Khutbah Jumat (Edisi 142) Tema : “Ramadhan Bulan TAUBAT”
khutbah-jumat
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 142) Tema :
“Ramadhan
Bulan TAUBAT”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ AL-AMANAH Permnas 1 Kota Bekasi. Jumat,
22 Maret 2024 M/11 Ramadhan 1445 H.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Bersyukur hari ini kita
masih dipertemukan dengan bulan Ramadhan, bulan yang sangat kita tunggu dan
kita nanti-nanti, keberuntungan yang luar biasa bagi seorang mu’min bisa
disediakan bulan Ramadhan agar bisa membakar dosa-dosanya, sesuai namanya
ramadhan artinya membakar terutama membakar dan menghapus dosa-dosa. Sebagaimana penjelasan Al-Imam Al-Qurthubi, beliau
berkata:
إِنَّمَا سُمِّيَ
رَمَضَانَ لِأَنَّهُ يَرْمُضُ الذُّنُوْبَ أَيْ يَحْرِقُهَا بِالْأَعْمَالِ
الصَّالِحَةِ
“Dinamakan bulan
Ramadhan karena ia mengugurkan/membakar dosa-dosa dengan amal shalih” (Tafsir Al-Qurthubi
2/291).
Semua amaliah yang
baik dalam bulan Ramadhan berfungsi membersihkan noda dan dosa, puasa, qiyam
Ramadhan, zakat, infaq dan sedekah mampu menghapus dosa, maka sangat rugi dan
sangat keterlaluan bagi seseorang yang membiarkan Ramadhan berlalu begitu saja
tanpa menggugurkan dosanya. Nabi saw bersanda
رَغِمَ أَنْفُ عَبْدٍ –
أَوْ بَعُدَ – دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ فَلَمْ يُغْفَرْ لَهُ
“Celakalah seorang
hamba yang mendapati bulan Ramadhan kemudian Ramadhan berlalu dalam keadaan
dosa-dosanya belum diampuni.” (HR. Ahmad).
Pantas saja apabila
ada ulama salaf yang berkata,
مَنْ لَمْ يُغْفَرْ
لَهُ فِيْ رَمَضَانَ فَلَنْ يُغْفَرَ لَهُ فِيْمَا سِوَاهُ؛
“Barangsiapa yang
tidak diampuni dosa-dosanya di bulan Ramadhan, maka tidak akan diampuni
dosa-dosanya di bulan-bulan lainnya.” (Lathaif Al-Ma’arif, hal. 297).
Manusia memang
tempatnya berbuat salah dan dosa kecuali Rasulullah saw yang ma’shum
(terpelihara dari berbuat dosa, salah dan maksiat). Dan setiap manusia pernah
berbuat salah, namun manusia yang terbaik adalah yang rajin bertaubat. Dari
Anas, beliau saw bersabda,
كُلُّ بَنِى آدَمَ
خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ
“Semua keturunan Adam
adalah orang yang pernah berbuat salah. Dan sebaik-baik orang yang berbuat
salah adalah orang yang bertaubat.” (HR. Ibnu Majah).
Agar dosa-dosa kita
terhapus, ada tiga amalan yang bisa dilakukan :
Pertama, Taubat.
Di jaman sekarang ini
seseorang sangat sulit sekali terhindar dari perbuatan dosa, setiap hari,
setiap saat dosa bersliweran dihadapan kita, baik dari tv, handphone atau media
sosial lainnya. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,
كُتِبَ عَلَى ابْنِ
آدَمَ نَصِيبُهُ مِنَ الزِّنَى مُدْرِكٌ ذَلِكَ لاَ مَحَالَةَ فَالْعَيْنَانِ
زِنَاهُمَا النَّظَرُ وَالأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الاِسْتِمَاعُ وَاللِّسَانُ
زِنَاهُ الْكَلاَمُ وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا
وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ
“Setiap anak Adam
telah ditakdirkan bagian untuk berzina dan ini suatu yang pasti terjadi, tidak
bisa tidak. Zina kedua mata adalah dengan melihat. Zina kedua telinga dengan
mendengar. Zina lisan adalah dengan berbicara. Zina tangan adalah dengan meraba
(menyentuh). Zina kaki adalah dengan melangkah. Zina hati adalah dengan
menginginkan dan berangan-angan. Lalu kemaluanlah yang nanti akan membenarkan
atau mengingkari yang demikian.” (HR. Muslim).
Sampai-sampai Abu
Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Al-Thusi dalam kitab بداية الهداية
للإمام الغزالي sangat berpesan.
فَاحْفَظْ
يَامِسْكِيْنُ جَمِيْعَ بَدَنِكَ مِنَ الْمَعَاصِيْ وَخُصُوْصًا اَعْضَائَكَ
السَّبْعَةَ فَاِنَّ جَهَنَّمَ لَهَا سَبْعَةُ اَبْوَابٍ لِكُلٍّ بَابٍ مِنْهُمْ
جُزْءٌ مَقْسُوْمٌ وَلَايَتَعَيَّنُ لِتِلْكَ الْاَبْوَابِ اِلاَّ مَنْ عَصَى
اللهَ تَعَالَى بِهَذِهِ الْاَعْضَاءِ السَّبْعَةِ: وَهِيَ الْعَيْنُ وَالْاُذُنُ
وَاللِّسَانُ وَالْبَطْنُ وَالْفَرْجُ وَالْيَدُ وَالرٍّجْلُ
“Wahai orang miskin
jagalah semua badanmu dari maksiat terutama anggota badanmu yang tujuh karena
sesungguhnya neraka jahanam mempunyai tujuh pintu bagi setiap pintu adalah
bagian dari orang-orang yang kafir dan tidak ditentukan untuk pintu-pintu itu
kecuali untuk orang-orang yang maksiat dengan anggota yang tujuh ini yaitu
mata, telinga, lisan, perut, kemaluan, tangan dan kaki.”
Maka agar dosa semua
organ tubuh kita dihapus Allah, segeralah bertaubat. Taubat adalah jalan
menghapus dosa yang paling tepat dan jitu, orang yang bertaubat akan Allah
ganti kesalahan yang pernah ia perbuat dengan kebaikan. Sehingga seakan-akan
yang ada dalam catatan amalannya hanya kebaikan saja. Allah swt berfirman,
إِلَّا مَنْ تَابَ
وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ
حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
”Kecuali orang-orang
yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka
diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Al Furqon: 70).
Dan Allah swt itu
adalah Maha Penerima taubat hambaNya seberapapun kesalahan dan dosanya.
firmanNya
وَهُوَ الَّذِىۡ
يَقۡبَلُ التَّوۡبَةَ عَنۡ عِبَادِهٖ وَيَعۡفُوۡا عَنِ السَّيِّاٰتِ وَيَعۡلَمُ
مَا تَفۡعَلُوۡنَ
“Dan Dialah yang
menerima tobat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan
mengetahui apa yang kamu kerjakan,” (QS. Asy-Syura : 25).
(1). Segera Bertaubat
itu adalah Perintah Allah swt.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ
يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ
تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ
يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ٨
“Wahai orang-orang
yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya.
Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke
dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah
tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanannya. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami,
sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. At-Tahrim : 8).
Ayat lain Allah swt juga
perintahkan.
وَقُلْ لِّلْمُؤْمِنٰتِ
يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ
زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى
جُيُوْبِهِنَّۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ
اٰبَاۤىِٕهِنَّ اَوْ اٰبَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَاۤىِٕهِنَّ اَوْ
اَبْنَاۤءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ بَنِيْٓ اِخْوَانِهِنَّ اَوْ
بَنِيْٓ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَاۤىِٕهِنَّ اَوْ مَا مَلَكَتْ اَيْمَانُهُنَّ اَوِ
التّٰبِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ اَوِ الطِّفْلِ
الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَاۤءِۖ وَلَا يَضْرِبْنَ
بِاَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّۗ وَتُوْبُوْٓا
اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
٣١
“Katakanlah kepada
para perempuan yang beriman hendaklah mereka menjaga pandangannya, memelihara
kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (bagian tubuhnya), kecuali
yang (biasa) terlihat. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya. Hendaklah
pula mereka tidak menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami
mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putra-putra mereka, putra-putra suami
mereka, saudara-saudara laki-laki mereka, putra-putra saudara laki-laki mereka,
putra-putra saudara perempuan mereka, para perempuan (sesama muslim), hamba
sahaya yang mereka miliki, para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang
aurat perempuan. Hendaklah pula mereka tidak mengentakkan kakinya agar
diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Bertobatlah kamu semua kepada
Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nur : 31).
Tafsir Ibnu Katsir
menjelaskan bahwa Allah swt memerintahkan bagi mu’min laki-laki untuk menjaga
pandangan dan kemaluan mereka karena pandangan itu membawa kepada kerusakan
hati. Sebagaimana perkataan sebagian ulama salaf, yaitu pandangan adalah anak
panah beracun bagi hati karena sesungguhnya menjaga pandangan adalah sarana
untuk menjaga kemaluan dan dengan tidak menjaga kemaluan, akan mengarah kepada
tidak menjaga hati.
Begitu juga Allah swt
memerintahkan bagi perempuan-perempuan mu’minah untuk menundukan pandangan dan
menjaga kemaluan mereka sekaligus membedakan dari perempuan-perempuan
jahiliyah, karena perempuan-perempuan jahiliyah lewat dihadapan laki-laki
dengan berbuka dadanya dan tidak tertutup apapun, nampak lehernya, ekor
rambutnya dan anting-anting telinganya. Allah swt berfirman
يٰٓاَيُّهَا النَّبِيُّ
قُلْ لِّاَزْوَاجِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَاۤءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ
عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيْبِهِنَّۗ ذٰلِكَ اَدْنٰىٓ اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا
يُؤْذَيْنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا ٥٩
“Wahai Nabi
(Muhammad), katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan
istri-istri orang mukmin supaya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh
mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga
mereka tidak diganggu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab : 59).
Allah swt telah
mengharamkan mereka dari melihat laki-laki, selain suami-suami dan mahramnya.
Oleh karenanya mayoritas ulama berpendapat bahwa tidak boleh melihat kepada
laki-laki asing dengan syahwat atau tanpa syahwat.
Memandang yang diboleh
itu kepada istri yang sah walaupun yang dipandangi seluruh tubuhnya. Nabi saw
bersabda
احْفَظْ عَوْرَتَكَ
إِلاَّ مِنْ زَوْجَتِكَ أَوْ مَا مَلَكَتْ يَمِينُكَ
“Jagalah auratmu
kecuali dari istrimu atau budak yang kau miliki.” (HR. Abu Daud dan
Tirmidzi).
Ibnu Hajar berkata,
“Yang dipahami dari hadits ‘kecuali dari istrimu’ menunjukkan bahwa istrinya
boleh-boleh saja memandang aurat suami. Hal ini diqiyaskan pula, boleh saja
suami memandang aurat istri.” (Fath Al-Bari, 1:386). Dan yang berpandangan
bolehnya memandang aurat satu sama lain antara suami istri adalah pendapat
jumhur ulama (mayoritas). (Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 32:89).
(2). Berbahagialah orang
yang berbuat dosa lalu ia bertaubat maka Allah ampuni
dosanya, seolah-olah tidak pernah berbuat dosa sama sekali. Dari Abu ‘Ubaidah
bin ‘Abdillah dari ayahnya, Rasulullah saw bersabda,
التَّائِبُ مِنَ
الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ
”Orang yang bertaubat
dari suatu dosa seakan-akan ia tidak pernah berbuat dosa itu sama sekali.” (HR. Ibnu Majah).
(3). Kisah Taubat
Pembunuh 100 Jiwa diriwayatkan dari Abu Sa’id Sa’ad bin Malik bin
Sinaan Al Khudri ra, sesungguhnya Nabi saw bersabda,
أنّ نَبِيَّ الله صلى
الله عليه وسلم، قَالَ : ( كَانَ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكمْ رَجُلٌ قَتَلَ تِسْعَةً
وتِسْعينَ نَفْساً، فَسَأَلَ عَنْ أعْلَمِ أَهْلِ الأرضِ، فَدُلَّ عَلَى رَاهِبٍ،
فَأَتَاهُ . فقال : إنَّهُ قَتَلَ تِسعَةً وتِسْعِينَ نَفْساً فَهَلْ لَهُ مِنْ
تَوبَةٍ ؟ فقالَ : لا، فَقَتَلهُ فَكَمَّلَ بهِ مئَةً، ثُمَّ سَأَلَ عَنْ أَعْلَمِ
أَهْلِ الأَرضِ، فَدُلَّ عَلَى رَجُلٍ عَالِمٍ . فقَالَ : إِنَّهُ قَتَلَ مِئَةَ
نَفْسٍ فَهَلْ لَهُ مِنْ تَوْبَةٍ ؟ فقالَ : نَعَمْ، ومَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ
وبَيْنَ التَّوْبَةِ ؟ انْطَلِقْ إِلى أرضِ كَذَا وكَذَا فإِنَّ بِهَا أُناساً
يَعْبُدُونَ الله تَعَالَى فاعْبُدِ الله مَعَهُمْ، ولاَ تَرْجِعْ إِلى أَرْضِكَ
فَإِنَّهَا أرضُ سُوءٍ، فانْطَلَقَ حَتَّى إِذَا نَصَفَ الطَّرِيقَ أَتَاهُ
الْمَوْتُ، فاخْتَصَمَتْ فِيهِ مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ ومَلائِكَةُ العَذَابِ .
فَقَالتْ مَلائِكَةُ الرَّحْمَةِ : جَاءَ تَائِباً، مُقْبِلاً بِقَلبِهِ إِلى
اللهِ تَعَالَى، وقالتْ مَلائِكَةُ العَذَابِ : إنَّهُ لمْ يَعْمَلْ خَيراً قَطُّ،
فَأَتَاهُمْ مَلَكٌ في صورَةِ آدَمِيٍّ فَجَعَلُوهُ بَيْنَهُمْ
– أيْ حَكَماً –
فقالَ : قِيسُوا ما بينَ الأرضَينِ فَإلَى أيّتهما كَانَ أدنَى فَهُوَ لَهُ .
فَقَاسُوا فَوَجَدُوهُ أدْنى إِلى الأرْضِ التي أرَادَ ، فَقَبَضَتْهُ مَلائِكَةُ
الرَّحمةِ) مُتَّفَقٌ عليه .
“Dahulu pada masa
sebelum kalian ada seseorang yang pernah membunuh 99 jiwa. Lalu ia bertanya
tentang keberadaan orang-orang yang paling alim di muka bumi. Namun ia
ditunjuki pada seorang rahib. Lantas ia pun mendatanginya dan berkata, ”Jika
seseorang telah membunuh 99 jiwa, apakah taubatnya diterima?” Rahib pun
menjawabnya, ”Orang seperti itu tidak diterima taubatnya.” Lalu orang tersebut
membunuh rahib itu dan genaplah 100 jiwa yang telah ia renggut nyawanya.
Kemudian ia kembali
lagi bertanya tentang keberadaan orang yang paling alim di muka bumi. Ia pun
ditunjuki kepada seorang ‘alim. Lantas ia bertanya pada ‘alim tersebut, ”Jika
seseorang telah membunuh 100 jiwa, apakah taubatnya masih diterima?” Orang alim
itu pun menjawab, ”Ya masih diterima. Dan siapakah yang akan menghalangi antara
dirinya dengan taubat? Beranjaklah dari tempat ini dan ke tempat yang jauh di
sana karena di sana terdapat sekelompok manusia yang menyembah Allah Ta’ala,
maka sembahlah Allah bersama mereka. Dan janganlah kamu kembali ke tempatmu (yang
dulu) karena tempat tersebut adalah tempat yang amat jelek.”
Laki-laki ini pun
pergi (menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang alim tersebut). Ketika sampai
di tengah perjalanan, maut pun menjemputnya. Akhirnya, terjadilah perselisihan
antara malaikat rahmat dan malaikat azab. Malaikat rahmat berkata, ”Orang ini datang
dalam keadaan bertaubat dengan menghadapkan hatinya kepada Allah”. Namun
malaikat azab berkata, ”Orang ini belum pernah melakukan kebaikan sedikit pun”.
Lalu datanglah malaikat lain dalam bentuk manusia, mereka pun sepakat untuk
menjadikan malaikat ini sebagai pemutus perselisihan mereka. Malaikat ini
berkata, ”Ukurlah jarak kedua tempat tersebut (jarak antara tempat jelek yang
dia tinggalkan dengan tempat yang baik yang ia tuju). Jika jaraknya dekat, maka
ia yang berhak atas orang ini.” Lalu mereka pun mengukur jarak kedua tempat
tersebut dan mereka dapatkan bahwa orang ini lebih dekat dengan tempat yang ia
tuju. Akhirnya, ruhnya pun dicabut oleh malaikat rahmat.” (HR. Bukhori Muslim).
Disebutkan riwayat lainnya,
dari Abu Huroiroh, Rasulullah saw bersabda yang diceritakan dari Rabbnya ‘azza
wa jalla,
أَذْنَبَ عَبْدٌ
ذَنْبًا فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى
أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ
وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى
ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ
لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ
فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ
عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ
بِالذَّنْبِ وَاعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ
“Ada seorang hamba
yang berbuat dosa lalu dia mengatakan اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى
ذَنْبِى (Ya Allah, ampunilah dosaku). Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku
telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni
dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya),
kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, أَىْ رَبِّ
اغْفِرْ لِى ذَنْبِى (Wahai Rabb, ampunilah dosaku). Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku
telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni
dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa’. (Maka Allah mengampuni dosanya),
kemudian hamba tersebut mengulangi lagi berbuat dosa, lalu dia mengatakan, أَىْ رَبِّ
اغْفِرْ لِى ذَنْبِى (Wahai Rabb, ampunilah dosaku). Lalu Allah berfirman, ‘Hamba-Ku
telah berbuat dosa, lalu dia mengetahui bahwa dia memiliki Rabb yang mengampuni
dosa dan menghukumi setiap perbuatan dosa. Beramallah sesukamu, sungguh engkau
telah diampuni.” (HR. Muslim).
An Nawawi dalam Syarh
Muslim mengatakan bahwa yang dimaksudkan dengan ‘beramallah sesukamu’ adalah
selama engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu.
An Nawawi mengatakan,
”Seandainya seseorang berulang kali melakukan dosa hingga 100 kali, 1000 kali
atau lebih, lalu ia bertaubat setiap kali berbuat dosa, maka pasti Allah akan
menerima taubatnya setiap kali ia bertaubat, dosa-dosanya pun akan gugur. Seandainya
ia bertaubat dengan sekali taubat saja setelah ia melakukan semua dosa tadi,
taubatnya pun sah.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,17/75).
Jangan pernah takut
untuk bertaubat, jangan pernah berhenti terus bertaubat dan jangan pernah
menganggap dirinya yang berlumuran dosa takut tidak diterima taubatnya oleh
Allah swt karena itu rubahlah pola hidup, pola bergaul dan berteman karena An
Nawawi mengatakan, ”Hendaklah orang yang bertaubat mengganti temannya dengan
teman-teman yang baik, sholih, berilmu, ahli ibadah, waro’ dan orang-orang yang
meneladani mereka-mereka tadi. Hendaklah ia mengambil manfaat ketika bersahabat
dengan mereka.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,17/83).
Nabi saw juga
mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan
kebaikan dan sering menasehati kita.
مَثَلُ الْجَلِيسِ
الصَّالِحِ وَالْجَلِيسِ السَّوْءِ كَمَثَلِ صَاحِبِ الْمِسْكِ ، وَكِيرِ
الْحَدَّادِ ، لاَ يَعْدَمُكَ مِنْ صَاحِبِ الْمِسْكِ إِمَّا تَشْتَرِيهِ ، أَوْ
تَجِدُ رِيحَهُ ، وَكِيرُ الْحَدَّادِ يُحْرِقُ بَدَنَكَ أَوْ ثَوْبَكَ أَوْ
تَجِدُ مِنْهُ رِيحًا خَبِيثَةً
“Seseorang yang duduk
(berteman) dengan orang sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman
dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan
minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya.
Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau
pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhori).
Ibnu Hajar Al Asqolani
mengatakan, “Hadits ini menunjukkan larangan berteman dengan orang-orang yang
dapat merusak agama maupun dunia kita. Dan hadits ini juga menunjukkan dorongan
agar bergaul dengan orang-orang yang dapat memberikan manfaat dalam agama dan
dunia.” (Fathul Bari).
Kedua, Lakukan Semua
Amal Sholeh.
Banyak lakukan
amal-amal kebaikan karena semua kebaikan itu mampu menghapus dosa dan
kesalahan.
Tafsir Ibnu Katsir
dari Abdullah bin Mas’ud menceritakan, “Ada seorang laki-laki menemui
Rasulullah. Dia bercerita, “Ya Rasulullah. Aku mendapati seseorang Perempuan di
sebuah kebun, lalu, aku melakukan segala sesuatu dengannya. Namun, aku tidak
sampai menyetubuhinya. Aku hanya mencium dan memeluknya. Tidak lebih dari itu.
Maka silahkan engkau jatuhkan hukuman apapun kepada diriku.’
Rasulullah hanya diam
tanpa memeberikan jawaban apa pun kepadanya. Lalu laki-laki itu pergi. Umar bin
al-Khottob berkomentar, ‘Sebenarnya Allah telah menutupi perbuatannya itu
seandainya diam au tutupi’
Rasulullah pun terus
memandangi laki-laki itu pergi berlalu menjauh. Kemudian beliau bersabda
‘Tolong, suruh pria itu untuk Kembali menghadap kepadaku.’ Orang-orang pun
memanggil lakik-laki itu untuk Kembali menghadap kepada Rasulullah. Lalu
Rasulullah membacakan kepadanya. Firman Allah swt
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ
طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِۗ اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ
السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِيْنَ ١١٤
“Dirikanlah salat pada kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).” (QS. Hud : 114).
Umar bin al-Khottob
bertanya, ‘Ya Rasulullah. Apakah ayat ini hanya untuk dia saja, atau berlaku
juga untuk semua orang? Rasulullah bersabda, ‘Tidak. Melainkan unntuk semua
orang.” (HR. Bukhori).
Abu ‘Utsman bercerita,
“Suatu Ketika, aku Bersama Salman al-Farisi dibawah sebuah pohon. Salman meraih
sebatang dahan yang mulai mengering, lalu menggoyan-goyangkannya hingga
daun-daunnya rontok berguguran. Kemudia dia berkata kepadaku, ‘Tidakkah kau
bertanya kenapa aku melakukan ini?’
Lalu aku bertanya,
‘Kenapa kau lakukan itu?’ Salman berkata, ‘Sesungguhnya seorang muslim, apabila
ia berwudhu dengan sempurna, kemudian mengerjakan sholat lima waktu, maka
keslahan-kesalahannya rontok berguguran seperti rontoknya daun-daun itu. Allah
swt berfoirman.
وَاَقِمِ الصَّلٰوةَ
طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِّنَ الَّيْلِۗ اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ
السَّيِّاٰتِۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِيْنَ ١١٤
“Dirikanlah salat pada
kedua ujung hari (pagi dan petang) dan pada bagian-bagian malam. Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan baik menghapus kesalahan-kesalahan. Itu adalah peringatan
bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).” (QS. Hud : 114).
Ketiga, Beristighfar.
Kapan saja dimana saja
perbanyak istighfar, itu bisa menghapus dosa, akan mendatangkan kesejahteraan
dan menjadikan solusi dari segala kesulitan. Karena manusia tidaklah luput dari
kesalahan dan dosa, sehingga istighfar dan taubat mesti dijaga setiap saat. Dari
Abu Hurairah ra, ia mendengar Nabi saw bersabda,
وَاللَّهِ إِنِّى
لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ فِى الْيَوْمِ أَكْثَرَ مِنْ سَبْعِينَ
مَرَّةً
“Demi Allah, aku
sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-Nya dalam sehari lebih dari
70 kali.” (HR. Bukhari).
Dari Al Aghorr Al
Muzanni, yang merupakan sahabat Nabi, bahwa Nabi saw bersabda,
إِنَّهُ لَيُغَانُ
عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Ketika hatiku malas,
aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali.” (HR. Muslim).
Perbanyak istighfar
merupakan perintah Allah swt.
فَاعْلَمْ اَنَّهٗ لَآ
اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْۢبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَالْمُؤْمِنٰتِۚ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ مُتَقَلَّبَكُمْ وَمَثْوٰىكُمْࣖ ١٩
“Ketahuilah (Nabi
Muhammad) bahwa tidak ada Tuhan (yang patut disembah) selain Allah serta
mohonlah ampunan atas dosamu dan (dosa) orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan. Allah mengetahui tempat kegiatan dan tempat istirahatmu.” (QS. Muhammad : 19).
Rasulullah saw juga
bersabda,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ
تُوبُوا إِلَى اللَّهِ فَإِنِّى أَتُوبُ فِى الْيَوْمِ إِلَيْهِ مِائَةَ مَرَّةٍ
“Wahai sekalian
manusia. Taubatlah (beristigfar) kepada Allah karena aku selalu bertaubat
kepada-Nya dalam sehari sebanyak 100 kali.” (HR. Muslim)
Istighfar banyak
manfaatnya. Diantaranya :
(1). Mendatangkan
rezeki. Firman Allah
وَيٰقَوْمِ
اسْتَغْفِرُوْا رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوْبُوْٓا اِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاۤءَ
عَلَيْكُمْ مِّدْرَارًا وَّيَزِدْكُمْ قُوَّةً اِلٰى قُوَّتِكُمْ وَلَا
تَتَوَلَّوْا مُجْرِمِيْنَ ٥٢
“Wahai kaumku,
mohonlah ampunan kepada Tuhanmu kemudian bertobatlah kepada-Nya! Niscaya Dia
akan menurunkan untukmu hujan yang sangat deras, menambahkan kekuatan melebihi
kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling menjadi orang-orang yang berdosa.” (QS. Hud : 52).
“فَقُلْتُ
اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم
مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ
وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً”
“Aku (Nabi Nuh)
berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha
Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari
langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan
kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu” (QS. Nuh: 10-12).
(2). Solusi Berbagai
Problematika. Rasulullah saw bersabda,
“مَنْ أَكْثَرَ
مِنْ الِاسْتِغْفَارِ؛ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا، وَمِنْ
كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا، وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ”
“Barang siapa
memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan keluar bagi setiap
kesedihannya, kelapangan untuk setiap kesempitannya dan rizki dari arah yang
tidak disangka-sangka” (HR. Ahmad).
Mari kita selalu
berdoa taubat agar setiap hari semua dosa dan kesalahan kita diampuni Allah swt
أَسْتَغْفِرُ اللهَ
رَبَّ الْبَرَايــــَــا # أَسْتَغْفِرُ اللهَ مِنَ الْخَطَايَا
“Aku Mohon Ampun Ya
Allah, Maha Penerima”
“Aku Mohon Ampun Ya
Allah dari Segala Dosa”
رَبِّ زِدْنِيْ عِلْمًا
نَافِعـــــًــــا # وَوَفِّقْنيْ عَمَلاً مَقْبـُــــوْلاً
“Tambahkan Kepadaku
Ilmu Yang Bermanfaat”
“Berikanlah Aku Amalan
Yang Diterima/Dikabulkan”
وَوَهِّبْ لِيْ رِزْقًا
وَاسِعـًــا # وَتُبْ عَلَيَّ تَوْبَةً نَصُوْحــًــــا
“Karuniakanlah Kepadaku
Rezeki Yang Luas”
“Terimalah Taubat Kami
Dengan Taubat Nasuha”
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan