Khutbah Jumat (Edisi 144) Tema : “ZAKAT : Sucikan Harta, Bahagiakan Dhuafa”
khutbah-jumat
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 144) Tema :
“ZAKAT
: Sucikan Harta, Bahagiakan Dhuafa”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ ARROHMAH Kp. Irian Kota
Bekasi. Jumat, 29 Maret 2024 M/18 Ramadhan 1445 H.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Kesempatan hidup hanya
datang sekali tidak bisa berulang, hari ini kita masih bisa berkatifitas,
bekerja dan melakukan berbagai amaliah sehari-hari namun belum tentu esok kita
sudah dijemput malaikat Izroil, karena itu yang sekali datang bikin amal yang betul-betul
berkualitas. Dalam al-quran Allah swt berfirman,
اِنَّمَا يَعْمُرُ
مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ
الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَۗ فَعَسٰٓى
اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ ١٨
“Sesungguhnya yang
(pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada
Allah dan hari Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tidak takut
(kepada siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk
golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. At-Taubah : 18).
Ayat ini sangat
popular sekali bagaimana memakmurkan masjid, ternyata Allah swt dalam konteks
kita hidup ini membedakan antara umur dan usia. Usia adalah dari mulai dilahirkan di alam dunia ini
sampai sekarang kita berada, baik digunakan untuk maksiat, ketaatan, pahala dan
dosa, usia itu terus berjalan dan bertambah. Sementara umur adalah seberapa
besar kita bisa memanfaatkan usia untuk kebaikan dan melakukan amal sholeh.
Bertemu dengan bulan
Ramadhan ini dalam rangka makmurkan disisa usia kita dengan amal-amal sholeh
agar Allah swt memberikan bekal sebanyak-sebanyaknya untuk pulang ke kampung
akhirat, memakmurkan usia dengan sholat, puasa, tilawah al-quran, zakat, infaq,
sedekah dan lain sebagainya.
Rasulullah saw adalah
sosok suritauladan yang paling dermawan, terutama lagi beliau tambah dermawan
saat di bulan Ramadhan,
Dari Ibnu
‘Abbas ra, ia berkata,
كَانَ النَّبِىُّ صلى
الله عليه وسلم أَجْوَدَ النَّاسِ، وَأَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ، حِينَ
يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ يَلْقَاهُ فِى كُلِّ
لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ، فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صلى الله
عليه وسلم أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
“Nabi saw adalah orang
yang paling gemar bersedekah. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara
lagi ketika bulan Ramadhan tatkala itu Jibril menemui beliau. Jibril menemui
beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Al-Qur’an kala itu.
Dan Rasul saw adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin
yang bertiup.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka dari itu jika
berbicra zakat, infaq dan sedekah lihat pesan Nabi saw didalam hadits ini dari Abu Hurairah ra,
يُصبِحُ
العِبادُ فِيهِ إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلانِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ
أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا
تَلَفًا
"Setiap pagi, dua
malaikat turun mendampingi seorang hamba. Yang satu mendoakan : Wahai, Tuhan!
Berikanlah ganti rugi bagi dermawan yang menyedekahkan hartanya. Dan yang satu
lagi berkata : Wahai, Tuhan! Musnahkanlah harta si bakhil." (HR. Muttafaq Alaih).
Sunah bersedekah saat
menuju masjid sebelum sholat shubuh dan dapatkan do’a malaikat ini karena
menyedekahkan hartanya sebelum sholat shubuh itu lebih afdhol, semua itu akan
Allah ganti. Namun sebaliknya, Allah swt akan memusnahkan bagi orang yang hari
ini bakhil, tidak mau mengeluarkan sedekahnya karena saking pelitnya jangankan
pahalanya diminta, dosanya pun tidak akan diberikan.
Allah perintahkan
hidup itu harus seimbang, memiliki hubungan vertikal (حبل من الله) kepada
Allah swt dan horizontal (حبل من الناس) antar sesama manusia, sholat yang Allah perintahkan itu
menghubungkan kita langsung kepada Allah swt sementara zakat, infaq dan sedekah
menghubungkan kita dengan manusia lainnya. Tidak bisa, hidup seseorang angkat
tangan berdoa ke langit minta rezeki lalu Allah berikan, sementara tetangga
sebelah lagi susah dan tidak peduli sehingga hidupnya menjadi miring, padahal
disebutkan dalam al-quran berulangkali sebanyak 32 kali perintah sholat dan
perintah zakat itu selalu beriringan dan berdampingan. Diantaranya :
وَلَا تَلْبِسُوا
الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ وَأَقِيمُوا
الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ
“Dan janganlah kalian
campur adukkan yang hak dengan yang batil, dan janganlah kalian sembunyikan
yang hak itu, sedangkan kalian mengetahui. Dan dirikanlah salat, tunaikanlah
zakat, dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah :
42-43).
وَاَقِيْمُوا
الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ وَمَا تُقَدِّمُوْا
لِاَنْفُسِكُمْ مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوْهُ عِنْدَ اللّٰهِۗ اِنَّ اللّٰهَ بِمَا
تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ ١١٠
“Dirikanlah salat
dan tunaikanlah zakat. Segala kebaikan yang kamu kerjakan untuk dirimu akan
kamu dapatkan (pahalanya) di sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.” (Al-Baqarah : 110).
وَمَآ اُمِرُوْٓا
اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا
الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ ٥
“Mereka tidak
diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan
kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat.
Itulah agama yang lurus (benar).” (QS. Al-Bayyinah : 5).
Sebagai seorang muslim
yang baik senantiasa memposisikan dirinya secara beriringan antara ibadah
individu dan ibadah sosial karena kata Ibnu Katsir rahimahullah : shalat adalah
ibadah badan yang paling mulia. Sedangkan zakat adalah bentuk berbuat ihsan
(kebaikan) kepada fakir miskin dan orang yang membutuhkan. Lihat Tafsir Al
Qur’an Al ‘Azhim, 7: 624.
Jika perintah Allah
disebutkan berulang kali pertanda perintah itu sangat penting, berpahala besar,
jangan sampai lupa dan ditinggalkan karena di akhir jaman ini banyak orang lupa
untuk menunaikan zakatnya dan Allah selalu mengulang-ulang perintah sholat dan
zakat agar manusia tidak lupa dan lalai karena hisab yang paling lama di
akhirat itu adalah hisab harta.
Dari Abu
Barzah Al-Aslami ra, Nabi saw bersabda,
لاَ تَزُولُ قَدَمَا
عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ
وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا
أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ
“Kedua kaki seorang
hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1)
umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya
bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya untuk
apa digunakannya.” (HR. Tirmidzi).
Makanya dalam al-quran
ayat-ayat zakat itu lebih banyak Allah simpan dalam suroh at-taubah supaya
sebelum meninggal dunia ini bertaubat terlebih dahulu tentang harta dan Allah
terus mengingatkan lagi jangan sampai lupa berzakat, infaq dan sedekahnya agar
saat kembali menghadap Allah swt benar-benar bersih.
خُذْ مِنْ
اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ
اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ١٠٣
“Ambillah zakat dari
harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka
karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah : 103).
Secara bahasa zakat
itu adalah :
Pertama, الطهارة (Suci), harta yang dikeluarkan
zakat, infaq, sedekahnya akan menjadi harta yang suci, jika kita makan,
keluarga kita makan dari harta yang bersih sangat berpeluang untuk bisa masuk
dalam surga karena surga itu hanya menerima orang-orang yang bersih.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً،
Dari Abu Hurairah ra,
ia berkata, “Rasulullah saw bersabda, ‘Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik
(thayyib), tidak menerima kecuali yang baik (thayyib).” (HR. Muslim).
Zakat itu mensucikan,
membersihkan dan bikin tenang. Allah swt berfirman
خُذْ مِنْ
اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ
اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ١٠٣
“Ambillah zakat dari
harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka
karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah : 103).
Pembersihan harta
disini karena masih terdapat hak orang lain didalamnya. Fiman Allah swt.
وَفِىۡۤ اَمۡوَالِهِمۡ
حَقٌّ لِّلسَّآٮِٕلِ وَالۡمَحۡرُوۡمِ
“Dan pada harta benda
mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak
meminta.” (QS. Az-Zariyat Ayat 19).
Karena banyak orang
yang menimbun harta kekayaannya hanya untuk dirinya sendri, maka orang ini akan
mendapatkan azab yang pedih. Firman allah swt
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ
اٰمَنُوۡۤا اِنَّ كَثِيۡرًا مِّنَ الۡاَحۡبَارِ وَالرُّهۡبَانِ لَيَاۡكُلُوۡنَ
اَمۡوَالَ النَّاسِ بِالۡبَاطِلِ وَيَصُدُّوۡنَ عَنۡ سَبِيۡلِ اللّٰهِؕ
وَالَّذِيۡنَ يَكۡنِزُوۡنَ الذَّهَبَ وَالۡفِضَّةَ وَلَا يُنۡفِقُوۡنَهَا فِىۡ
سَبِيۡلِ اللّٰهِۙ فَبَشِّرۡهُمۡ بِعَذَابٍ اَلِيۡمٍۙ
“Wahai orang-orang
yang beriman! Sesungguhnya banyak dari orang-orang alim dan rahib-rahib mereka
benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil, dan (mereka)
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan
emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar
gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) azab yang pedih.” (QS. At-Taubah Ayat 34).
يَّوْمَ يُحْمٰى
عَلَيْهَا فِيْ نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوٰى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوْبُهُمْ
وَظُهُوْرُهُمْۗ هٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِاَنْفُسِكُمْ فَذُوْقُوْا مَا كُنْتُمْ
تَكْنِزُوْنَ ٣٥
“Pada hari ketika
(emas dan perak) itu dipanaskan dalam neraka Jahanam lalu disetrikakan (pada)
dahi, lambung, dan punggung mereka (seraya dikatakan), “Inilah apa (harta) yang
dahulu kamu simpan untuk dirimu sendiri (tidak diinfakkan). Maka, rasakanlah (akibat
dari) apa yang selama ini kamu simpan.” (QS. At-Taubah : 35).
Kedua, النماء
والزيادة (Berkembang dan Bertambah).
Harta yang dikeluarkan
untuk zakat, infaq sedekah bukan malah berkurang tapi terus akan bertambah.
Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ
مِنْ مَالٍ
“Sedekah tidaklah
mengurangi harta.” (HR. Muslim).
Bahkan Allah swt sudah
janjikan dalam al-quran akan menggantinya dengan yang baik. Firman Allah swt.
وَمَا أَنْفَقْتُمْ
مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ
“Dan barang apa saja
yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rezki
yang sebaik-baiknya.” (QS. Saba’: 39).
Begitu juga riwayat dari
Asma’ binti Abi Bakr, Rasulullah saw bersabda padaku,
لاَ تُوكِي فَيُوكى
عَلَيْكِ
“Janganlah engkau
menyimpan harta (tanpa mensedekahkannya). Jika tidak, maka Allah akan menahan
rizki untukmu.”
Dalam riwayat lain
disebutkan,
أنفقي أَوِ انْفَحِي ،
أَوْ انْضَحِي ، وَلاَ تُحصي فَيُحْصِي اللهُ عَلَيْكِ ، وَلاَ تُوعي فَيُوعي
اللهُ عَلَيْكِ
“Infaqkanlah hartamu.
Janganlah engkau menghitung-hitungnya (menyimpan tanpa mau mensedekahkan). Jika
tidak, maka Allah akan menghilangkan barokah rizki tersebut. Janganlah
menghalangi anugerah Allah untukmu. Jika tidak, maka Allah akan menahan
anugerah dan kemurahan untukmu.” (HR. Bukhori Muslim).
Sehingga Nabi saw pernah
menyemangati Bilal untuk bersedekah,
أَنْفِقْ بِلاَل ! وَ
لاَ تَخْشَ مِنْ ذِيْ العَرْشِ إِقْلاَلاً
“Berinfaklah wahai
Bilal! Janganlah takut hartamu itu berkurang karena ada Allah yang memiliki
‘Arsy (Yang Maha Mencukupi).” (HR. Al-Bazzar dan Ath-Thabrani dalam Al-Kabir).
Ketiga, البركة (Berkah), Imam Nawawi
rahimahullah berkata :
البَرَكة: هي ثبوتُ الخير
ودوامه، أو كثرةُ الخير وزيادته، أو هما معاً
“Keberkahan itu adalah
tetap dan berkesinambungannya kebaikan, banyaknya dan bertambahnya kebaikan
atau keduanya bersamaan”
Berkah menurut Imam
Ibnul Qayyim rahimahullaah :
البركة حقيقتها الثبوت
واللزوم والاستقرار
“Albarakah hakikatnya
adalah tetap, mesti dan stabil.”
Jika seseorang yang
ingin memiliki harta yang utuh, tetap bahkan terus berkembang, bisa mencukupi
kebutuhan hidupnya, keluarganya dan bisa bersedekah maka hartanya itu penuh
dengan keberkahan.
Ada 5 Point Yang Harus
Diketahui :
(1). Zakat itu
kewajiban bagi yang cukup nishob dan haul (setahun), dengan pajak
saja kita patuh yang urusan dunia, apalagi dengan zakat urusan akhirat harus
lebih patuh, dimana hisab harta itu prosesnya panjang dan lama. Allah swt ingatkan
dengan sedekah itu akan meringankan sakaratul maut.
وَاَنْفِقُوْا مِنْ
مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ
رَبِّ لَوْلَآ اَخَّرْتَنِيْٓ اِلٰٓى اَجَلٍ قَرِيْبٍۚ فَاَصَّدَّقَ وَاَكُنْ
مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ ١٠
“Infakkanlah sebagian
dari apa yang telah Kami anugerahkan kepadamu sebelum kematian datang kepada
salah seorang di antaramu. Dia lalu berkata (sambil menyesal), “Ya Tuhanku,
sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)-ku sedikit waktu lagi, aku akan
dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang saleh.” (Al-Munafiqun : 10).
Ayat ini sangat jelas
bahwa orang pada saat sakaratul maut itu yang diminta atau ditunda kematiannya
bukan untuk sholat tahajjud, bukan untuk perga haji, bukan untuk qiyamullail, tapi
orang itu berdoa kepada Allah swt hanya ingin bersedekah sebntar saja di dunia,
yang diminta hanya sedekah, terkadang banyak orang kaya sudah masuk ruang ICU, sudah
mau sakaratul maut baru dia mencari anak-anak yatim dan orang miskin untuk
bersedekah.
(2). Orang yang rajin
sedekah, infaq dan tidak pernah lupa dengan kewajiban zakatnya, nanti di
akhirat Allah swt sediakan pintu khusus bagi para dermawan. Dari Abu Hurairah,
ia berkata bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah saw bersabda,
مَنْ أَنْفَقَ
زَوْجَيْنِ فِى سَبِيلِ اللَّهِ نُودِىَ مِنْ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَا عَبْدَ
اللَّهِ ، هَذَا خَيْرٌ . فَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّلاَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ
الصَّلاَةِ ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الْجِهَادِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الْجِهَادِ ،
وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الصِّيَامِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الرَّيَّانِ ، وَمَنْ
كَانَ مِنْ أَهْلِ الصَّدَقَةِ دُعِىَ مِنْ بَابِ الصَّدَقَةِ
“Barangsiapa yang
berinfak dengan sepasang hartanya di jalan Allah maka ia akan dipanggil dari
pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Maka orang yang termasuk
golongan ahli shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang yang termasuk
golongan ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad. Orang yang termasuk
golongan ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Dan orang yang
termasuk golongan ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”
(3). Hisab harta
adalah yang paling berat yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah swt,
karena harta itu dari mana didapat dan untuk apa saja digunakan.
(4). Orang yang
menunaikan zakat, infaq sedekahnya maka Allah jamin akan mensucikan tiga hal : Allah
sucikan hartanya, Allah sucikan jiwanya, (orang sering zakat dia tahu mana harta
miliknya dan mana yang bukan haknya) dan Allah sucikan perilakunya. seperti guru
yang rajin zakat akan nampak berkahnya, pedagang yang rajin zakat kelihatan
usahanya itu berkah berkembang, dia tau mana timbangan yang benar dan yang
dikurangi, begitu juga semua profesi.
(5). Zakat itu ada dua
macam : zakat fitah dan zakat mal. Dari Ibnu Abbas ra, ia berkata,
فَرَضَ رَسُولُ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ
وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِينِ مَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلاَةِ فَهِىَ
زَكَاةٌ مَقْبُولَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلاَةِ فَهِىَ صَدَقَةٌ مِنَ
الصَّدَقَاتِ.
“Rasulullah saw
mewajibkan zakat fitrah untuk menyucikan orang yang berpuasa dari bersenda
gurau dan kata-kata keji, dan juga untuk memberi makan orang miskin.
Barangsiapa yang menunaikannya sebelum shalat maka zakatnya diterima dan
barangsiapa yang menunaikannya setelah shalat maka itu hanya dianggap sebagai
sedekah di antara berbagai sedekah.” (HR. Abu Daud dan Ibnu
Majah).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Mari kita istiqomah untuk
menunaikan zakat ketika ini sudah masuk kewajiban namun jika belum wajib zakat,
kita mampunya sedekah, infaq maka perbanyaklah itu, karena ini jalan yang akan
menyelamatkan kita , sehingga Allah swt berkahi harta-harta kita, dijauhi dari
harta yang haram, supaya anak-anak, keluarga kita menjadi orang yang sholeh dan
sholehah. Amiiin ya Robb.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan