Khutbah Jumat 2024/1445 (edisi 147) Tema : “Do’a Nabi saw Setelah Sholat Shubuh”
khutbah-jumat
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat 2024/1445 (edisi 147) Tema :
“Do’a
Nabi saw Setelah Sholat Shubuh”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ NURUL HUDA Bulak Perwira Kota
Bekasi. 03 Mei 2024 M/25 Syawwal 1445 H.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Setiap Nabi saw
melakukan shalat Shubuh, setelah salam, beliau membaca do’a berikut ini,
اللَّهُمَّ إِنِّي
أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلًا مُتَقَبَّلًا
“Ya Allah,
sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat (bagi diriku dan orang
lain), rizki yang halal dan amal yang diterima (di sisi-Mu dan mendapatkan
ganjaran yang baik).” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad).
Nabi Muhammad
saw saja manusia yang paling dekat dengan Allah, manusia yang tidak berdosa,
tidak pernah berbuat ma’siat, tidak pernah melanggar perintah Allah swt, selalu
taat dengan semua perintahNya dan pastinya semua do’a-do’a yang dipanjatkan
Nabi saw diterima Allah swt, beliau mengajarkan kepada kita sebagai umatnya
yang sangat butuh dengan Allah, sangat bergantung dengan Allah maka kita harus
sering-sering mengamalkan doa yang diajarkan Beliau ini.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Pertama, عِلْمًا
نَافِعًا (Ilmu yang Bermanfaat).
Ilmu yang bermanfaat
itu, bisa menyelamatkan ibadah, ibadah yang berilmu
berpeluang besar bisa diterima Allah swt karena ilmu lebih utama dari pada
beramal. Mu’adz bin Jabal ra, mengatakan,
العِلْمُ
إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ
“Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15).
Ilmu yang bermanfaat
itu, bisa menjaga pemiliknya (shohibul ilmi). Imam
Ali bin Abi Tholib berkata,
الْعِلْمُ خَيْرٌ مِنَ
الْمَالِ: الْعِلْمُ يَحْرُسُكَ وَأَنْتَ تَحْرُسُ المَالَ، وَالْمَالُ تَنْقُصُهُ
النَّفَقَةُ، وَالْعِلْمُ يَزْكُوعَلَى الاْنْفَاقِ
“Ilmu itu
lebih baik dari harta, ilmu yang menjagamu sementara harta kamu yang
menjaganya. Harta akan berkurang dengan dibelanjakan sedangkan ilmu tambah berlipat
ganda dengan diinfaqkan.”
Ilmu yang bermanfaat
itu, akan diangkat derajatnya, janji Allah swt dalam
al-quran bagi orang beriman dan berilmu.
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ
فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا
يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ
دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
“Hai
orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam
majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.
Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang
yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah : 11)
Ilmu yang bermanfaat
itu, mengantarkan sifat tawadhu’, sifat yang mulia, sifat yang sedikit dimiliki
orang karena tidak ada jaminan meski gelarnya banyak, berilmu tinggi, harta
yang berlimpah kecuali yang memiliiiki sifat tawadhu’. Belajarnya dari ilmu
padi “kian berisi, kian merunduk”. Orang yang memiliki sifat tawadhu’ yang akan
ditinggikan Allah swt. Dari Abu Hurairah ra, Rasul saw bersabda,
مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ وَمَا زَادَ اللَّهُ
عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلاَّ عِزًّا وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ
اللَّهُ
“Sedekah tidaklah
mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf
melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki
sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim).
Ilmu yang bermanfaat
itu, dihormati, dimuliakan dan memiliki kedudukan yang tinggi
dimata Allah dan RasulNya, sehingga Allah membanggakan tidak akan pernah sama
orang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. FirmanNya
قُلْ هَلْ
يَسْتَوِى الَّذِيْنَ يَعْلَمُوْنَ وَالَّذِيْنَ لَا يَعْلَمُوْنَۗ اِنَّمَا
يَتَذَكَّرُ اُولُوا الْاَلْبَابِࣖ ٩
“Apakah sama
orang-orang yang mengetahui (hak-hak Allah) dengan orang-orang yang tidak
mengetahui (hak-hak Allah)?” Sesungguhnya hanya ululalbab (orang yang berakal
sehat) yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-Zumar
: 9).
Begitu juga Rasululloh
saw sangat memuliakan orang yang berilmu, sampai-sampai beliau menjaminkan akan
dimudahkan masuk surga dan ikan-ikan dilautan pun ikut memohonkan ampun.
يَقُولُ مَنْ سَلَكَ
طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى
الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ
الْعِلْمِ وَإِنَّ طَالِبَ الْعِلْمِ يَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَاءِ
وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانِ فِي الْمَاءِ
Rasulullah saw
bersabda: "Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu, Allah akan
permudahkan baginya jalan menuju surga. Para Malaikat akan membentangkan
sayapnya karena ridla kepada penuntut ilmu. Dan seorang penuntut ilmu akan
dimintakan ampunan oleh penghuni langit dan bumi hingga ikan yang ada di air.” (HR. Ibnu Majah).
Ilmu yang bermanfaat
itu, pahalanya mengalir, terutama lagi ilmu agama yang diajarkan pada orang lain dan mereka terus mengamalkannya,
atau ia menulis buku agama yang bermanfaat dan terus dimanfaatkan setelah ia
meninggal dunia. Dari Abu Hurairah ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda,
إِذَا مَاتَ
الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلا مِنْ ثَلاثَةٍ : إِلا مِنْ صَدَقَةٍ
جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika manusia
mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: (1) sedekah jariyah, (2)
ilmu yang diambil manfaatnya, (3) anak shalih yang selalu mendoakan orang
tuanya.” (HR. Muslim).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Kedua, وَرِزْقًا
طَيِّبًا (Rizki yang Baik/Halal
Meminta
rezeki yang diajarkan Nabi saw bukan rezeki yang banyak tapi mintalah rezeki
yang thoyyib (baik) lagi halal, karena rezeki yang thoyyib itu pasti
sehat, kalau perut kita diisi dengan rezeki yang halal dan thoyyib itulah yang
diterima Allah swt. Dari Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda,
أَيُّهَا النَّاسُ
إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ
الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ ( يَا أَيُّهَا
الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّى بِمَا
تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ) وَقَالَ (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ
طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ) ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ
أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ
حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ بِالْحَرَامِ
فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ
“Wahai
sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan
menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (halal). Dan sesungguhnya Allah
telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya
kepada para Rasul. Firman-Nya: ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang
baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.’ Dan Allah juga berfirman: ‘Wahai orang-orang yang
beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.’”
Kemudian Nabi saw menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh
perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu
mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a: “Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku.”
Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram,
pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dari yang haram, maka bagaimanakah
Allah akan memperkenankan do’anya?” (HR. Muslim).
Kalau perut
kita diisi yang halal dan thoyyib maka fisik pun ikut sehat, fisik yang sehat
menjadikan tubuhnya kuat, fisik sehat akan sangat berpengaruh pola fikir yang
sehat pula, orang yang fikirannya sehat maka hatinya pun akan sehat, hati sehat
itu tidak pernah dengki dengan orang lain, hati yang sehat itu tidak pernah
menzholimi orang lain. Maka kalau fisik ingin sehat, maka silahkan ikuti kata
alquran,
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ
كُلُوۡا مِمَّا فِى الۡاَرۡضِ حَلٰلًا طَيِّبًا ۖ وَّلَا تَتَّبِعُوۡا خُطُوٰتِ
الشَّيۡطٰنِؕ اِنَّهٗ لَـكُمۡ عَدُوٌّ مُّبِيۡنٌ
“Wahai
manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh yang
nyata bagimu.” (QS. Al-Baqarah Ayat 168).
Makanlah
makanan yang menyehatkan, bekerjalah dengan pekerjaan yang halal dan dapatkan
itu dari sumber yang halal. Sebab, kalau makan menyehatkan tetapi sumbernya
tidak halal, itu akan jadi fikiran, fikiran yang tidak sehat itu berpengaruh
kepada fisik, jadi sumbernya mesti halal didapatkan, mesti thoyyib. Kadang ada
yang fisiknya baik tapi sifatnya belum tentu baik. Dia sehat, dia baik bahkan namanya
pun thoyyib, badan yang sehat akan memiliki sifat tawadhu’, badan yang sehat
akan memiliki sifat penyabar. Sifat-sifat ini dalam alquran yang disebut خَيْرَ
(kebaikan).
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ
أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِٱلْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ ٱلْمُنكَرِ
وَتُؤْمِنُونَ بِٱللَّهِ ۗ
“Kamu adalah
umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.”
(QS. Ali ‘Imran : 110).
Tapi
sebaliknya, jika makan dari makanan yang haram akan sangat berkibat buruk dan dari
pekerjaan yang haram pun disebutkan dalam perkataan Abu Bakr Ash Shiddiq ra, ia
berkata,
مَنْ نَبَتَ لَحْمُهُ
مِنَ السُّحْتِ فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ
“Siapa yang
dagingnya tumbuh dari pekerjaan yang tidak halal, maka neraka lebih pantas
untuknya.” (HR. Ibnu Hibban).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Ketiga, وَعَمَلًا
مُتَقَبَّلًا (Amal yang diterima).
Jangan
terlalu percaya diri, jangan terlalu sombong jika sholatnya rajin, puasanya
rajin, infaq sedekahnya banyak merasa amalnya pasti diterima Allah swt, karena
maha penerima amal seseorang itu adalah hak prerogatif Allah swt, kita harus
selalu meminta agar amal ibadah kita diterima Allah swt, Nabi Ibrahim, Nabi
Ismail saja tidak pernah luput selalu berdoa agar semua amal ibadahnya diterima
Allah swt. Doa Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
رَبَّنَا تَقَبَّلْ
مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ﴿١٢٧﴾ رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا
مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا
مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Ya Rabb kami!
Terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Rabb kami! Jadikanlah kami berdua orang yang
tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang
tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan
tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS.
Al-Baqarah : 127-128).
Saking penting
berdoa agar semua amal ibadah diterima, perlu diketahui bahwa telah terdapat
berbagai riwayat dari beberapa sahabat radhiyallahu ‘anhum bahwa mereka pun biasa
mengucapkan selamat di hari raya di antara mereka dengan ucapan “Taqobbalallahu
minna wa minkum” (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian) agar semua
rangkaian ibadah selama satu bulan pernuh di bulan Ramadhan diterima Allah swt.
فعن جُبَيْرِ بْنِ
نُفَيْرٍ قَالَ : كَانَ أَصْحَابُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِذَا اِلْتَقَوْا يَوْمَ الْعِيدِ يَقُولُ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ :
تَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْك . قال الحافظ : إسناده حسن .
Dari Jubair
bin Nufair, ia berkata bahwa jika para sahabat Rasulullah saw berjumpa dengan
hari ‘ied (Idul Fithri atau Idul Adha, pen), satu sama lain saling mengucapkan,
“Taqobbalallahu minna wa minka (Semoga Allah menerima amalku dan amal kalian).”
Al Hafizh Ibnu Hajar mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan. (Fathur bari Ibnu
Hajar Al Asqolani).
اَللّٰهُمَّ رَبَّنَا
تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخُشُّعَنَا
وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَااَللهُ
يَااَللهُ يَااَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ
"Wahai
Allah, Tuhan kami. Terimalah dari kami shalat kami, puasa kami, shalat malam
kami, kekhusyu'an kami, kerendahan hati kami, ibadah kami. Sempurnakanlah
kelalaian atau kekurangan kami, Wahai Allah Wahai Allah Wahai Allah Wahai Dzat
yang Paling Penyayang diantara para penyayang."
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Berdoalah
dengan doa yang selalu digunakan baginda Rasulullah saw, kata-katanya simple,
singkat dan padat namun maknanya universal, sangat menyeluruh. Semoga kita
diberi taufiq dan hidayah Allah agar bisa mengamalkan yang sudah diajarkan Rasulullah
saw. Amiin ya Robbal Alamin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan