Khutbah Jumat (Edisi 172) Tema : “3 AMALAN INGIN DIMUDAHKAN HISAB”
khutbah-jumat
Wafizs
Al-Amin Center
“Berbagi Cahaya Diatas Cahaya”
Khutbah Jumat (Edisi 172) Tema :
“3
AMALAN INGIN DIMUDAHKAN HISAB”
Oleh : Nur Anwar Amin (adjie nung)
Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Alumni Pondok Pesantren Attaqwa KH.Noer Alie
Bekasi dan Ketua Yayasan Wafizs Al-Amin Center Bekasi. Mohon Kirim
Donasi Anda : Zakat, Infaq, sedekah & Wakaf untuk Pembangunan
Asrama Yatim & Dhuafa ke No. Rek.7117.8248.23 (BSI) a.n. Yayasan Wafizs
Al-Amin Center. Donasi Anda sangat membantu meringankan beban mereka.
WA : +628161191890
klik aja adjie nung di Link YouTube, Instagram & Facebook
Khutbah ini disampaikan di Masjid JAMl’ ARROHMAH Kp. Irian Teluk Pucung Kota
Bekasi. Jumat, 31 Januari 2025 M/01 Sya’ban 1446 H.
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Hari
ini kita sudah masuk 1 Sya’ban 1446 H. Habib Zen bin Smit menyebutkan,
رجب
شهر التخلى وشعبان شهر التحلى ورمضان شهر التجلى
“Rajab
bulan bersih-bersih dosa, Sya’ban bulan berhias (hubungan dengan Nabi saw) dan
Ramadhan bulan bersanding dengan Allah.”
Jika
Ingin merasakan nikmatnya ibadah, mulailah dari bulan Rajab dan Sya’ban ini
sebagai gerbangnya, masuklah yang benar, berhiaslah yang benar dan
bersih-bersihlah yang benar agar nanti pantas diterima disisi Allah swt.
Sya’ban
juga disebut bulan Rasulullah saw, karena di bulan ini pula turun ayat perintah
sholawat, firman Allah swt.
اِنَّ
اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ
اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا ٥٦
“Sesungguhnya
Allah dan para malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang
beriman, berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh
penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab
: 56).
Sya’ban
saatnya kita memperbanyak mendekatkan diri kepada orang yang paling benar, makhluk
yang paling sempurna, manusia yang tidak pernah berbuat dosa bahkan sudah
dijamin masuk surga tanpa hisab. Agar bisa bersamanya di surga maka
perbanyaklah bersholawat kepadanya. Dan agar kita mendapatkan hisab yang mudah,
Ini amalannya :
Pertama,
Berdo’a Agar Mudah Dihisab.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ سَمِعْتُ النَّبِىَّ صلى
الله عليه وسلم يَقُولُ فِى بَعْضِ صَلاَتِهِ « اللَّهُمَّ حَاسِبْنِى حِسَاباً
يَسِيرًا » فَلَمَّا انْصَرَفَ قُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ مَا الْحِسَابُ
الْيَسِيرُ قَالَ « أَنْ يَنْظُرَ فِى كِتَابِهِ فَيَتَجَاوَزَ عَنْهُ إِنَّهُ
مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَوْمَئِذٍ يَا عَائِشَةُ هَلَكَ وَكُلُّ مَا يُصِيبُ
الْمُؤْمِنَ يُكَفِّرُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ بِهِ عَنْهُ حَتَّى الشَّوْكَةُ تَشُوكُهُ »
Dari Aisyah, ia berkata, saya telah mendengar Nabi saw pada
sebagian shalatnya membaca, “Allahumma haasibnii hisaabay yasiiroo (Ya
Allah hisablah aku dengan hisab yang mudah).” Ketika beliau
berpaling saya berkata, “Wahai Nabi Allah, apa yang dimaksud dengan hisab yang
mudah?” Beliau bersabda, “Seseorang yang Allah melihat kitabnya lalu
memaafkannya. Karena orang yang diperdebatkan hisabnya pada hari itu, pasti
celaka wahai Aisyah. Dan setiap musibah yang menimpa orang beriman Allah akan
menghapus (dosanya) karenanya, bahkan sampai duri yang menusuknya.” (HR.
Ahmad).
Kedua,
Amalkan Tiga Pesan Rasulullah saw.
ثَلَاثٌ
مَنْ كُنَّ فِيهِ حَاسَبَهُ اللَّهُ حِسَابًا يَسِيرًا وَأَدْخَلَهُ الْجَنَّةَ
بِرَحْمَتِهِ قَالُوا: لِمَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ: تُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ،
وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ، وَتَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ» قَالَ: فَإِذَا فَعَلْتُ
ذَلِكَ، فَمَا لِي يَا رَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: أَنْ تُحَاسَبَ حِسَابًا يَسِيرًا
وَيُدْخِلَكَ اللَّهُ الْجَنَّةَ بِرَحْمَتِهِ
“Tiga
hal yang menjadikan seseorang akan dihisab oleh Allah dengan mudah dan akan
dimasukkan ke dalam surga dengan Rahmat-Nya. Para sahabat bertanya, bagi siapa
ya Rasulallah.? jawabnya, "engkau memberi orang yang menghalangimu, engkau
memaafkan orang yang mendzalimimu, dan engkau menjalin persaudaraan dengan
orang yang memutuskan silaturahim denganmu”. Lalu ditanyakan, ‘jika saya
melakukannya, apa yang saya dapat ya Rasulullah.?’ jawabnya,
‘engkau akan dihisab dengan hisab yang ringan dan Allah akan memasukkanmu
ke dalam surga dengan rahmat-Nya.”
(HR. Al-Hakim).
Suatu
saat Rasulullah saw bertanya kepada para sahabat :
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم: أَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى أَكْرَمِ أَخْلاَقِ
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ؟ تَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ وَتُعْطِى مَنْ حَرَمَكَ
وَتَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ
Nabi
saw bersabda: “Maukah kalian aku tunjukkan akhlak yang paling mulia di dunia
dan diakhirat? Memberi maaf orang yang menzhalimimu, memberi orang yang menghalangimu
dan menyambung silaturrahim orang yang memutuskanmu.” (HR. Baihaqi).
Pertama,
تُعْطِي مَنْ حَرَمَكَ (engkau memberi orang yang tidak memberimu).
Diantara
sifat mulia yang terpuji adalah seseorang mampu memberi kepada seseorang yang tidak
pernah memberi kepadanya, ia hanya memberi tanpa embel-embel balasan dari orang
yang diberinya, Ikhlas karena Allah swt, karena balasan Allah akan jauh lebih
baik dan lebih banyak. Allah swt berfirman,
وَإِنْ
تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ
“Dan
jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka
menyembunyikan itu lebih baik bagimu.”
(QS. Al-Baqarah : 271).
Imam
Asy Syafi’i mengatakan, “Sudah sepatutnya bagi seorang alim memiliki amalan
rahasia yang tersembunyi, hanya Allah dan dirinya saja yang mengetahuinya.
Karena segala sesuatu yang ditampakkan di hadapan manusia akan sedikit sekali
manfaatnya di akhirat kelak.” (Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Sayyid bin
Husain Al ‘Afaniy).
Kita
bisa belajar dari sosok Ali bin Al Husain bin Ali. Beliau biasa memikul karung
berisi roti setiap malam hari. Beliau pun membagi roti-roti tersebut ke
rumah-rumah secara sembunyi-sembunyi. Beliau mengatakan,
إِنَّ
صَدَقَةَ السِّرِّ تُطْفِىءُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَ جَلَّ
“Sesungguhnya
sedekah secara sembunyi-sembunyi akan meredam kemarahan Rabb ‘azza wa jalla.”
Penduduk
Madinah tidak mengetahui siapa yang biasa memberi mereka makan. Tatkala Ali bin
Al Husain meninggal dunia, mereka sudah tidak lagi mendapatkan kiriman makanan
setiap malamnya. Di punggung Ali bin Al Husain terlihat bekas hitam karena
seringnya memikul karung yang dibagikan kepada orang miskin Madinah di malam
hari. (Hilyatul Auliya’, 3/135-136).
Kedua,
وَتَعْفُو عَمَّنْ ظَلَمَكَ (engkau
memaafkan orang yang mendzolimimu).
Mampu
memaafkan orang yang terang-terangan menyakiti kita adalah suatu perkara yang
sangat berat kecuali orang itu berhati seperti hati Rasuullah saw yang
bercahaya, sangat mudah memaafkan kesalahan orang lain, hati yang tidak pernah
dengki bahkan mendoakan yang terbaik untuk orang yang menzholiminya. Rasulullah
saw memberikan wasiat pada Jabir bin Sulaim,
وَإِنِ
امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا
تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ
“Jika
ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia
ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang
engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Bayangkan
jika kita dizholimi, dibuly, disakiti, dianiaya pasti kita tidak mampu seperti Rasulullah
saw, makanya al-quran mengajarkan kepada kita untuk membalas setiap tingkah
laku jelek dari orang lain dengan kebaikan. Siapa yang bisa melakukan hal ini,
sungguh ia benar-benar memiliki sifat yang sangat sabar. Allah swt berfirman,
وَلَا
تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ
فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا
يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ
عَظِيمٍ
“Dan
tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang
lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan
seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu
tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak
dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang
besar.” (QS. Fushilat: 34-35).
Ibnu
Katsir rahimahullah mengatakan, “Namun yang mampu melakukan seperti ini adalah
orang yang memiliki kesabaran. Karena membalas orang yang menyakiti kita dengan
kebaikan adalah suatu yang berat bagi setiap jiwa.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al
‘Azhim, 6: 529-530).
Padahal
ada anjuran dalam alquran orang yang menyakiti kita bisa dibalas dengan hal
yang sama, namun ingat pesan Allah swt,
وَجَزٰۤؤُا
سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَاۚ فَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى
اللّٰهِۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ ٤٠
“Balasan
suatu keburukan adalah keburukan yang setimpal. Akan tetapi, siapa yang
memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya
dari Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang zalim.” (QS. Asy-Syura : 40).
Karena
itu, jangan pernah kita membalas orang yang menzholimi kita dengan kezholiman yang
sama, jika kita lakukan itu, maka statusnya kita sama saja dengan mereka. Ingat
pesan Nabi saw dari Abu Hurairah ra, beliau bersabda bersabda,
مَنْ
كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ
مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ
لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ
حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
“Barang
siapa yang pernah berbuat zalim terhadap kehormatan saudaranya atau mengambil
sesuatu darinya, hendaknya segera meminta maaf dan kehalalannya (di dunia ini)
sebelum tiba hari di mana dinar dan dirham tak lagi bermanfaat. Jika tidak,
maka pada hari kiamat, amal salehnya akan diambil sebanding dengan kezaliman
yang telah diperbuat. Jika ia tidak lagi memiliki kebaikan, maka keburukan
orang yang pernah ia zholimi akan dipindahkan kepadanya.” (HR. Bukhari).
Contoh
kisah Nabi saw dizolimi, beliau balas dengan doa baik pada penduduk Thaif.
Rasulullah
saw pun bertanya pada ‘Addas, dari negeri manakah engkau berasal dan apakah
agamamu? ‘Addas menjawab, “Aku seorang Nashrani dari negeri Naynawa.” Maka
Rasulullah saw mengatakan, “Dari perkampungan laki-laki yang saleh, Yunus bin
Matta.” ‘Addas bertanya, “Kenapa engkau bisa mengetahui Yunus bin Matta?” Rasul
menjawab, “Dia adalah saudaraku, dia seorang Nabi dan aku pun seorang Nabi.”
Maka seketika itu juga ‘Addas merangkul kepala Rasulullah saw dan menciuminya
serta mencium kedua tangan dan kaki beliau.”
Ketika
menyaksikan hal tersebut, kedua putra Rabi’ah itu, masing-masing berkata kepada
saudaranya, “Ketahuilah bahwa budakmu itu telah dibuat rusak oleh laki-laki
itu.” Ketika ‘Addas kembali menemui mereka, mereka berkata, “Celaka kamu, apa
yang kamu lakukan?” ‘Addas berkata, “Tuanku, tidak ada di muka bumi ini sesuatu
yang lebih baik daripada laki-laki itu karena dia memberitahukan kepadaku
tentang suatu perkara yang tidak diketahui, kecuali oleh seorang Nabi.” Mereka
berkata, “Celaka kamu wahai ‘Addas, jangan sampai laki-laki itu membuat kamu
meninggalkan agamamu, karena agamamu itu lebih baik untukmu.”
Rasulullah
saw kemudian kembali ke Makkah. Ketika beliau sampai di tempat bernama Qarn
Ats-Tsa’alib, malaikat Jibril as dan malaikat penjaga gunung datang kepada
beliau. Malaikat penjaga gunung menawarkan kepada Rasulullah saw untuk
menumpahkan Al-Akhsyabain kepada penduduk Makkah.
Aisyah
radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada beliau saw,
هَلْ
أَتَى عَلَيْكَ يَوْمٌ كَانَ أَشَدَّ عَلَيْكَ مِنْ يَوْمِ أُحُدٍ قَالَ لَقَدْ
لَقِيتُ مِنْ قَوْمِكِ مَا لَقِيتُ وَكَانَ أَشَدَّ مَا لَقِيتُ مِنْهُمْ يَوْمَ
الْعَقَبَةِ إِذْ عَرَضْتُ نَفْسِي عَلَى ابْنِ عَبْدِ يَالِيلَ بْنِ عَبْدِ
كُلَالٍ فَلَمْ يُجِبْنِي إِلَى مَا أَرَدْتُ فَانْطَلَقْتُ وَأَنَا مَهْمُومٌ
عَلَى وَجْهِي فَلَمْ أَسْتَفِقْ إِلَّا وَأَنَا بِقَرْنِ الثَّعَالِبِ فَرَفَعْتُ
رَأْسِي فَإِذَا أَنَا بِسَحَابَةٍ قَدْ أَظَلَّتْنِي فَنَظَرْتُ فَإِذَا فِيهَا
جِبْرِيلُ فَنَادَانِي فَقَالَ إِنَّ اللَّهَ قَدْ سَمِعَ قَوْلَ قَوْمِكَ لَكَ
وَمَا رَدُّوا عَلَيْكَ وَقَدْ بَعَثَ إِلَيْكَ مَلَكَ الْجِبَالِ لِتَأْمُرَهُ
بِمَا شِئْتَ فِيهِمْ فَنَادَانِي مَلَكُ الْجِبَالِ فَسَلَّمَ عَلَيَّ ثُمَّ
قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنْ شِئْتَ أَنْ أُطْبِقَ عَلَيْهِمْ الْأَخْشَبَيْنِ
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَلْ أَرْجُو أَنْ يُخْرِجَ
اللَّهُ مِنْ أَصْلَابِهِمْ مَنْ يَعْبُدُ اللَّهَ وَحْدَهُ لَا يُشْرِكُ بِهِ
شَيْئًا
“Apakah
engkau pernah mengalami satu hari yang lebih berat dibandingkan dengan saat
perang Uhud?” Beliau saw menjawab, “Aku telah mengalami penderitaan dari
kaummu. Penderitaan paling berat yang aku rasakan, yaitu saat ‘Aqabah, saat aku
menawarkan diri kepada Ibnu ‘Abdi Yalil bin Abdi Kulal, tetapi ia tidak
memenuhi permintaanku. Aku pun pergi dengan wajah bersedih. Aku tidak menyadari
diri kecuali ketika di Qarn Ats-Tsa’alib, lalu aku angkat kepalaku. Tiba-tiba
aku berada di bawah awan yang sedang menaungiku. Aku perhatikan awan itu,
ternyata ada Malaikat Jibril as, lalu ia memanggilku dan berseru, ‘Sesungguhnya
Allah ‘azza wa jalla telah mendengar perkataan kaummu kepadamu dan penolakan
mereka terhadapmu. Dan Allah ‘azza wa jalla telah mengirimkan malaikat penjaga
gunung untuk engkau perintahkan melakukan apa saja yang engkau mau atas
mereka.’ Malaikat penjaga gunung memanggilku, mengucapkan salam lalu berkata,
‘Wahai Muhammad! Jika engkau mau, aku bisa menimpakan Al-Akhsyabain (dua gunung
besar yang ada di kanan kiri Masjidil Haram).
Lalu
Rasulullah saw menjawab, “Tidak, namun aku berharap supaya Allah melahirkan
dari anak keturunan mereka ada orang-orang yang beribadah kepada Allah semata,
tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun jua.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Ketiga,
وَتَصِلُ مَنْ قَطَعَكَ (engkau
menjalin persaudaraan dengan orang yang memutuskan silaturahim denganmu).
Banyak
diantara kita dengan saudara dan tetangga, tidak mau lagi menyambung
silaturahmi, saking kesalnya sehingga dia berucap ‘sampai tujuh turunan pun saya
tidak akan menginjak rumahnya’ sampai mati sekalipun saya tidak akan memaafkannya’.
Sehingga Allah swt berfirman dalam hadits qudsi. Dari Abdurrahman ibnu ‘Auf
berkata bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda,
قَالَ
اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَنا الرَّحْمنُ، وَأَنا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَاشْتَقَقْتُ
لَهَا مِنِ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلْتُهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا بتَتُّهُ
“Allah
’azza wa jalla berfirman: Aku adalah Ar Rahman. Aku menciptakan rahim dan Aku
mengambilnya dari nama-Ku. Siapa yang menyambungnya, niscaya Aku akan menjaga
haknya. Dan siapa yang memutusnya, niscaya Aku akan memutus dirinya.” (HR. Ahmad).
Kalau
sudah terjadi demikian maka akan jauh dari keberkahan, diputus rezekinya, disegerakan
balasannya dan dipendekkan umurnya. Dari Abu Bakroh, Rasul saw bersabda,
مَا
مِنْ ذَنْبٍ أَجْدَرُ أَنْ يُعَجِّلَ اللَّهُ تَعَالَى لِصَاحِبِهِ الْعُقُوبَةَ
فِى الدُّنْيَا مَعَ مَا يَدَّخِرُ لَهُ فِى الآخِرَةِ مِثْلُ الْبَغْىِ وَقَطِيعَةِ الرَّحِمِ
“Tidak
ada dosa yang lebih pantas untuk disegerakan balasannya bagi para pelakunya [di
dunia ini] -berikut dosa yang disimpan untuknya [di akhirat]- daripada
perbuatan melampaui batas (kezhaliman) dan memutus silaturahmi (dengan orang
tua dan kerabat)” (HR. Abu Daud,
Tirmidzi dan Ibnu Majah).
Maka,
jika ingin semua dosa-dosa kita diampuni Allah swt, segera memaafkan kesalahan
oranglain,
وَلۡيَعۡفُواْ
وَلۡيَصۡفَحُوٓاْۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغۡفِرَ ٱللَّهُ لَكُمۡۚ وَٱللَّهُ
غَفُورٞ رَّحِيمٌ ٢٢
”dan
hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa
Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “. (QS An-Nur : 22).
Karena
itu, ingatlah firman Allah yang menyifati orang-orang pemaaf sebagai orang yang
bertakwa,
ٱلَّذِينَ
يُنفِقُونَ فِي ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلۡكَٰظِمِينَ ٱلۡغَيۡظَ وَٱلۡعَافِينَ
عَنِ ٱلنَّاسِۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ١٣٤
“(yaitu)
orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit,
dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”.
(QS Ali Imran ; 134).
وَلَمَنْ
صَبَرَ وَغَفَرَ اِنَّ ذٰلِكَ لَمِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِࣖ ٤٣
”Tetapi
orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu
termasuk urusan yang diutamakan “.
(QS Asy-Syura : 43).
Bahkan
bisa panjang umur dan rezeki berlimpah. Dari Abu Hurairah, Rasul saw bersabda,
مَنْ
سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ ، وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ ،
فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa
yang suka dilapangkan rizkinya dan dipanjangkan umurnya hendaklah dia menyambung
silaturrahmi.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
مَعَاشِرَ
الْمُسْلِمِيْنَ رَحِمَكُمُ الله
Mari
disisa usia kita, perbaiki semuanya, perbaiki silaturrahminya, perbaiki rasa sosial
kepada sesama, kedepankan rasa cinta, cinta keluarga, cinta tetangga dan cinta sesame
muslim maka akan mendapatangkan kebahagian dunia akhirat. Ibnu ‘Umar ra
berkata,
مَنِ
اتَّقَى رَبَّهُ، وَوَصَلَ رَحِمَهُ، نُسّىءَ فِي أَجَلِه وَثَرَى مَالَهُ،
وَأَحَبَّهُ أَهْلُهُ
“Siapa
yang bertakwa kepada Rabb-nya dan menyambung silaturrahmi niscaya umurnya akan
diperpanjang dan hartanya akan diperbanyak serta keluarganya akan
mencintainya.” (Diriwayatkan
oleh Bukhari).
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي
الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ
وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلْ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ. فَاسْتَغْفِرُوْا اِنَّهُ هُوَاْلغَفُوْرُ الرَّحِيْم
uanuan
uanuan