim).
Begitu juga
Rasulullah tetap berbuat baik dan berlaku adil terhadap non muslim. Firman
Allah swt.
لَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ
يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ
تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ (٨)
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ فِي الدِّينِ
وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ
تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ (٩)
“Allah tidak
melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang
tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah
hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu
karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang zhalim.” (QS. Al Mumtahanah: 8-9).
Ibnu Katsir
rahimahullah berkata, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non
muslim yang tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang
yang lemah di antara mereka. Hendaklah berbuat baik dan adil karena Allah
menyukai orang yang berbuat adil.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 7: 247).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Semoga kita
selalu mendapatkan Taufiq dan Hidayah Allah didalam mengisi sisa usia kita ini
selalu mengedepankan kejujuran dan keadilan agar menjadi peribadi yang sholeh
dan terwujudnya masyarakat yang adil makmur dan negeri yang baldatun
thoyyibatun wa Robbun ghofur, penuh dengan keberkahan dan ampunan Allah
swt.
اللَّهُمَّ إِنِّى
أَعُوذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلاَقِ وَالأَعْمَالِ وَالأَهْوَاءِ
“Ya Allah,
aku berlindung kepadamu dari akhlaq, amal dan hawa nafsu yang mungkar.”
(HR. Tirmidzi). Amiiin ya Robb
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan