Khutbah Jumat 2024 (edisi 155) Tema : “TIGA YANG MERUSAK AMAL”
khutbah-jumat
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat 2024 (edisi 155) Tema :
“TIGA YANG MERUSAK AMAL”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ AL-FALAH PUP Bahagia Babelan Bekasi. 19 Juli 2024 M/13 Muharram 1446
H.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Hidup
di dunia ini kata Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumiddin,
الدُّنْيَا
مَزْرَعَةُ الْآخِرَةِ وَكُلُّ مَا خُلِقَ فِى الدُّنْيَا فَيُمْكِنُ أَنْ
يَتَزَوَّدَ مِنْهُ لِلْآخِرَةِ
“Dunia
adalah ladang akhirat. Maka setiap yang diciptakan Allah di dunia, bisa untuk
dijadikan bekal menuju akhirat.”
Kita
berusaha bekerja keras, beramal sholeh, sholat tidak pernah ditinggalkan,
puasa, dzikir, sedekah, baca al-quran, silaturrahmi dan semua amal-amal sholeh selalu
dilakukan namun ternyata semua amal itu tidak bernilai, tidak berpahala, habis
dan sia-sia hilang. Apa yang kita rasakan? Pastinya kecewa.
Tidak
ubahnya seperti orang yang rajin menabung, setiap gajian disisipkan untuk ditabung,
dapat panen ladangnya ditabung, dapat bonus dari perusahaannya, hasil keringatnya
mengais rezeki ditabung lalu terkumpulah tabungannya dalam setahun lebih kurang
150 juta, tiba-tiba saat tabungannya di cek ternyata banknya dijebol perampok,
uangnya raib, e-banking diperetas, hilang atau dihacker orang, pasti
kecewa.
Begitu
juga amal sholeh kita bisa hilang disebabkan tiga perbuatan ini.
Pertama,
Penyakit Hasad.
عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ
النَّارُ الْحَطَبَ أَوْ قَالَ الْعُشْبَ
Dari
Abu Hurairah ra, Nabi saw bersabda: "Jauhilah hasad (dengki), karena
hasad dapat memakan kabaikan seperti api memakan kayu bakar." (HR. Abu
Daud).
Penyakit
hasad, iri, dengki yang tercela itu adalah “menginginkan hilangnya nikmat dari
orang lain”. Menurut jumhur ulama, diungkapkan oleh Syaikh Musthafa Al-‘Adawi
hafizhahullah,
الحَسَدُ
هُوَ تَمَنَّى زَوَالَ النِّعْمَةِ عَنْ صَاحِبِهَا
“Hasad
adalah menginginkan hilangnya nikmat yang ada pada orang lain.” (At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma
fii Sual wa Jawab, hlm. 720).
Hasad
menurut Ibnu Taimiyah adalah,
الْحَسَدَ
هُوَ الْبُغْضُ وَالْكَرَاهَةُ لِمَا يَرَاهُ مِنْ حُسْنِ حَالِ الْمَحْسُودِ
“Hasad
adalah membenci dan tidak suka terhadap keadaan baik yang ada pada orang yang
dihasad.” (Majmu’ah Al-Fatawa, 10:111).
Begitulah
amal kita akan hilang dan sia-sia jika dalam diri kita masih diselimuti
penyakit hasad, iri, dengki dan busuk hati. Dalam alquran diajarkan doanya oleh
Allah swt.
وَمِنْ
شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَࣖ ٥
“dan
dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (QS. Al-Falaq : 5).
وَالَّذِيْنَ
جَاۤءُوْ مِنْۢ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا
الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا
لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌࣖ ١٠
Orang-orang
yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Ansar) berdoa, “Ya Tuhan kami,
ampunilah kami serta saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu
daripada kami dan janganlah Engkau jadikan dalam hati kami kedengkian
terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkaulah Yang
Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (QS.
Al-Hasyr · Ayat 10).
Orang
penyakit hasad ini hatinya susah, fikirannya susah kalau sudah fikirannya susah
akan sangat berpengaruh dengan kesehatan fisiknya, tensi darah, kolestrol, asam
urat, asam lambung ikut naik dan semuanya ikut sakit disebabkan penyakit hasad.
Melihat tetangga renovasi rumah tensi darahnya naik, tetangga beli mobil baru
ia masuk icu, tetangga pergi berangkat haji umroh ia koma,
Cara
mengobati penyakit hasad ini, ikut senang melihat kesenangan orang lain, berdoa
diwaktu malam dengan mendoakan orang yang dapat nikmat itu yang baik-baik. Jangan
sebaliknya, tidak boleh mendoakan orang dengan doa yang tidak baik karena yang
tidak baik itu akan kembali kepada dirinya sendiri.
Hati-hati
terhadap penyakit hasad karena pahala sholatmu hilang, pahala sedekahmu hilang,
pahala baca alquranmu hilang, semuanya akan melayang tidak ada tersisa
samasekali, oleh sebab itu bersihkan hati kita dari penyakit itu, mintalah
setiap selesai berwudhu agar dibersihkan hatinya. Dari ‘Umar bin Al-Khaththab
ra, Rasulullah saw bersabda,
مَنْ
تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ
الْمُتَطَهِّرِينَ فُتِحَتْ لَهُ ثَمَانِيَةُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ يَدْخُلُ مِنْ
أَيِّهَا شَاءَ
“Siapa
yang berwudhu dengan memperbagus wudhunya lalu ia mengucapkan أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ
التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ “Aku bersaksi
bahwasanya tiada sesembahan yang benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu
bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya
Allah, jadikanlah aku hamba yang bertaubat dan jadikanlah aku sebagai orang
yang bersuci), dengan ia membacanya melainkan akan dibukakan baginya delapan
pintu surga, ia akan masuk lewat pintu mana saja yang ia mau.” (HR. Tirmidzi).
Kedua,
Penyakit Nifaq.
Orang
yang terkena penyakit itu disebut munafiq, orang munafiq amalnya hangus, hilang
dan sia-sia.
اِنَّ
الْمُنٰفِقِيْنَ فِى الدَّرْكِ الْاَسْفَلِ مِنَ النَّارِۚ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ
نَصِيْرًاۙ ١٤٥
“Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) di tingkat paling bawah dari neraka. Kamu
tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” (QS. An-Nisa' : 145).
Neraka
itu ada tujuh tingkatan, neraka Jahannam adalah tingkat yang paling bawah,
paling dekat dengan api dan orang munafiq nerakanya berada yang paling bawah,
paling panas, paling hancur.
Orang
munafiq memiliki tiga sifat. Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda,
مِنْ
عَلاَمَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلاَثَةٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ
وَإِذَا ائْتُمِنَ خَانَ
“Di
antara tanda munafik ada tiga: jika berbicara, berdusta; jika berjanji, tidak
menepati; jika diberi amanat, berkhianat.”
(HR. Muslim).
Dalam
riwayat lain disebutkan,
آيَةُ
الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ وَإِنْ صَامَ وَصَلَّى وَزَعَمَ أَنَّهُ مُسْلِمٌ
“Tanda
munafik itu ada tiga, walaupun orang tersebut puasa dan mengerjakan shalat,
lalu ia mengklaim dirinya muslim.”
(HR. Muslim).
Orang
munafiq juga disebut bermuka dua, didepan lain dibelakang lain, lain dibibir
lain dihati. Al Hasan Al Bashri berkata,
مِنَ
النِّفَاقِ اِخْتِلاَفُ القَلْبِ وَاللِّسَانِ ، وَاخْتِلاَفُ السِّرِّ
وَالعَلاَنِيَّةِ ، وَاخْتِلاَفُ الدُّخُوْلِ وَالخُرُوْجِ
“Di
antara tanda kemunafikan adalah berbeda antara hati dan lisan, berbeda antara
sesuatu yang tersembunyi dan sesuatu yang nampak, berbeda antara yang masuk dan
yang keluar.” (Jaami’ul ‘Ulum
wal Hikam, 2: 490).
Ketiga,
Kafir.
Perbuatan
yang paling mengerikan setelah orang itu beriman yaitu menjadi kafir disebut murtad
sehingga riwayat dari Ibnu Mas’ud menyebutkan bahwa darah seorang muslim halal
ditumpahkan, halal dipancung kepalanya jika ia melakukan tiga hal ini,
عَنِ
ابْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: (لاَ يَحِلُّ
دَمُ امْرِئٍ مُسْلِمٍ إِلاَّ بإِحْدَى ثَلاثٍ: الثَّيِّبُ الزَّانِيْ،
وَالنَّفْسُ بِالنَّفْسِ، وَالتَّاركُ لِدِيْنِهِ المُفَارِقُ للجمَاعَةِ) رَوَاهُ
اْلبُخَارِي وَمُسْلِمٌ.
Dari
Ibnu Mas’ud ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda : ”Tidak halal darah
seorang muslim (untuk ditumpahkan) kecuali karena salah satu dari 3 perkara :
tsayyib (orang yang sudah menikah) yang berzina, jiwa dengan jiwa (qishash) dan
orang yang meninggalkan agamanya (murtad) serta memisahkan diri dari jama’ah
(kaum muslimin).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Semua
ibadah seseorang dapat diterima Allah swt dengan dua syarat :
(1).
Ikhlas karena semata-mata karena Allah tidak malakukan kemusyrikan, firman
Allah swt
وَمَآ
اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ
حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ
الْقَيِّمَةِۗ ٥
“Mereka
tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan
kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat.
Itulah agama yang lurus (benar).”
(QS. Al-Bayyinah : 5).
Justru
sebaliknya jika ibadahnya disertai dengan kemusyrikan atau kekafiran maka
ganjaran yang pantas hanya di neraka Jahannam kekal didalamnya dan amalnya itu
menjadi sia-sia bahkan tergolong menjadi sepaling buruk makhluk. Firman Allah
swt
اِنَّ
الَّذِيْنَ كَفَرُوْا مِنْ اَهْلِ الْكِتٰبِ وَالْمُشْرِكِيْنَ فِيْ نَارِ
جَهَنَّمَ خٰلِدِيْنَ فِيْهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِۗ ٦
“Sesungguhnya
orang-orang yang kufur dari golongan Ahlulkitab dan orang-orang musyrik (akan
masuk) neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Mereka itulah seburuk-buruk
makhluk.” (QS. Al-Bayyinah : 6).
Namun
ibadah yang dilandasi semata-mata karena iman kapada Allah ganjarannya hanya
surga ‘And yang sudah disapkan Allah swt untuknya sebagai manusia terbaik,
firman Allah swt
اِنَّ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَعَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ اُولٰۤىِٕكَ هُمْ خَيْرُ
الْبَرِيَّةِۗ ٧
“Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itulah sebaik-baik
makhluk.” (QS. Al-Bayyinah : 7).
جَزَاۤؤُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ
فِيْهَآ اَبَدًاۗ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُۗ ذٰلِكَ لِمَنْ
خَشِيَ رَبَّهٗࣖ ٨
“Balasan mereka di sisi Tuhannya adalah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya.” (QS. Al-Bayyinah : 8).
Disebutkan
oleh Ibnu Katsir “yang dimaksud ‘Adn di sini adalah mereka terus berada dalam
surga (tidak keluar) dan tidak ada masa berakhir mereka di dalamnya,”
(2).
Mengikuti tuntunan Nabi saw.
مَنْ
عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa
melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim).
Ibadah
apapun yang tidak memenuhi salah satu dari kedua syarat ini, maka ibadah
tersebut tidak diterima.
Fudhail
bin ‘Iyadh mengatakan, ”Sesungguhnya apabila suatu amalan sudah dilakukan
dengan ikhlas, namun tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah maka amalan
tersebut tidak diterima. Dan apabila amalan tersebut sudah sesuai dengan
tuntunan Rasulullah, namun tidak ikhlas, maka amalan tersebut juga tidak
diterima, sampai amalan tersebut ikhlas dan sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.”
(Jaami’ul Ulum wal Hikam).
Dua
syarat ini Allah tegaskan dalam ayatNya, jika memang amalnya benar-benar ingin
diterima Allah swt
فَمَنْ
كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ
بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Barangsiapa
mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya“. (QS. Al Kahfi: 110).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan